Kurayu Bidadari

1.3K 198 18
                                    

Bertemu weekend lagi. Dan akhir-akhir ini pekerjaanku hanya tidur, tidur dan tidur.
Entah bawaan bayi atau apa, aku selalu merasa malas melakukan hal yang biasanya aku lakukan.

Iya, jika di pagi hari selalu ada sarapan di atas meja atau minuman hangat seperti kopi ada di nakas samping Al tidur, kini tidak aku lakukan lagi. Jangankan menyiapkan untuk Al, untukku sendiri saja aku sangat sungkan.
Dan aku pun merasa lebih manja dan lebih sensitif.
Tapi satu hal, karena kejadian ini, aku mengenal Al lebih jauh. Dia suami yang super sabar.

"Sayang,,,, " panggilku manja.

Kami masih di atas ranjang dan aku tidur dengan tangan Al sebagai bantal.

"Kenapa? " tanyanya.

"Nggak papa, " jawabku .
Aku memainkan rambut panjangku di depan muka.

"Sayang,,, " panggilku lagi.

"Iya kenapa? " Al menjawab dengan nada sedikit kesal.

"Ih,,, kok jawabnya ketus sih? " komplainku menoleh ke arahnya.

"Iya Yuki, istriku tersayang, kenapa? " Al membalas tatapan mataku lalu mencium puncak kepalaku.

Dalam hati aku kegirangan melihat reaksinya yang demikian. Aku kan menggodanya.
Jika sebelum ini Al yang selalu menggodaku, kini giliran aku membalas perlakuannya.

"Udah ah , nggak jadi. " kataku seolah merajuk.

"Lah,,, ini kamu kenapa sih? Bawaan Dedek lagi? " tanyanya melihat ke arah perutku yang masih kecil. Maksudku, perutku belum buncit karena usia kandunganku baru dua bulan lebih.

"Dibilangin kalo orang hamil mah bebas mau ngapain aja. " kataku.

Tidak ada jawaban lagi dari bibir Al setelah itu.

"Sayang,, "

"Hmm,,?" jawabnya dengan gumaman.

"Kemaren aku liat pohon mangga di rumah tetangga. Tolong mintain dong! "

"Hah? Yang mana? " tanya Al mengernyitkan dahi bingung.

"Itu,,, yang rumah gede' pagernya coklat. Yang ada tulisan 'awas anjing galak ' . "

Tiba-tiba Al hanya menutupi mukanya dengan bantal.

Aku menarik bantal itu dan bangun sambil menatap Al bingung.

"Kenapa? "

Al tersenyum,
"Aku di sini, di atas awan
Aku tertawan paras cantik rupawan.
Tak jemu-jemu aku memandang--"
Al mengelus pipiku sambil terus bernyanyi.
Sedang aku hanya mengernyit bingung.

"Inginku merayu, dengarkan aku berlagu. "

"Baru aku mengerti, artinya bidadari
Sejak di hari ini jumpa kamu di sini,, --"

"Pasti inilah surga ku di dalam nirwana meskipun sementara saat kita berjumpa. "

"Kamu lagi ngerayu aku biar batalin minta mangga itu ya? " aku membaca kode Al.

Al nyengir menampilkan deretan gigi putihnya.

"Nggak, ini anak kita yang minta lho. Lagian makanan lain nggak ada yang masuk, dia cuma mau makan buah-buahan ."
Tolakku.

"Di lemari es kita, stok buah banyak banget lho. Nggak mau yang di sana aja? "

"Nggak ada penawaran Al. Kamu pikir kita lagi di pasar, nawar-nawar. Ihh,, " ucapku agak sebal.

Al memeluk perutku lalu menciuminya berulang ulang.
"Gemes banget sih sama kamu Nak. Permintaannya ada-ada aja, "

"Jadi mau kan? " tanyaku.

"Nggak ada pilihan ." jawab Al.

****

"Sayang, kamu yakin mau mangga yang itu? Aku bisa dapetin mangga yang lebih dari itu lho. " ucapnya seperti membujuk setelah kami ada di depan pagar.

"Nggak mau. Maunya yang itu, trus kamu sendiri yang ambilin.! " tolakku keukeuh.

Kulihat, Al makin gelisah.

"Kamu kenapa sih? " tanyaku.

"Nggak,,, maksud aku, yang punya rumah kan belum tentu ada, nah,,  sedangkan anjingnya standby banget di situ,,, ---"

"Jadi kamu nggak mau ambilin buat anak kita?" aku memotong ucapan Al.
"Ya udah, biarin deh nanti kalo lahir dianya jadi ileran. !" aku berbalik badan dan meninggalkan Al kesal.

"Yuki sayang,,, dengerin dulu. !"
Al teriak dan berjalan mengejarku dari belakang.
"Males, aku mau pulang. !" jawabku ketus.

"Aku trauma sama anjing. !" ucapnya . Sontak aku terdiam.

Demi apa, aku lupa soal ini.
Al memang pernah cerita jika dulu dia punya pengalaman buruk soal anjing.

"Sayang, maaf. Tapi kalo kamu emang mau mangganya ya udah. Aku akan minta sekarang,! " Al bicara seolah merasa bersalah karena tidak bisa memenuhi keinginanku. Kudengar, Al berteriak memanggil pemilik rumah dan tak lama kemudian, suara khas anjing itu menggonggong membuat Al mundur seketika karena terkejut.

"Sayang,, pemiliknya nggak ada. Pulang aja yuk! " ajakku tiba-tiba.

"Mangganya? " tanya Al.

Aku menggeleng lalu menepuk pelan perutku beberapa kali, "anak kita berubah pikiran. !"

Aku menarik tangan Al dan kami memutuskan pulang ke rumah.


Dari Lagu (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang