Untitled

972 162 5
                                    

Tiba-tiba pagi ini aku merindukan Al. Padahal dua jam lalu, kami baru saja berpisah.
Ternyata perasaan ini makin dalam padanya.
Apalagi setelah tau yang terjadi padaku saat bangun tadi.

Dua bulan menikah, dan sesuatu yang ditunggu akan hadir itu rasanya sangat membahagiakan bukan? Sama halnya denganku.

Aku ceritakan sekarang atau nanti saja sebagai kejutan?
Ah,,, memikirkannya sekarang membuat aku geli sendiri.

Aku tidak tau reaksi yang akan Al tunjukkan jika tau nanti. Apa dia akan senang sekali atau hanya sekedar senang yang ala ala Al. (Red: kaku.)

🌹🌹🌹

Hidangan untuk makan malam sudah siap di atas meja. Sejak Al pulang, hingga kini dia masih betah di kamar.
Pamitnya hanya untuk mandi tapi nyatanya hingga sekarang belum keluar.

Aku mengendap masuk kamar ingin mengejutkannya. Dengan langkah pelan, dan segenap ide jahil aku berdiri di depan kamar mandi.

Guyuran air dari sana terdengar hingga telingaku.

"Masih mandi, " ucapku sedikit kecewa.
Iya, berarti aku harus menunggunya lebih lama lagi.

Sepertinya ide jahilku aku tunda saja . Besok kucoba lagi.

Cklekk

Beberapa saat kemudian, bunyi pintu kamar mandi membuatku menghadap lagi ke depan.
Tepatnya ke arah Al.
Al berdiri di depan pintu kamar mandi lalu menatapku dengan senyumnya.
Tubuhnya berbalut handuk putih yang hanya meliliti pinggang hingga lutut. Alhasil tubuh putihnya terlihat sempurna.
Rambut yang mulai memanjang itu terlihat lepek. Dan Al makin terlihat tampan dan sexy.
Oh,, iya dong. Suami Yuki.

"Aku kelamaan ya? " tanyanya.

Aku mengangguk.

"Maaf ya . Ya udah kita makan sekarang. !"

"Dih,,, itu kamu cuma pake' handuk doang. !"

"Ya nggak papa. "

"Nggak nggak. Apa-apaan, makan malam pake' handuk.! " tolakku.
Aku buru-buru membuka lemari lalu mencari kaus dan celana pendek untuknya.

"Nih. !"
Aku menyerahkan kaus dan celana itu pada Al dan dia ambil sambil tersenyum menyebalkan.

"Hahah,,, mudah banget sih godain kamu. " dan dia tertawa mengejek.

Langsung saja kudaratkan serangan pada perutnya dengan cubitan menggemaskan dariku. Dan dia?
Mengaduh kesakitan.

"Sukurinnn, " sewotku yang dibalas ringisan .

Perut yang nyaris six pack itu memerah. Belum seberapa. Siapa suruh menggodaku.

"Ya ampunnnn,,,  KDRT.! " ucapnya dengan gaya berlebihan sambil mengusap bagian perut yang aku cubit.

"Tuh merah. " tunjuknya. Matanya menatapku.

"Salah sendiri.! " balasku cuek.

"Nggak,,, ini kamu tanggung jawab. " pintanya.

"Dihh,, "

"Biasanya kalo luka itu biar cepet sembuh harus dicium.! "

Alisku berkerut.

"Mana ada ya luka dicium sembuh. " protesku.

"Terus kamu mau aku cium perut kamu? Ihh,,, ogah. !" tolakku sambil tertawa padanya.
Aku tertawa karena membayangkan jika aku benar-benar melakukannya.
Kujulurkan lidah lalu membuka pintu untuk keluar.

"Ya udah sebagai gantinya cium di sini aja. !"

Al menarik tanganku. Mulutnya maju seperti bebek.

"Oh Tuhan,,,, modus banget. Astaga,,, "

"Hayooo tanggung jawab. Kalo nggak mau, aku nggak mau lepas tangannya. !" ancamnya.


"Duh,,,, brondonggg, sini! "
Dan aku dengan begitu mudahnya mengalah.

Niatnya hanya sebagai konsekuensi atas perutnya yang merah, tapi bukan Al jika tidak mengambil kesempatan.
Dia melakukannya hingga kami terengah kehabisan napas. Dan alasannya,,,

"Bibir kamu manis. "

Dari Lagu (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang