Gipsy Food Corner

2.9K 343 2
                                    







Sepulang sekolah, seperti biasa aku berjalan menuju subway, tapi aku belum akan menuruni tangga menuju kereta bawah tanah itu. Terlebih dulu aku akan memasuki pintu belakang sebuah kedai makan di sudut jalan, tak jauh dari Midea Subway.

Gipsy Food Corner.

Aku membaca tulisan di palang nama berwarna merah yang tergantung memanjang di dinding sebelah pintu masuk menuju kedai. Aku terus melangkah lalu masuk melalui gang, menuju pintu dapur.

Sedetik aku masuk, ingar-bingar suara pisau mencacah, kuali menggoreng, dan panci merebus, disertai candaan konyol para staf dapur terdengar.

"Sandra, Girl, ngapain berdiri bengong di situ. Buruan tuh cucian sudah menumpuk," ujar Rhonda, sesaat melihatku sambil mengiris sayuran. Dagunya diangkat ke arah wastafel, mengarahkanku untuk menatap ke sudut dapur.

Sejumlah kuali, fried-pan, panci, dan peralatan makan kotor terlihat menumpuk menunggu kedatanganku.

            "Right on it!" kataku bergegas menaruh tas ransel kanvas warna cokelatku di loker staf dapur yang menempel di dinding sebelah pintu. Lalu, mengambil apron yang tergantung di dalamnya. Sambil memasangkannya ditubuh, aku melangkah menuju wastafel. Mencuci peralatan masak, dan peralatan makan kotor.

Ini adalah pekerjaan rutinku sehabis pulang sekolah. Aku diupah mingguan. Uangnya kugunakan untuk mengongkosiku pulang-pergi tiap hari ke sekolah menggunakan kereta bawah tanah. Bila tidak, aku harus berjalan dengan jarak puluhan mil.

Sisa upah, kugunakan untuk membeli bahan makanan dan kebutuhan standar untuk kegiatan mandi, mencuci, dan membersihkan trailerku yang usang.

Rhonda, Gabe, dan Vick, bersahut-sahutan mengucapkan banyolan dengan bahasa umpatan di sana-sini. Sementara aku berusaha konsentrasi pada pekerjaanku. Aku ingin menyelesaikan pekerjaan ini secepatnya.

Entah kenapa, setiap kali berada di tempat ini... bersama mereka, perasaanku selalu dirundung kegelisahan. Hatiku merasa tercekam. Jiwaku terancam.

Aneh.

Hampir tiga tahun aku bekerja di sini, mereka tak pernah jahat padaku.

But, still....

The creepy feeling I get inside of me every time is real....

Bahkan, belakangan... terasa lebih nyata.

Luca #1 Romano Brothers SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang