Haus

3.1K 337 2
                                    

Sandra

"Sandra, kenapa sih kamu kok nggak mau ketemu daddy, sama sekali... sejujurnya aku bingung...," tanya Angel sambil berbaring menyamping ke arahku.

Dari posisi berbaring, aku lalu mengobah posisi hingga menghadap Angel. Saat ini kami berada di atas peraduan Angel.

Menginap.

Untuk pertama kalinya, aku menyetujui permintaan sahabatku untuk tetap tinggal di rumahnya. Dengan catatan, merahasiakannya dari Luca Romano.

Tadi sore, saat aku mengiba padanya untuk membiarkanku pergi, Angel memikili ide berbeda.

"Naiklah ke atas. Masuk ke kamarku. Diam di sana. Daddy tidak akan tahu kalau ada kamu di sana," ujarnya.

Aku membuka mulut hendak membantah. Tapi kemudian aku mendengar suara lelaki itu memanggil putrinya.

"Angel...." Begitu katanya.

O-Ow....

"Di mana kamarmu?" aku mendesiskan kepanikan pada Angel.

Gadis cantik berambut panjang lurus sepunggung itu kemudian memberiku arahan tentang posisi kamarnya di lantai atas. Aku mengangguk lalu segera berlari ke sana.

Selebihnya....

Aku bersembunyi di kamar Angel.

***

Jam dua dini hari, aku belum mampu menemukan rasa kantuk. Sementara, Angel sudah sejak tadi terlelap.

Aku menelan ludah. Tenggorokkan terasa kering. Aku... haus.

Perlahan aku bangkit, lalu meninggalkan ranjang empuk queen size menuju tas ransel kanvasku yang menempel di lantai untuk megambil botol minumku di dalamnya.

Setelah itu, perlahan membuka pintu kamar, untuk selanjutnya berjalan mengendap-endap menuruni tangga menuju dapur.

Sesampainya di sana, aku segera memasukkan air keran ke botol secukupnya. Lalu, meminumnya. Aku tahu dalam lemari es terdapat banyak sekali pilihan minuman, tapi aku mengingatkan diri bahwa aku di sini adalah tamu. Mengambil dari kulkas rasanya seperti mencuri.

Setelah apa yang dilakukan Angel padaku selama ini, aku tidak ingin melakukan itu.

Setelah aku merasa cukup minum, masih berdiri di hadapan wastafel dapur, aku kemudian membasuh botol minumku yang sudah kosong di bawah aliran air kerannya.

Baru saja aku menutup aliran air keran setelah mencuci botol air minum, aku mendengar suara pintu bergeser dari arah taman samping seberang dapur ini.

Panik seketika menyeruak raga. Aku spontan membalikkan tubuh mataku menjalar ke sekitar ruang mencari tempat untuk berlari. Sembunyi. Secepatnya.

Tapi....

Aku terlambat.

Luca #1 Romano Brothers SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang