📌Ekskul Pecinta Alam | Lima Belas

157 8 4
                                    

Keenan tiba-tiba datang, menghampiri meja Freya. Lantas berkata, "maafin gue." Keenan mengukir senyum seadanya. Freya hanya membalas anggukan. Merasa tak dimaafkan, Keenan langsung menduduki kursi sebelah Freya.

"Nanti gue traktir bakso!" ajak Keenan. Namun Freya menggeleng, menolak ajakan cowok tengil disampingnya. Keenan terus berusaha, agar bisa melihat senyum manis milik Freya lagi. "Gramed, deh gramed, lo mau gue ajak kesana kan kemarin?" ajaknya lagi.

"Nggak," ketus Freya, lagi-lagi menolak. Padahal hatinya berkata-kata, duh. Kok gramed sih tawarannya? pengeeeen.

"Yaudah bebas, lo mau kemana pulang sekolah? Gue temenin." Keenan tersenyum lagi. Berharap Freya menyetujui tawarannya.

"Gue gabisa kemana-mana, gue mau camping," tukas Freya.

"Hah?" Keenan menautkan alis tebalnya, dahinya mengkerut dalam.

"Iya, waktu lo pergi kemarin, ada tiga orang kakak kelas. Dua cowok, satu cewek. Promosi ekskul mereka, jadi gue ikut." jelas Freya, tanpa melihat wajah lawan bicaranya. Wajahnya masih terlihat kesal.

"Ekskul apa?" Keenan berusaha mendekatkan wajahnya, supaya tampak seperti orang yang sedang berinteraksi pada umumnya.

"Pecinta alam." Freya memadatkan bibir merah mudanya. Matanya masih memandangi papan tulis yang kosong. Rambut hitamnya sengaja digerai panjang. Itu membuatnya semakin terlihat indah.

"Yaudah gue juga ikut," tukas Keenan, seraya bangkit dari duduknya. Ia mengendurkan dasi abunya, dan berseringai. Bodo amat, gue cuma mau campingnya, persetan sama organisasinya. batin Keenan.

Freya agak terkejut mendengarnya, dua detik kelopak matanya terbuka lebar. Setelahnya kembali normal, seperti cewek sensi pada umumnya. "Serah," ketus Freya.

Keenan beralih pandang, lantas berlari kecil menuju meja Harry. "BOY!" teriak Keenan, sontak membuat Harry terkejut.

"Apasih?"

"Anterin gue daftar ekskul pencinta alam kuy! Lo kan ketua kelas." Tanpa minta persetujuan, Keenan langsung menarik lengan berkelebihan lemak milik Harry itu. Dengan wajah sangat terpaksa Harry menurutinya. Kenapa dia ikut juga sih? Kunyuk, benak Harry.

***

Daun-daun kering di taman sekolah ini berserakan sekali, karena Mang Suto masih dirawat di rumah sakit. Baru-baru ini Ia terkena penyakit demam berdarah. Nyamuk sialan. Keenan berjalan dengan dada membusung. Angin pagi di sana dihempas langah kakinya. Tak sadar ia telah mendahului Harry.

"Woi, emang lo tau sama siapa daftarnya?" tanya Harry dari kejauhan. Membuat langkah Keenan terhenti. Sebelum melangkah kembali, Keenan berkata,

"makanya lo cepetan, bego."

Setelah sepuluh menit mereka berjalan beriringan. Akhirnya mereka tiba di tujuan. Kelas XII IPA 1. Tiba-tiba Harry tertawa tanpa sebab.

"Kenapa lo? Stres?" tanya Keenan sambil menaikkan satu alisnya.

"Ketua ekskul ini kan si Ethan. Jadi, masih yakin lo?" alih-alih menjawab, Harry malah balik tanya.

Keenan mengepal jemarinya. Shit. Bodo ah, lagian gue ngincer camping-nya doang kok, benak Keenan.
"Terus?" tanya Keenan dengan muka tengilnya. Seolah tak ada masalah. Harry menghela napas panjang. Rencananya untuk membatalkan niat Keenan, gatot.

"Udah cepet sana masuk, daftarin gue." ucap Keenan, seraya memberi isyarat ke Harry untuk segera masuk ke dalam kelas.

Harry berdecak, geram. Tapi ia hanya bisa pasrah, karena selain ia adalah ketua kelas yang notabenenya harus bertanggung jawab atas tugasnya, Harry juga takut tak bisa pulang dengan tenang, seperti kejadian tempo lalu.

ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang