UNBREAKABLE #09

362 24 1
                                    

Sinar matahari menyinari apartemen Azka dan membuat Azka membuka matanya. Jam berapa ini?

Azka meraih ponselnya di meja dan melihat jam berapa sekarang. Dia merasa pundak kirinya pegal dan melihat sosok Tina yang masih tertidur di pundaknya.

"Jam 9 pagi," ucap Azka pelan.

Azka melepaskan genggaman Tina pada tangannya. Dia memegang kepala Tina dengan perlahan lalu menidurkannya di atas bantal yang ada di sofa. Azka lalu beranjak bangun dari duduknya dan berjalan menuju dapur.

"Tidak biasanya aku tertidur selama ini," ucap Azka. Dia memegang keningnya dan memikirkan apa yang terjadi semalam.

"Dan untuk pertama kalinya dalam 9 bulan ini aku bisa tidur dengan tenang dan aku tidur lebih dari 4 jam."

Azka duduk di meja dapurnya sambil menikmati segelas kopi hangat dan memandang Tina yang masih tidur di atas sofa. Apa ini semua karena Tina berada di sampingku semalam?

"Tidak!! Singkirkan tikus itu dariku!!"

Azka mendengar Tina berteriak dari ruang tengah. Dia pun langsung bangun dari kursinya dan berlari menghampiri Tina.

"Jangan dekatkan tikus itu denganku!!"

Azka melihat Tina sedang bermimpi buruk dan berteriak dalam mimpinya. Azka langsung menghampiri Tina dan membangunkannya.

"Tina... Tina..." Azka menggoyangkan pundak Tina berusaha membangunkannya.

Tina membuka matanya dan terbangun dari tidurnya.

Azka langsung memeluk tubuh Tina ke dalam pelukannya dan mengusap punggungnya dengan hangat. "Tenanglah, Tina. Tidak ada tikus di sini," kata Azka dengan lembut.

Tina pun menangis di dalam pelukan Azka dengan keras. "Tikus itu berada di bawah kakiku, Azka. Tikus itu... Tikus itu..."

Azka mengelus rambut panjang Tina dengan lembut sambil menenangkannya. "Itu hanya mimpi, Tina. Kamu aman di sini," ucap Azka.

Azka lalu melepaskan pelukannya dan menatap mata Tina yang basah karena air matanya.

"Lihatlah, Tina. Tidak ada tikus kan di sini?" tanya Azka sambil melihat ke bawah kakinya.

Tina mengangguk perlahan. "Tidak ada tikus," ucap Tina pelan.

"Kamu benar itu hanya mimpi," kata Tina sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Tidak. Itu bukan mimpi, Tina. Itu adalah masa lalumu.

Azka berdiri dan mengambilkan segelas air untuk Tina. "Minumlah dulu," kata Azka sambil menyodorkan gelasnya.

Tina menyingkirkan tangannya dan membuka matanya menatap Azka yang berdiri sambil membawa segelas air untuknya.

"Thanks," kata Tina sambil menerima gelas itu dan meminum airnya.

Azka melihat raut wajah Tina yang masih terlihat takut dan pandangan matanya yang terlihat kosong. Apa dia baik - baik saja?

Apa yang aku pikirkan tadi? Aku khawatir padanya?

Hentikan, Azka. Kenapa kamu jadi mengkhawatirkannya?

Azka menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tina, apa kamu tahu kamu semalaman tertidur di pundakku?" gerutu Azka seperti anak kecil.

Tina mendongakkan kepalanya dan menatap Azka yang sedang protes padanya. "Benarkah?"

Azka memijat pundak kirinya yang pegal dan menatap Tina dengan kesal. "Seharusnya aku tidak membiarkanmu tidur di pundakku semalaman."

"Maaf, Azka. Aku sudah merepotkanmu semalam," ucap Tina dengan lembut.

"Thanks sudah mengijinkanku tidur di sini semalam," kata Tina sambil tersenyum pada Azka.

Tina beranjak bangun dari sofa milik Azka dan berjalan mengambil tasnya yang ada di meja dapur. Dia mengeluarkan ponselnya dan menatap ada 5 pesan yang masuk dari Alex dan 7 panggilan tidak terjawab dari Alex.

"Apa orang kantor sudah mencarimu?" tanya Azka yang berdiri di belakang Tina.

Tina memasukkan kembali ponselnya dengan cepat dan berbalik menghadap Azka yang ada di belakangnya.

"Tidak. Aku hanya melihat jam berapa sekarang," kata Tina berbohong.

"Dan kamu tidak membangunkanku, Azka??"

"Ini sudah hampir jam 10 dan aku... aku masih ada di sini," protes Tina sambil bersandar pada meja dapur.

"Kamu pikir hanya kamu yang terlambat? Aku juga terlambat, Tina. Kamu juga membuatku terlambat," protes Azka.

"Sudahlah, aku akan pulang ke apartemenku."

Tina mengambil tasnya dan berbalik berjalan menuju pintu apartemen Azka.

"Kamu berani pulang sendiri?" tanya Azka sambil menatap punggung Tina dari belakang.

Tina menghentikan langkahnya dan terdiam seperti patung.

"Tikus itu pasti masih ada di sana," ucap Azka.

Tina mencengkeram tasnya dengan erat. Benar juga kata Azka. Tikus itu pasti belum pergi dari apartemenku.

"Aku berani pulang sendiri, Azka. Dan tikus itu..."

Tina menelan ludahnya sebelum melanjutkan kalimatnya. "Tikus itu…"

"Tikus itu pasti sudah tidak ada di sana," kata Tina pelan.

Tina lalu melanjutkan langkahnya dan menggapai pintu apartemen Azka lalu membukanya sedikit.

Brakkk...

Azka memegang tangan Tina dan menarik pintunya kembali.

"Apa kamu punya hobi menutup pintu, Azka?" tanya Tina yang kesal dengan sikap Azka.

"Tunggulah sebentar."

Tina menatap mata Azka dengan bingung.

"Aku akan mengantarkanmu pulang."

.........to be continue.........

UNBREAKABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang