25

3.8K 287 7
                                    

Sejak sampai di apartemen, tak ada satu kata pun keluar dari bibir Nayeon. Sedikitpun Nayeon tak menanggapi Yoongi, sakit rasanya ketika Nayeon belum juga memaafkannya walaupun sudah Yoongi ucapkan berkali-kali.

Nayeon langsung menuju ke kamar dan tidur segera setelah sampai di apartemen. Yoongi hanya bisa menatap punggung mungil yang sedang terbaring di sampingnya. Sebenarnya Nayeon tidak benar-benar tidur, ia masih terjaga hanya saja dengan begitu ia bisa menghindari Yoongi.

Yoongi menumpu kepalanya yang satu tangannyam sedangkan yang lainnya melingkar pada perut Nayeon.

"Maafkan aku Nay, aku hanya tidak ingin menjadi pria brengsek, aku ingin bertanggung jawab atas semua kesalahan yang ku perbuat, kumohon bantulah aku." Yoongi berbisik di belakang kepala Nayeon.

Nayeon bisa mendengar jelas semua yang dikatakan Yoongi. Tanpa sadar, Nayeon menitihkan air matamya. Ia tahu saat ini Yoongi benar-benar tersiksa, dengan semua masalah yang sedang menimpanya. Nayeon merasa egois, karena tidak memikirkan bagaimana posisi Yoongi saat ini yang sedang kesusahan.

Nayeon ingin sekali membantu Yoongi, hanya saja ia tak tahu harus bagaimana.

Apa aku harus mengalah?

.

"Jungkook-ah, jujurlah padaku bagaimana saat kau mendengar kabar bahwa aku akan menikah dengan pria lain?" suara Nayeon terdengar parau di seberang telfon.

Beribu-ribu kali Nayeon menahan untuk untuk tidak menghubungi Jungkook, ia tak ingin memberi beban lagi padanya. Sudah cukup bagi Nayeon untuk selalu memberikan beban masalahnya pada Jungkook.Tapi disaat seperti ini, Nayeon tak bisa menahannya, Jungkooklah satu-satunya orang yang ingin Nayeon hubungi.

"Nay kau--"

"Jawab Jeon Jungkook! Aku tahu kau menyukaiku! Bagaimana rasanya saat kau tahu aku akan menikah dengan pria lain?!" sentak Nayeon.

"Aku tidak menyukaimu Im Nayeon."
"Jujurlah padaku, kumo--" ucapan Nayeon melembut.

"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu."

"Aku mengalah untuk kebahagianmu, aku mengalah karena kau hanya menganggapku sebagai adik laki-lakimu."

"..."

Jungkook mendengar jelas isakan Nayeon. "Nay  kau tak apa?"

"Maafkan aku Jungkook-ah."

"Tak apa Nay, sekarang sudah baik-baik saja, kau sama sekali tak bersalah jadj berhenti mengucapkan maaf padaku." ucap Jungkook menenangkan.

Tak dapat dipungkiri Jungkook satu-satunya tempat pelarian diri Nayeon. Egois? sangat. Nayeon menyadari itu, namun hanya Jungkook yang bisa mengerti dia disaat semua orang mulai menyalahkannya, disaat tak ada orang berdiri didepan Nayeon untuk melindunginya, Jungkook selalu berada di sana.

"Sebenarnya ada apa Nayeon-ah!? Jangan buat aku bingung seperti ini. Setidaknya kau bilang, kau sekarang dimana?"

"Jika aku memberitahu aku sekarang berada dimana, apa kau akan datang menyusulku? Huh kau sedang di UK! Tak mungkin dalam waktu cepat kau bisa menyusulku."

"Apa perlu aku ke bandara sekarang juga? Hanya untuk menenangkanmu?"

"KAU GILA! TAK PERLU!" teriak Nayeon.

"Aku serius Nay."

"Jangan tutup telfonmu, kau hanya perlu menemaniku menangis."

"Sampai kau tertidur?"

"Eoh.."

"Kau tak berubah Nay." Jungkook tertawa kecil.
Setika Jungkook mengingat, dimana Nayeon selalu meminta Jungkook untuk memeluknya saat ia menangis, Nayeon akan marah jika Jungkook melepaskan pelukannya sebelum Nayeon tertidur. Jika tidak sedang bersama, Nayeon akan menelfon Jungkook dan tak membiarkan Jungkook untuk menutup telfonnya sebelum ia tertidur. Bahkan pernah Jungkook menggunakan earphone-nya untuk mendengarkan Nayeon menangis saat ditengah-tengah jam kuliah.

.

Kali ini Yoongi pulang kantor lebih awal dari biasanya, ia bahkan menunda beberapa pertemuan untuk bisa menemani Nayeon di apartemen.

Tanganya penuh dengan belanjaan makanan yang ia beli saat menuju apartemen, dan lebih tepatnya makanan pesanan Nayeon. Secara tiba-tiba Nayeon mengiriminya pesan untuk membawakan beberapa makanan.

Yoongi mengira Nayeon masih marah padanya, karna sejak pagi tadi ia benar-benar mendiami Yoongi bahkan meliriknya pun tidak. Saat Yoongi menerima pesan dari Nayeon, yang sangat tidak disangka oleh Yoongi, ia segera pulang dan membelikan makanan yang Nayeon minta.

"Oppa sudah pulang?" seru Nayeon saat melihat Yoongi baru saja masuk apartemen.
Nayeon berubah 180° dari yang mendiami Yoongi pagi berubah menjadi Nayeon yang ceria.

"Oppa sudah membelikan semua pesananku kan?"

"Ini semuanya ada." Yoongi menaikan kantong belanjaan untuk menunjukan pada Nayeon.

Ting!

"Oppa bisakah kau membukakan pintunya? Aku akan menata makanannya."

"Kau mengundang seseorang? Ada acara apa ini?" tanya Yoongi bingung.

"Aku hanya mengundang untuk makan malam bersama."

"Kau mengundang siapa?"

"Cepat bukakan saja pintunya, dia sudah menunggu."

Dengan langkah cepat Yoongi segera membukan pintu apartemennya.

Ceklek!

"Seulgi?"

.

Flashback

Nayeon terbangun dengan ponsel yang masih menempel ditelinganya. Sudah beberapa jam yang lalu Jungkook menutup telfonnya  karena tahu jika Nayeon sudah tertidur.

Nayeon mendengar kabar jika Seulgi sudah kembali dari rumah sakit, ia berniat untuk mengunjungi di apartemennya.

"Nayeon?" ucap Seulgi setelah melihat seseorang di balik pintu apartemennya.

Nayeon menjelaskan semua pada Seulgi, ia merasa sangat bersalah. Seulgi tak mempermasalahkannya,  ia bukan tipe wanita yang menyalahkan orang lain ketika sesuatu masalah terjadi. Nayeon benar-benar kagum pada Seulgi, bagaimana ia bisa tetap baik pada wanita yang merebut prianya, pria yang sangat ia cintai? Tentu Nayeon tahu jika Seulgi masih mencintai Yoongi, walaupun Seulgi tak pernah mengatakannya.

"Bisakah kau tetap tinggal di Korea? Kumohon jangan kembali ke London."

Ya, Seulgi sudah berencana untuk kembali ke London. Ia pikir dengan begitu, ia tak akan mengganggu hubungan antara Yoongi dan Nayeon. Tapi pada akhirnyam Nayeon mampu mengubah pikirannya dengan mudah. Ia mengakui, baru kali ini ia menemui teman dekat seperti Nayeon.

"Oh ya, aku ingin kau datang ke apartemenku untuk makan malam nanti, bagaimana?"

"Baiklah, aku akan datang."

***

Million Words✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang