Untitled 6

1.3K 182 7
                                    

Aku sudah sering merasakan ini. Tidur dengan kegelisahan nyaris tiap malam. Menghadap kanan salah, kiri apalagi.

"Hufth,,, " helaan nafas lelah keluar begitu saja.
Mataku terbuka sempurna. Rasanya gerah, padahal AC dalam kamar selalu nyala.

Aku duduk bersandar pada ranjang, lalu mengambil gelas minum di atas nakas.

Kuteguk isinya setengah, lumayan lega.

"Sayang,, kenapa? " suara serak Al mengagetkanku,

"Nggak papa. " jawabku.
"Aku cuma kepanasan. Kamu kenapa bangun? " tanyaku balik.

Aku mengelus kepala Al pelan, "Aku juga nggak papa. Tiba-tiba aja kebangun.! " Al bergeser lebih dekat padaku. Menempelkan kepalanya pada kaki bagian atas.

"Gelisah banget ya? " tanyanya. Aku yakin, matanya sudah terbuka sempurna sekarang.

"Iya. Hal wajar katanya. Kan anak kita bentar lagi keluar. " jelasku .

"Sayang, aku takut!"

Aku sedikit bingung saat Al mengeluh demikian.

"Takut kenapa? " tanyaku.

Bukan menjawab , Al malah menghadapkan wajahnya di samping pahaku.

"Aku takut aja. Takut kamu kenapa-kenapa. Tiba-tiba pikiran aneh tuh mulai masuk dalam pikiran aku. " ucapnya terdengar samar.

Al mengubah posisinya, lalu menatapku dari bawah ,
"Aku takut liat kamu kesakitan  saat persalinan nanti . Apa nggak dipikirin aja tawaran aku kemarin?"

"Apa sih? Masih bahas soal caesar ? Aku maunya normal . !"  tolakku.

Beberapa hari kemarin, Al pernah menyuruhku untuk operasi caesar saja. Alasannya sama seperti sekarang. Takut lah, tidak mau melihat aku kesakitan lah. Padahal jadi seorang ibu kan wajar mengalami hal demikian. Jika saja aku punya alasan untuk tidak melakukan persalinan secara normal, aku juga akan memilih untuk caesar saja.

Tapi, ini tidak. Aku dan bayiku sehat. Aku pun yakin bisa melahirkan dengan selamat.

"Lagian ya, kamu pikir ngelahirin caesar itu enak? " tanyaku.

"Iya, " jawabnya.
"Kan kamu tinggal dibius aja. Nggak perlu ngerasain sakitnya ngeluarin anak kita. " lanjutnya.

"Tuh kan, kamu tuh nggak tau. Caesar nggak sesimple itu sayang. " jelasku.

"Emang gimana?"

"Iya, caesar enak di awal. Tapi setelahnya, duhh,,, pemulihannya itu lho. " jawabku sambil bergidik.

"Pemulihan? "

"Iya, pemulihan setelah caesar itu nggak secepet ngelahirin normal. Ngelahirin normal tuh bisa pulih dalam satu minggu. Nggak kaya' caesar yang butuh waktu 4 sampe 6 minggu." jelasku yang hanya pada intinya.

"Masa' sih? "

Aku mengangguk, "Makanya, mending aku sakit dulu baru enak daripada enak dulu baru sakit. "

"Ohhhh gitu ya. Ya udah, kalo gitu aku setuju deh. !"

Ada nada lega dari suaranya.

"Ya udah tidur lagi yuk! " ajaknya.

☆☆☆

"Kak Yuki,,, kenapa di sini? Duhh,,, " suara Shania mengagetkanku yang sedang masak nasi goreng untuk sarapan. Dia sudah bangun rupanya.

Suara sandal yang beradu dengan lantai semakin mendekat kala kaki jenjang Shania bergerak ke arahku dengan tangan sibuk mengucir rambut berantakannya.

Aku melayangkan senyum ke arahnya, "Udah bangun? " tanyaku.

"Iya, bau nasi goreng Kakak yang bangunin aku. "

"Udah,,, mending Kakak duduk. Biar aku yang lanjutin. "

Shania mengambil alih spatulaku lalu menggeser tubuhku pelan.

"Jadi ngerepotin kamu Shan. " ucapku tak enak.

"Apaan ngerepotin?  Nggak Kak. Ini kan emang tugas aku. Lagian ya, aku di sini tuh bukan lagi liburan. Udah ah, ntar kalo Al liat, aku pasti diomelin. Kan dia kalo menyangkut Kakak mulutnya bisa comel kaya' emak-emak. "
Ucap Shania panjang lebar.

Shania seperti sedang mengadu. Apa iya Al seperti itu?

"Kamu pernah diomelin? "

"Pernah. Makanya aku nggak mau lagi. Omong-omong ini nasi gorengnya udah dikasih bumbu belum sih? " Tanya Shania.
Dia masih mengaduk-aduk nasi menggunakan spatula yang dia rebut tadi.
"Udah. Tinggal dikasih kecap aja. " jawabku.

Shania mengambil botol kecap ukuran kecil, memasukkannya pada nasi goreng lalu diaduk kembali.

"Diomelin gara-gara apa? " tanyaku penasaran.

"Kemaren itu lho. Yang Kakak ke sini ambil air minum. Al kan nelpon aku gara-gara Kakak nggak angkat telponnya. Terus dia nanya, 'Shanju, Yuki di mana? Telpon aku kok nggak diangkat?'. "

"Aku jawab lagi di dapur. Baru mau ngelanjutin, dia udah nyamber 'Shanju, Yuki tuh lagi hamil besar. Ngapain ke dapur? Masak? Kan harusnya kamu yang masak, ' , itu sumpah Kak, mau aku sumpel mulutnya pake' hp saat itu juga. "

"Masa' sih Shan? "

"Kakak nggak percaya? ."

"Apanya? "
Suara Al menginterupsi ucapanku yang hendak keluar.

"Nggak papa. Kita berdua lagi ngomongin emak-emak comel. "
Jawab Shania asal.

Al berlalu meninggalkan aku yang merasa geli akan jawaban Shania.

Dari Lagu (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang