{19} Wanita sulit dimengerti

4.3K 163 12
                                    

Tepat pukul 09 Hasna sudah merapikan pakaian seraya memasukkanya ke dalam tas.

Hasna sudah mendapat izin pulang dari Ustazah Aisya. Malam tadi, sesudah Raffi menemui Syafiq, ia bergegas melihat keadaan Hasna kembali. Raffi sengaja tidak mengajak Syafiq agar gadis itu menjadi lebih tenang. Gadis itu terlihat seperti trauma dan enggan beranjak dari tempatnya. Masih dalam keadaan menangis sambil memeluk sahabatnya, Nindy.

Melihat akan hal itu, Raffi pun bergegas menemui sepupunya ustazah Aisya.

Aisya bergegas menemui Hasna dan mencoba memaksanya agar kembali ke asrama. Angin malam berhembus kencang. Dinginnya pun terasa sampai ke tulang. Syukur saja hujan tak kunjung turun. Awalnya Hasna enggan menanggapi Aisya, namun akhirnya Hasna luluh dan Aisya pun membawanya ke ruangan kesehatan. Badannya tiba-tiba demam saat Aisya menyentuh Hasna.

"Aku sedih kalo kamu pulang. Jadi sendiri deh. Tapi gak papa sih, kamu harus nenangin diri...tapi, jangan lama ya," gadis itu menampakkan wajah sedihnya. Hasna tersenyum simpul. Wajahnya masih terlihat pucat sekali.

"InsyaAllah Nind, gak bakal lama kok. Tapi gak berani janji...sampe sakitnya benar-benar hilang. Baru aku ke sini," jawab Gadis itu lirih. Terdengar hembusan nafas lelah di sana.

"Aku ngerti kok." Nindy ikut tersenyum.

"Hasna udah siap? Ustaz Ibrahim sama Ummi kamu udah di depan." Gadis berjilbab pink tersenyum manis ke arah Hasna dan Nindy.

"Makasih Ustazah Aisya."

"Iya, sama-sama. Banyakin istirahat di rumah ya. Lupain apa yang terjadi malam tadi," ujarnya dengan lembut.

Hasna pun mengangguk. "Aku gak mungkin lupain kejadian tadi malam. Tapi, aku pulang buat nenangin diri, dan mencoba agar menjadi lebih baik lagi."

"Maaf Hasna... semoga keadaan kamu baik-baik aja."

Hasna pun berjalan dituntun oleh Aisya dan Nindy. Suasana Pesantren sedang sepi dikarenakan seluruh santri dan santriwati berada di kelas. Hasna berjalan dengan langkah yang gemulai. Tubuhnya masih terasa panas. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti ketika netranya menangkap seseorang yang tepat berdiri di hadapannya.

Nindy melirik Aisya dengan bingung. Hasna bergeming. Tatapannya sangat dingin.

"Hasna kamu pulang?" Tanya orang tersebut dengan wajahnya yang panik.

Gadis itu tetap terdiam dan mengabaikan seseorang di hadapannya. Ia pun melanjutkan langkahnya kembali. Nindy dan Aisya pun mengikuti Hasna.

"Maafkan saya Hasna." Teriak pria itu sekali lagi.

Tak terasa buliran air mata itu kembali terjatuh membasahi pipinya. Hasna tetap meneruskan langkahnya dan menemui Abi dan Ummi tanpa menghiraukan pria itu sedikit pun.

🖤❤️🖤

Syafiq kembali menuju kantor dengan perasaan tak nyaman. Ia menghela nafas panjang. Syukur saja hari ini, jadwal Syafiq mengajar sesudah istirahat. Membuat pria itu bisa menenangkan diri terlebih dahulu.

"Ini Kak...aku bawaain teh hijau."

Syafiq menatap orang tersebut seraya tersenyum simpul. "Makasih, Aisya."

Segenggam Harapan Cinta (Pesantren) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang