📌Tekad | Sembilan

242 21 17
                                    

Pagi ini di SMA Rajawali. Khususnya kelas siswa jurusan IPS yang letaknya percis di belakang AULA seketika menjadi hening. Seluruh netra mereka memandangi sesosok laki-laki yang sedang tersenyum manis di ambang pintu, Keenan. Semua dahi mengernyit, tatapan mereka seolah berkata, kesambet apa nih anak dateng pagi?

"Biasa aja dong ngeliatinnya," kata Keenan sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Lalu mulai mengayun langkahnya ke meja Harry.

"Gue duduk disini ya Ry?" Keenan memasang tampang memohon.

Sebelum Harry membuka mulut, Keenan langsung duduk rapi di kursi sebelah ketua kelasnya. Harry berdengus jengkel.

"Jelek banget muka lo," Keenan tertawa tanpa suara. Matanya masih mengawasi Harry.

"Nggak boleh ya gue duduk disini?" Pemilik alis tebal itu menyimpul senyumnya. Bangkit dari duduknya, dan sedikit membenarkan ransel hitamnya.

"Eh, boleh-boleh Nan!" seru Harry sambil mesam-mesem.

Rugi banget kalo gue nolak. Ni anak bandel-bandel tapi otaknya kerja. batin Harry

Senyum Keenan mengembang di wajahnya. Lalu kembali mengatur posisi terbaik di tempat duduk barunya.

Sedetik setelah itu, Remon (Teman semeja Harry) datang menghampiri mereka.

"Lah kok lo duduk di kursi gue Nan?" Remon tampak emosi saat menatap Keenan.

Keenan bangkit dari duduknya. "Mon, lo duduk sama Revi aja ya," Keenan, sedikit menepuk pundak Remon.

"Gak ah, males." tukas Remon lugas.

"Oh, ok. Mon, ngomong-ngomong lo kalo pulang sekolah, lewat jalan mana biasanya?" Keenan berseringai sambil menaikkan satu alisnya tengil.

Mampus gue, batin Remon.

"Gue duduk sama Revi aja deh Nan." Remon tersenyum paksa, bibirnya gemetaran saat berhasil menerka apa yang terjadi nanti jika ia menolak permintaan Keenan.

Keenan mengangguk pelan, lalu tertawa tanpa suara.

***
Pagi ini angin begitu bebas menghilir debu-debu jalanan. Daun gugur bersama embusannya. Selirnya mengusir embun yang menitik fajar tadi.

Ethan melenggangkan kaki dari kelasnya. Seperti biasa, ia turun ke lantai bawah, hendak menemui Syahira, cewek idamannya.

Anak demi anak tangga ia lalui dengan langkah yang sangat mempesona bagi para pemilik rok abu. Poni rambut berwarna hitam kemerahannya mendayu-dayu tertiup angin.

Pucuk diulam, cinta pun tiba. Baru saja Ethan ingin melewati anak tangga terakhir, namun cewek idamannya itu seketika lewat di hadapannya bersama Dieby, sahabat dekat Syahira.

"Syahira," panggil Ethan sambil berlari kecil di koridor.

"Iya?" saut Syahira seraya membalikkan tubuhnya ke belakang. Dieby pun mengikuti.

"Eh Kak Ethan." Syahira terlihat agak grogi di hadapan senior kelasnya.

Seluruh netra cewek yang ada di SMA Rajawali tak sanggup menahan pesona Ethan. Sebagian geram melihat idolanya mendekati Syahira.
Bahkan menggerutu "Cantikan juga gue daripada Syahira."

Ethan mendekati Syahira dan Dieby. "Kerjain tugas Kakak dong Ra," pinta Ethan dengan nada memohon. Ia menyodorkan buku yang sedari tadi ia pegang.

Syahira mengulum bibirnya sendiri. Sementara Dieby berbisik, "udah jangan mau, ngeribetin."

Syahira menghela napas panjang, tak acuh atas bisikan halus sahabatnya.
Lantas, menganggukkan kepalanya pelan. "Iya, nanti pulang sekolah aku balikin. Langsung aku kerjain aja nanti." katanya. Syahira mengukir senyum yang manisnya teramat di pandangan Ethan.

ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang