{6}🌺Menerima dan membuka hati yang terluka.

5.1K 354 34
                                    

Kota Bandung lagi-lagi diguyur hujan yang begitu deras. Musim penghujan telah tiba. Bukannya jalanan menjadi lenggang, malah semakin padat. Angkot yang biasa tak terlalu berdesak-desakan malah menjadi dua kali lipat penuh dari biasanya. Warung makan juga semakin ramai dipenuhi oleh pengunjung. Terlebih lagi, warung makan yang menyediakan sajian kuah panas seperti; bakso, sup daging, soto sudah menjadi tabiat jika di musim dingin makanan tersebut adalah makanan favorit.

Selepas meminjam kitab di rumah Hafiz, Syafiq kehujanan di tengah jalan. Ia pun berniat untuk mampir ke mesjid At-taqwa untuk mendirikan sholat zuhur terlebih dahulu. Hujan tak kunjung reda, ia pun mengambil mushaf yang tak pernah ia lepas dari tasnya ke mana pun pergi. Lembar demi lembar ia baca sampai tak terasa hujan sudah mulai reda. Ia tersenyum merekah dan berniat untuk meneruskan perjalanannya yang sempat tertunda.

  Tak ia sadari, ketika Syafiq melantunkan surah Ar-Rahman dengan begitu merdu dan faseh seorang gadis tengah mengamatinya dari luar jendela dengan penuh bahagia. Saat Syafiq beranjak dari posisi duduknya, bergegas gadis tersebut membetulkan posisinya dan berdiri tegak di daun pintu.

  Syafiq menoleh ke arahnya. Gadis itu tersenyum merekah menatap Syafiq. Jantungnya berdebar kencang. Begitu pula dengan pria di hadapnnya. Gurat bahagia tampak di wajah keduanya. Berharap kembali dipertemukan dan Allah ijabah doa keduanya.

"Assalamualaikum. MasyaAllah Syabila? Gimana kabarnya?" tanya Syafiq dengan mata yang berbinar.

Syabila tersenyum tulus. "Alhamdulillah, Mas Syafiq. Mas sendiri gimana kabarnya?"

"Seperti yang kamu liat Syabila. Alhamdulillah ana bilkheir."

Syabila tersenyum kikuk. "Mas gak nyangka ya, Allah pertemukan kita kembali."

"Iya, Alhamdulillah. Bagaimana kita makan di warung makan deket sini?"
"Boleh... Kebetulan Syabila juga lapar Mas."

Syafiq tersenyum. Jantungnya kembali meloncat tatkala melihat senyuman Syabila yang begitu menghangatkan peredaran darahnya. Ia menyukai semua yang ada pada diri Syabila. Namun, bergegas ia menundukkan pandangannya kembali. Ia terlalu terpana dan bahagia dengan pertemuan yang tak disengaja ini. Tak pernah absen dirinya berharap dan berdoa kepada Allah agar dipertemukan kembali. Dan kini, Allah telah menjawab doa dan harapannya.

*
Syafiq mengusap kasar wajahnya. Kaset memori itu kembali terulang. Ia rindu dengan sosok gadis tersebut. Kemana gadis itu pergi? Pergi tanpa sepatah kata yang menyisakan goresan luka di hati Syafiq. Berjanji untuk saling memantaskan diri. Nyatanya, gadis itu pergi tanpa pamit dalam hidupnya. Tak pernah absen sedikit pun nama Syabila dari doa sepertiga malamnya—berharap Allah akan satukan ia kelak bersama gadis tersebut. Harapan tak berbuah manis. Gadis itu menghilang tepat Syafiq ingin ke rumah untuk mengkhitbahnya.

"Syafiq? Sudah sholat Tahajud?" suara bariton membuyarkan lamunan Syafiq.

"Abi? Udah Bi... Alhamdulillah," jawabnya.

Sang Abi mengambil posisi duduk di ujung ranjang seraya menatap Syafiq dengan penuh senyuman. "Jadi, sampai kapan kamu menunggu gadis itu?"

Syafiq terkejut bukan main dengan pertanyaan sang Abi. Ia tersenyum kaku.
"Syafiq gak tau bi."

"Kenapa seperti itu? Atau kamu gak ingin mencari wanita lain?"

Syafiq menghela nafas begitu panjang. "InsyaAllah Bi, Syafiq belum menemukan gadis yang cocok."

"Belum menemukan, atau tidak ingin menemukan?"

Syafiq kembali tercengang. Ia tersenyum canggung. Lagi-lagi Abi Yusuf membaca pikirannya.

Segenggam Harapan Cinta (Pesantren) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang