Because You Loved Me

1.5K 213 7
                                    

Namanya weekend, tidak akan lengkap jika sebuah mal besar tidak ramai.
Kami berdua menyusuri mal ini dengan tatapan menjelajah. Iya, niatku membeli sesuatu nampaknya semakin kuat terlebih melihat diskonan. Perempuan mana yang tak tergiur diskon?
Aku termasuk di dalamnya.

"Sayang, ke sana aja yuk! " ajakku pada sebuah stan dengan produk pakaian wanita.

Al manut dan mengikuti langkah kakiku. Kami berjalan bergandengan tanpa Al merasa enggan.

Setelah memilih beberapa yang aku rasa cocok, aku bertanya pada karyawan di mana kamar pas. Lalu dia menunjuk salah satu tempat itu dengan segenap rasa sopannya.

Lagi-lagi kami melangkah ditemani karyawan itu.

Aku masuk dan mulai mencoba pakaian yang aku bawa.

"Sayang, ini cocok nggak? " tanyaku di depan cermin. Al ada di depan pintu, tak lama pintu terdorong masuk dan kepalanya muncul.

Dia menatapku di depan cermin, "Bagus. !" jawabnya singkat.

Aku mengangguk setuju lalu kuganti dengan yang lain.

"Kalo ini gimana? "

"Bagus,! "
Lagi, jawabannya hanya satu kata. Dan kata yang sama.

Kucoba pakaian ketiga.
Awas saja jika jawabannya masih sama.

"Kalo yang ini gimana? "

"Bagus.! " jawabnya lagi sambil mengangguk.

Dasar brondong kaku.

Aku mendengus sebal.

"Nih, " aku menyerahkan tiga pakaian yang aku coba. Tiga pakaian yang kata Al bagus semua aku kenakan.

"Beli semua? " tanyanya.

"Nggak. Aku nggak suka. !"

Aku pergi dengan kedongkolan.

Al diam tidak mengerti.

Baiklah, aku sedang merajuk saat ini. Aku kesal karena tidak ada satupun jawaban dari bibirnya yang membuat aku puas.

Bagus?
Ya kali kalo jelek mana mungkin dijual mahal. Ada harga, ada rupa kan?

Dengan langkah terburu aku keluar dari tempat itu, duduk pada kursi panjang dengan sebuah pohon mainan di sampingnya.

"Kamu kenapa? "
Al menyusul dengan napas terengah.
Bertanya dengan pertanyaan super polos bagai orang tak tau apa-apa.

"Nggak kenapa-kenapa, " jawabku jutek.

"Yakin? " tanyanya lagi.

"Menurut kamu? " tanyaku balik. Aku tidak menatapnya.

"Kamu lagi PSM? "

Alisku terangkat satu.
PSM? Itu kaya' nama club sepak bola deh.

"Kamu mau ngelucu? " tanyaku dingin.

Al menggeleng.

"Nggak. Itu tuh, siklus tiap bulannya cewek. Yang bisa bikin cewek makin sensitif. "

Aku tergelak saat tau maksud ucapannnya.

"Pre-Menstrual Syndrome .? Kenapa jadi PSM? Ya Tuhan,, " aku menatapnya dengan geli.

Tak tahan, aku tertawa melihat ekspresi lucunya karena sadar jika ucapannya memang salah.

Al nyengir lalu menggosok tengkuknya.

"Aku kan nggak ngalamin. Jadinya nggak tau.! "

Kesalku tiba-tiba menguap melihat reaksi malunya.

"Sok tau sih. !" ucapku.

"Jadi kenapa kamu kaya' gini? Aku ada salah ya? "

Aku menarik napas.

"Udah ah, lupain aja. Nggak penting. !"

Aku mencoba melupakan kekesalan itu setelah sadar jika harusnya aku tidak semudah ini merajuk. Al kan kaku. Aku sudah tau dari awal, lalu kenapa sekarang baru dipermasalahkan.

"Ya udah, main itu aja yuk! " Al berdiri, menarik tanganku lalu menunjuk sebuah permainan Ice skating.

Aku Menggeleng.

"Aku nggak bisa. !" jawabku jujur.

"Aku yang ajarin. "

***

"Ini bukan es beneran. " ucapku setelah masuk pada lapangan dengan lantai warna putih itu.

"Tapi tetep bisa meluncur kok, "

Lampu sorot dan lampu Yang berkelap-kelip ini memang menarik, ditambah lagi ada musik yang ikut menemani.
Al memegang tanganku dengan erat karena aku yang cerewet memintanya jangan pernah untuk dilepaskan.

"Jangan kaku. Santai aja. Kalo jatuh juga ke bawah. " ada nada ledekan yang keluar dari mulut Al saat aku mengikuti langkah kakinya menyusuri lapangan.

"Ihhhh,,, justru jatuh ke bawah yang sakit. Emang ada jatuh ke atas? Dasar,,, "

"Hahaha,,, " dan Al hanya tertawa.

Jika di drama korea Full house, Young Jae yang tidak bisa melakukan ini, tapi di sini aku malah sebaliknya.

"Jangan lepasin. Aku nggak mau kaya' Young Jae yang pantatnya harus nyium lantai ini. " ucapku sambil merengek.

"Iya,, nggak akan. Aku akan jagain kamu. !"

Kakiku mulai letih. Aku bersandar pada dinding kaca dengan tinggi sepinggang.
Benar kata Al. Aku sedang PMS.
Tanda-tandanya sudah terlihat.
Dari mood yang berubah-ubah, tubuhku pun mudah letih.

"Kamu aja deh. Aku capek. "

"Capek? Ya udah, berenti. !"

"Nggak, kamu main aja. Aku liat kamu dari sini. !" tolakku

Al menggeleng.
"Aku tanpa kamu itu hambar. !"

"Masa'. Kenapa? "

"Kamu tau alasannya. !"

"Karena kamu cinta aku. "
Tebakku.

"Muachhh,,, pinter. !"

Dia tersenyum setelahnya.

Dari Lagu (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang