Untitled 2

1.8K 215 20
                                    

Gara gara terlalu lama bertelanjang dada sebelum makan tadi, tiba-tiba saja sekarang Al mengeluh.

"Sayang, perut aku kok terasa kembung ya? Nih pegang deh,! " Al menarik tanganku dan diletakkannya di atas perutnya.

Kami baru saja tiduran di atas kasur  setelah makan yang selesai tiga jam lalu.

"Kabanyakan minum kali nih, " ucapku saat tanganku tertempel pada perut yang terlapisi kaus itu.

Al kini mengambil posisi duduk.

"Badanku juga pegel-pegel tau. " keluhnya lagi dengan nada manja.

"Ini modus lagi apa gimana? " tanyaku curiga menatapnya dari bawah.

"Negatif mulu pikiran kamu. Aku serius. " jawabnya.

"Ya abisnya kamu suka banget godain aku." belaku.

Setelahnya aku ikut duduk mensejajari tubuhnya yang kini sudah meliuk-liuk seperti orang sedang pemanasan.
Kepalanya ke kanan, ke kiri. Lalu tangannya ikut bergerak.

"Kamu masuk angin kali. " ucapku.

"Terus gimana? Minum obat? " tanyanya meminta saran.

Entah kenapa ide jahilku kembali muncul. Jika di film kartun, ada lampu yang tiba-tiba menyala terang di atas kepala.

"Kamu buka baju. !" perintahku.

Dia menatapku bingung.

"Buruan bukaaa! " perintahku dengan nada tidak sabaran.

"Aku minum obat dulu, baru kita bisaa,, "

"Hey,,, bisa apa? " tanyaku sambil menaikkan alis karena bingung,
"kamu pikir aku mau ngelakuin itu? Ihhh,, pikiran kamu tuh ya. Mesum! "

Aku tertawa geli  melihat reaksinya setelah aku mengatainya mesum. Ada malu terselip dari ekspresinya .

"Iya kalo bukan mau itu, mau ngapain nyuruh aku buka baju? " tanyanya.

"Ihh buka aja. Cerewet bener jadi laki. "

Aku turun dari ranjang lalu mencari sesuatu di dalam laci lemari.

Ah, ketemu.

"Itu koin sama minyak angin buat apa? " tanya Al yang melihatku menenteng sebuah botol minyak angin ukuran kecil dan koin di tangan satunya.

"Ya buat kamu lah. Sini balik badannya. !" perintahku.

"Nggak. Mending minum obat.!" tolaknya sambil menggeleng.

"Kenapa nggak mau? "

"Aku nggak mau dikerok pake koin. Kalo emang mau ngerok, pake' bawang. !" ucapnya yang kuhadiahi dengan mulut yang terbuka.
Terkejut. Al kan sudah besar.

"Mau sembuh nggak? Pake' bawang mana terasa lah. Kamu udah besar ya. Bukan bayi. "

"Udah sini badannya. Tuh kamu gigit selimut aja kalo sakit. !"

Al menatapku memohon sambil menggeleng.

"Seminggu nggak dapet jatah! " ancamku.

"Ancemannya gitu banget sih. !"

"Ya udah balik badan.! " perintahku lagi.

"Iya iya. " dengan raut tidak ikhlas, Al membalik badannya.

Aku mengoleskan minyak angin itu pada punggung Al pelan.

"Jangan kuat-kuat, " ingat Al.

"Cerewet. " balasku.

"Awwww,,, " ringisnya.
Badannya tiba-tiba maju.

"Ya ampun,,, ini baru kerokan ketiga lho. !"

"Iya kamu ngeeroknya kuat banget sayangggg,,, " ucapnya dengan panggilan sayang yang panjang.

"Aku udah pelan. Kamu aja emang dasar cemen. " kataku meledek.

"Udah mau jadi ayah padahal.! "

Seketika Al menoleh ke belakang.

"Siapa? " tanyanya.

"Ya kamu lah,, "
Mataku melotot sambil menutup rapat bibirku.
Bentar,,, aku ngomong apa barusan?

"Aku mau jadi ayah? Kamu hamil? " Al bertanya semangat, tubuhnya berbalik menghadapku dengan ekspresi yang,,,, bahagia.

Matanya berbinar dan aku yakin dia berharap jawaban ya dari bibirku.

Aku harus jawab apa??
Aku tidak mungkin berbohong. Kata-kata itu terlanjur terucap dan Al sudah mendengarnya.

"Sayang,,,, " Al meraih pipiku dengan dua tangannya agar menatap dan menjawab pertanyaannya.

Aku mengangguk pelan.

"Aku bakal jadi ayah? Iya? "

"Iya. " jawabku lebih tegas.

Dan lagi lagi dia menciumiku dengan gemas sambil mengucapkan banyak terima kasih lalu setelahnya memelukku erat.

Harusnya kejutan ini aku ceritakan nanti.

Dari Lagu (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang