Dimi melangkahkan kakinya lebar-lebar mengejar Ara, gadis itu baru hendak pulang saat sekolah sudah sepi karena hampir semua murid yang lainnya sudah pulang. Dimi sendiri pun baru pulang karena ia memilih untuk menyelesaikan tugas sekolahnya lebih dahulu, agar ketika di rumah ia bisa langsung membantu pekerjaan ibunya dengan tenang tanpa harus terganggu oleh tugas sekolah yang belum selesai.Ara menghembuskan nafas lelah ketika sosok Dimi lagi lah yang terus saja berkeliaran di sekitarnya. Gadis itu bahkan sangat bosan karena selalu melihat keberadaan lelaki itu lagi di dekatnya. Lelaki itu seperti tidak ada lelahnya berada di sekitarnya, padahal sejauh ini sudah banyak yang tidak kuat dan tidak tahan berlama-lama berada di sekitarnya kecuali Raja. Entahlah, Ara pun tidak tahu apakah lelaki itu kuat dan betah berlama-lama di sekitarnya karena benar-benar tulus atau mungkin karena ada niat terselubung di dalamnya. Ara sangat sadar dan tahu betul bila lelaki itu sedari dulu menyukainya, namun ia selalu bersikap acuh tak acuh pada lelaki itu. Ara selalu menutup mata dan telinganya untuk tidak memedulikan apa pun yang dilakukan Raja untuknya, karena Ara sangsi apakah lelaki itu benar-benar menyukainya dengan tulus dan benar-benar menerima dirinya beserta segala kebobrokannya atau justru hanya sekadar ingin mempermainkannya.
“Muka lo kusut banget.” Ucap Dimi sembari mengamati wajah Ara cukup lama. Ara yang merasa risih karena diamati begitu lama langsung menginjak kaki lelaki itu. Dimi mengerang kesakitan.
“Pedes banget injekkan lo, Ze. Kalo kaki gue kenapa-kenapa lo harus tanggung jawab.”
Ara tak mengindahkan ucapan lelaki itu. Ia terus berjalan, namun lelaki itu terus mengikutinya. Ara berjalan ke kanan, Dimi akan ikut berjalan ke kanan. Ara ke kiri, Dimi pun ke kiri. Ara berhenti, lelaki itu juga berhenti. Ara menghela nafas panjang, lalu menatap Dimi tajam.
“Lo kurang kerjaan? Bisa ngga sih, lo ngga usah ngikutin gue?” ucap Ara penuh penekanan.
“Ngga.”
“Habisnya lo lucu.” Ucap Dimi seraya tersenyum lebar, mata lelaki itu akan tampak sedikit menyipit saat tersenyum.
Tubuh Ara mendadak kaku sesudah mendengar ucapan singkat itu, meski singkat nyatanya justru memberikan efek yang tidak singkat dalam dirinya. Ia merasa tubuhnya seakan tersengat listrik dengan tegangan berjuta-juta volt. Ara merapatkan jaket denimnya, lalu berjalan secepat yang ia bisa untuk menjauh dari Dimi.
***
Ara pulang sebentar ke rumahnya untuk mengganti pakaiannya. Ia memakai kaos berwarna abu-abu gelap yang dibalut dengan jaket kulit berwarna hitam, ia juga memakai celana jeans dan sepatu converse yang berwarna senada dengan jaket kulitnya. Rambutnya ia gelung menyisakan anak-anak rambutnya di dekat telinganya. Setelah siap ia keluar dari kamarnya, gadis itu sempat berpapasan dengan Dela. Dela hanya merundukan kepalanya, Ara pun bergegas menuju motornya yang diparkirkan di pekarangan rumahnya.
Ara menyalakan mesin motor ninja H2R yang biasa dipakainya bila ingin balapan, ia memakai helmnya. Perlahan motornya meninggalkan pekarangan rumahnya, motor ninjanya kembali membelah jalan ibu kota yang saat itu tidak begitu ramai. Kecepatan motornya terus bertambah seiring dengan sepinya jalanan yang dilaluinya. Gadis itu hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai di arena balap yang disepakatinya dengan Andre.
Dari kejauhan Raja melihat motor yang sudah sangat dikenalinya, Raja memelankan laju motornya dan mencari tempat yang pas untuk memantau gadis itu. Raja yang semula ingin ke tempat tongkrongannya bersama Ipul dan yang lainnya tak sengaja melihat Ara yang kini sudah berada di tengah-tengah orang yang tidak di kenal Raja.
Ara memarkirkan motornya dan melepas helmnya, lalu berjalan menghampiri Andre, kali ini lelaki itu tidak hanya bersama dengan kedua temannya—Sena dan Yoga melainkan bersama dengan pasukannya yang lebih banyak bahkan lebih banyak dari pasukan Raja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontradiktif
Ficção AdolescenteMutiara Zevanna. Gadis mungil yang suka berkendara dengan kecepatan yang cukup tinggi. Motornya selalu melesat secepat kilat. Matanya selalu menatap garang apa apa yang ada dihadapannya, tanpa rasa takut sedikit pun. Dibalik perangainya yang selalu...