📌Positive Thinking | Delapan

242 20 54
                                    

"Huh," dengkus Keenan. Ia berhasil melewati tembok penghalang itu.

Keenan mulai melangkah menuju motor sport berwarna putih milik pamannya. Lantas, menaikinya dan meraih helm birunya yang tergantung di kaca spion. Baru saja Keenan memegangnya, tiba-tiba ia mendengar deru mesin motor matic yang begitu halus ditelinga kirinya.

Keenan mengernyit, kedua alis tebalnya bertaut, matanya menyipit mengawasi pengendara motor matic itu. Oh, itu Harry. Keenan membatin.

Keenan menggantungkan helmnya lagi di tempat semula. Lantas, turun dari motornya. Keenan mulai melangkah ke tengah jalan yang sepi itu. Pengendara motor matic tersebut membenarkan kacamata bergagang hitamnya. Ingin memastikan siapa yang berani-berani mem-block jalannya.

Harry menarik rem dengan tiba-tiba. "Ah elo Nan, untung gak gue tabrak lo tadi!" tukas Harry seraya mengelus dadanya pelan.

"Lo kok lewat jalan belakang sekolah? Kan sepi?" Keenan melipat kedua tangannya di depan dada bidang miliknya.

"Biar cepet aja sampe rumah," kata Harry sambil tersenyum menampakkan gigi putihnya.

"Nggak takut begal?" Keenan tertawa tanpa suara. Bagi Harry itu sebuah ejekan biasa.

"Mana begalnya? Nanti gue seret mukanya ke aspal!" tukas Harry. Dengan tampang sok hebat di depan Keenan.

Muka doang cupu, gaya selangit. batin Keenan.

Mereka asik bercuap-cuap di tengah jalan. Seakan jalan yang sepi ini layak mereka miliki sepenuhnya.

"Lo kenal Syahira?" Keenan mulai mengayun langkah pelan, mendekati cowok gemuk berkacamata itu.

"K-kenal, temen sekolah gue dulu Nan." jawab Harry seraya mengukir senyum paksanya dengan bibir yang bergemetar. Lantaran memandang wajah Keenan yang seperti itu, membuatnya bergidik ngeri. Ia ingat dimana Keenan berhasil menghabisi anak kelas sebelah dengan brutal. Dan yang membuat wajahnya pucat seperti ini adalah, pagi tadi ia baru menemui Syahira, di hadapan Keenan.

"Oh temen."

Seketika suasana menjadi hening.

"BAGI KONTAKNYA DONG!" kejut Keenan seraya menepuk punggung Harry agak keras. Tepukan itu sontak membuat Harry menegakkan badan bulatnya, dan sedikit mengerang. Wajahnya memerah dan berkeringat, seolah menahan rasa sakit yang teramat.

Harry merutuk dalam hati, kalo bukan Keenan, udah gue geplak bener dah!

Keenan tersenyum miring, tatapannya seakan menjadi ancaman besar bagi Harry. Dengan tangan gemetar, Harry mengeluarkan ponsel hitam dari kantung celana abu-abunya. Keenan juga ikut serta.

"Syahira Latheefa Nazha," ucap Harry dengan nada lirih, sedikit mengeja nama yang tertera di kronologi Syahira.

"Itu Facebook," tambahnya tegas.

Keenan menghela napas panjang, seraya memutar iris hitamnya geram.

"LINE!" kejut Keenan lagi. Kali ini tepat di telinga kanan Harry yang malang.

Banyak mau lo monyet! maki Harry dalam hati.

"Syahira," Harry mengeja Identity Line Syahira dengan tampang pasrah.

Keenan tersenyum lega memandang Harry. "Makasih banyak bos," Keenan menundukkan kepala. Entah apa maksudnya, mengejek atau mungkin berterima kasih secara hiperbola.

Harry menyalakan mesin motornya kembali. Dengan mengukir senyum paksa, ia menancapkan gasnya pelan. Meninggalkan Keenan sendirian di tengah jalan.

"BESOK GUE DUDUK SAMA LO!" teriak Keenan. Tangannya membentuk corong di kisaran mulutnya.

ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang