📌BOLOS | Lima

311 34 35
                                    

Sinar mentari untuk Rabu pagi ini cukup stabil. Butir-butir embun pun sudah berbekas pada dedaunan yang asik bertengger di ranting-ranting mungil. Matahari yang lebih dulu melihat cakrawala. Kesal, memandangi perempuan lalai, yang masih pulas tertidur di kamarnya.

Freya mengucek-ucek matanya. Matanya nanar menatap pada jam dinding putih di kamarnya. Sontak membuatnya melompat dari ranjang. Ini pertama kalinya dia bangun seterlambat itu.

"MAMA, KOK LEA ENGGAK DIBANGUNIN SIH?" teriak Freya, sambil berlari terbirit-birit menuju kamar mandi.

"Mungkin udah ada empat puluh sembilan kali yah mama panggil kamu," tukas Lena (Mamanya). Suaranya merebak dari arah dapur rumahnya.

Sepuluh menit kemudian, Freya keluar dengan sikapnya yang masih tergabas, membenarkan handuk merah muda, yang terselimut di tubuhnya.

Saat melihat tingkah Freya, Lena yang sedang menyiapkan sarapan pagi untuk anaknya, sontak dahinya mengernyit.

"Kamu mandi bebek yah?" tanya Lena, dengan nada yang sedikit mengejek anak lalainya itu.

"Mendingan mandi bebek, daripada nanti jadi bebek beneran di depan kelas?" kata Freya, sambil tergesa-gesa menuju kamar.

Setelah sekian menit, akhirnya cewek lalai itu keluar dari kamarnya. Dia memakai rok panjang warna abu-abu gelap. Betapa serasi benar dengan warna cardigan panjang yang melapisi seragamnya. Rok dan cardigannya itu seolah menambah keanggunan pribadinya. Lekuk tubuhnya saat berjalan sungguh indah, memikat hati siapapun yang memandang.

Freya meraih dua buah roti tawar yang bertumpuk di piring. Di dalamnya terhampar olesan-olesan selai kesukaannya; Strawberry.

Sedetik setelah itu, digigitnya bagian tepi roti tersebut. "Yaudah aku mau berangkat, Papa mana Ma?" tanya Freya, sambil mengangkat tas

"Loh? kamu kan disuruh naik bus sekolah sama Papa. Tadi kamu lama banget bangunnya. Papa buru-buru tadi," jelas Lena.

"HA?!" Freya memekik.

TON! TON!

Lena tersenyum simpul.
"Busnya udah di depan tuh" katanya.

"Lea enggak mau sekolah." Freya memasang tampang datar.

"Kamu anak baru sok-sok an enggak sekolah."

"Biarin," tukas Freya, sambil melepas ransel merah muda yang tertenggek di bahunya.

"Sekolah, atau mama potong uang jajan kamu satu semester." Lagi-lagi Lena menyimpul senyumnya, dengan tatapan licik.

Freya menghela napasnya panjang, lalu memelas. Diraihnya ransel merah muda yang tadi Ia letak. Freya mengayunkan langkah pasrahnya, pergi meninggalkan Lena.

Tepat di ambang pintu. Freya menoleh ke belakang tanpa berbalik. Lantas berkata, "becandanya enggak lucu."

Membuat Lena makin melebarkan senyumnya.

***

Supir bus menghentikan kendaraannya di persimpangan jalan sekolah. Pada saat turun dari bus sekolah, Freya terpaku memandang gerbang sekolah sudah tertutup rapat. Mati gue, batin Freya.

Saat Freya mulai memberanikan diri untuk melangkah menuju gerbang tersebut, langkahnya terhenti saat mendengar suara siulan aneh di belakangnya. Freya membalikkan badannya, dan mencari sumber suara siulan aneh itu.

Mata Freya menangkap sosok laki-laki yang selalu membuatnya jengkel pada hari lalu. Laki-laki itu tersenyum simpul, merundukkan kedua tangannya ke kantung hoodie abu-abunya.

ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang