Just the Way You Are

1.5K 212 12
                                    

Ini weekend, dan aku berniat untuk mengajak Al kencan.
Tapi, karena obrolan kami semalam nyaris tidak berujung, hingga kini Al masih betah memejamkan mata dan memeluk guling walau berkali-kali kuserang dengan pencetan pada hidungnya.
Reaksinya hanya menggelitik pinggangku sambil terpejam dan aku yang menyerah.
Al tau kelemahanku.

"Sayang,, bangunnn. Aku mau jalan-jalan. " manjaku menarik guling dari pelukannya. Tenaganya kuat, hingga guling itu masih konsisten berada di lingkar tangannya.

"Ayo dong! " pintaku lagi.

"Aku masih ngantuk. 1 jam lagi ya. " tawarnya.

"Kelamaan. Ini udah siang. " tolakku.

"Ya udah, setengah jam. " tawarnya lagi.

"Nggak. 5 menit. " ucapku.

Al melepaskan guling, merentangkan tangan ke atas kepalanya dan mulai membuka mata. Lihatlah, bahkan matanya saja memicing karena menyesuaikan pada cahaya yang menyinari kamar kami.

"Aku masih ngantuk. " ujarnya lesu dengan suara berat khas bangun tidur.

"Ya kamu sok-sokan mau begadang. Begadang nontonin iklan rokok yang nggak ada ujungnya. " protesku.

Iya. Al memintaku menemaninya menonton film tengah malam. Sambil bergurau melihat iklan yang terlalu lama dan itu-itu saja.

"Kamu juga ngajak aku kelakaran. " belanya.

"Ya udah bodo ah. Sekarang bangun. Kita jalan-jalan. Makan kek, nonton bioskop, atau belanja. " ajakku semangat .

Al duduk bersandar.
Setelah itu dia menunjuk dengan jari pada bibirnya . Aku yang bingung menarik alis ke atas .
"Sapaan selamat paginya aja belum ," sindirnya .

"Udah . pas kamu tidur tadi. Lima kali malah. " ucapku ngarang.

"Bohong. Nggak ada bau kamu di sini ." ucapnya .

"Ayo cepet!" pintanya seperti anak kecil yang tak sabaran .

"Nggak mau?" tanyanya dengan nada memastikan.
"Ya udah, " sambungnya hendak tidur lagi.

"Iya iya,,, ishh. " jawabku cepat.

Alhasil, morning kiss menjadi awal mula aktifitas hari ini.

🌹🌹

Saat kami di mobil, Al hanya diam dan fokus pada kemudi.
Aku yang mulai bosan, mulai mengajaknya bicara.
Dan jawabanya hanya,
"iya. "
"Enggak. "
"Bukan. "
"Nggak tau. "

Menyebalkan bukan?
Jadilah aku sendiri yang lagi-lagi bosan.
Mungkin kakunya memang sudah mendarah daging. Jika ada satu ketika dia berubah menjadi sosok yang hangat, bisa jadi dia sedang kesurupan orang lain.

Mal cukup besar dengan empat lantai ini menjadi tujuan kami. Setelah sampai di parkiran, kami turun dari mobil lalu masuk menggunakan lift.

Aku menggandeng lengan Al agar tidak ada lagi yang berani meliriknya.
Biarpun dia kaku, dia tetap milikku dan aku mencintainya.

Kueratkan pelukanku pada lengannya sambil melihat isi mal ini.

Entah aku yang merasa atau apa, beberapa orang menatap ke arah kami.

Percaya diriku menurun seketika. Ada yang salah?
Langkahku mulai pelan, kakiku bahkan sempat berhenti di depan sebuah kaca besar.

"Sayang, penampilan aku baik-baik aja kan? Nggak ada yang salah kan? "
Tanyaku .

Al terlihat bingung.

"Ini rambutnya berantakan ya? Aku kuncir aja kali ya. "

"Kamu kenapa sih? Penampilan kamu oke oke aja kok. " ujar Al.

"Aku suka rambut kamu digerai sayang ." ucapnya dan melepas kuciran rambutku.

"Ntar berantakan Al. "

Al menggeleng.

"Nggak. "

Setelahnya, kami kembali berjalan.

"Temenin ke toilet aja yuk! "
Ajakku tiba-tiba. Bukan ingin buang air kecil, aku hanya ingin menata kembali penampilanku untuk mengembalikan kepercayaan diri yang sempat tercecer.

"Kamu mau pipis? "

Aku menggeleng.
"Terus? " tanyanya lagi.

"Iya aku mau benerin penampilan aku aja. Aku nggak pede Al. "

Al mengobservasi penampilanku. Menatapnya dengan seksama.

Tangannya terangkat menyentuh pipiku dan membelainya pelan.

"Kamu udah cantik. Cantik apa adanya kamu itu aku suka. "

Ah, aku tersipu.

Dari Lagu (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang