Lapar

2.7K 325 6
                                    

Tuhan....

Kemana aku harus pergi. Kaki ini begitu lelah melangkah tak tentu arah. Persediaan uang di dompet sangat tipis. Aku tak berani membelanjakannya. Terlebih setelah kejadian di subway tadi, rasanya aku tak mau kembali ke Gipsy.

God.

God.

God.

Aku mengangkat tangan ke atas dengan frustasi, lalu menengadahkan kepala, menatap birunya langit siang ini.

Kau puas? Hari ini aku kehilangan 'rumah', pekerjaan, dan nyaris juga keperawananku. Di mana Kau? Aku bertanya pada-Mu...

Aku memekik dalam hati sambil memelototkan mata ke langit. Bertanya pada Tuhan.

Setelah menurunkan kembali wajah, aku melihat ke sekitar. Semuanya tampak normal. Berbagai macam manusia yang berlalu-lalang dengan urusan masing-masing di sepanjang kawasan Main Street Midea.

Aku kemudian membalikan badan ke arah yang tadi kupunggungi. Mataku seketika menatap sebuah kaca bening dari sebuah restoran berkelas. Aku menatap ke dalam. Tampak orang-orang berduit bersantap siang dengan pakaian mereka yang bagus.

Seorang waitress datang ke sebuah meja dengan membawa piring di masing-masing tangannya. Lalu menaruhnya di hadapan dua orang yang duduk berseberangan, di meja tersebut.

Mataku seketika tertuju pada salah satu piring di atas meja.

Steak.

Aku menggigit bibir menahan rasa lapar. Perutku bergemuruh. Spontan tanganku memeganginya. Mata kini tertuju pada perut keroncongan. Lalu aku menghela nafas kalah. Kepala kugelengkan.

Tidak, perut. Tak ada makan siang untukmu hari ini... dan juga mungkin tidak akan ada makan malam. Oh, Tuhan... aku akan sangat beruntung malam ini jiga mendapatkan tempat bermalam di salah satu tempat penampungan tunawisma.

Semoga saja, aku akan mendapatkannya.

Bila tidak....

Di mana aku harus tidur?

Aku mengangkat wajah ke arah restoran lagi, aku melihat area pintu masuk. Di sana terdapat logo dan nama restoran ini.

Romano Fine Dining.

Aku menghela nafas. Romano. Keluarga kaya raya. Kota ini bagaikan dimikili oleh keluarga itu.

Seandainya saja aku seberuntung Angel, diadopsi oleh seorang Romano.

Aku menggeleng sambil tersenyum kering, menertawakan diri sendiri.

Sandra, Girl... jangan mimpi kamu!

Luca #1 Romano Brothers SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang