Sudah satu minggu berlalu Hasna kembali ke pondok Al-Ikhlas. Ulangan akhir semester sebentar lagi akan dilaksanakan yang dimana artinya kali ini adalah tahun terakhir Hasna menginjakkan kaki di pondok ini. Tidak terasa, enam tahun sungguh cepat berlalu. Sedih, susah, senang, bahagia bagai pelangi Hasna lewati. Dan yang lebih mengejutkan lagi, atas musyawaroh kesepakatan bersama duaminggu selepas acara kelulusan, Hasna dan Syafiq akan melangsungkan pernikahan di pondok.
Jujur, seminggu terakhir selepas acara lamaran kemarin Hasna jauh lebih banyak berubah. Seperti sholat lima waktu misalnya, ia sudah mulai memperbaiki tata cara sholat dan tentunya tak ada lagi waktu sholat yang Hasna lewatkan. Hasna rasa, awalnya berat. Tapi kata Ummi, Hasna harus jadi pribadi yang lebih baik, apalagi ia sebentar lagi akan menjadi seorang istri, dan yang artinya ia pun akan menjadi seorang ibu. Bagaimana bisa seorang Ibu yang kelak menjadi madrasah pertama bagi anaknya, akan mendidik dan membimbing putra/putrinya, jika Ibunya saja minim Ilmu dan ibadah. Apalagi kelak Hasna notabane nya akan menjadi istri dari seorang Ustaz.
Selepas Sholat ashar Hasna duduk di taman belakang mesjid sembari membaca novel. Sesekali ia terkikik geli karena cerita yang ia baca bergenre humor. Tak sadar, ada seorang pria yang sesekali mengamati Hasna dari kejauhan, ia tersenyum.
Hatinya bergetar tatkala mengamati senyum tawa sumringah Hasna. Manis sekali fikirnya. Mungkin saat ini ia akan merasa menjadi pria yang paling beruntung karena akan memiliki Hasna. Ya Allah, sungguh pria ini takut sekali akan kembali kehilangan. Tapi ia percaya, Allah pasti menjagakan dan merancang sesuatu yang indah kelak akan ia ukir berdua bersama sampai menua.Ya, tak bisa didustakan, lagi-lagi Syafiq khilaf tatkala melihat tawa indah itu. Seakan terhipnotis begitu saja, tapi ia kembali sadar dan segera mengucap istighfar.
Bagaimanapun Syafiq jua seorang manusia yang tak luput dari satu kesalahan dan mungkin sering kali pula mengulanginya.
Andai mengingat seseorang adalah sebuah dosa, berapa banyak dosa yang akan Syafiq tumpuk. Karena setiap kali ia menyendiri, maka sosok Hasna pasti akan hadir dalam benak fikirnya. Tawa Hasna adalah sebuah candu bagi Syafiq, Syafiq tak pernah mendustakan itu. Apalagi senyum tawa itu bak persis sosok di masalalunya.
✨
Hasna masih saja asyik dengan novel yang ada di tangannya, sampai-sampai tak menyadari ada sosok pria yang menghentikan langkahnya tepat tak jauh dari Hasna duduk. Ia berdehem kecil, namun Hasna masih saja belum menyadarinya.
"Seru banget kayanya masyaAllah. Sampai calon suami di depan aja gak nyadar tuh," sindir Syafiq halus yang membuat Hasna menyadari akan sesuatu.
Hasna mencerna kalimat yang beberapa detik lalu Syafiq ucapkan. Ia pun menutup wajahnya dengan buku novel tersebut. Ia yakin, wajahnya saat ini pasti sudah memerah bak kepiting rebus. Rasanya mendebarkan sekali.
"Baca apa?" Tanya pria itu lembut
"E—em novel ustaz," jawab Hasna terbata-bata.
Syafiq pun memperhatikan tulisan yang berada di depan cover novel tersebut seraya mengangguk pelan. "Oh, cerita itu...saya sudah baca. Pantes aja senyum-senyum gak jelas dari tadi. Sudah baca series kedua?"
Hasna pun menatap Syafiq sekilas dan menggeleng pelan.
"Mau ikut ke rumah? Sekalian Ummi tadi nyari kamu, ada sesuatu katanya, sekalian ngambil novelnya."
Hasna mengangguk mantap dan Syafiq pun berjalan pelan menuju rumah yang tak jauh dari taman belakang mesjid.
Sesampainya di rumah Hasna langsung menuju pintu belakang yang artinya langsung menuju dapur tempat Ummi Maryam sedang memasak. Ia pun tersenyum manis melihat kehadiran Hasna, seraya menyuruh Hasna duduk di meja makan.
"Ummi baru cobain resep baru nih, kita makan sama-sama ya..." Ummi menaruh makanan yang baru saja ia masak bersama dua khodimah kesayangannya. Ia pun juga menuangkannya ke piring Hasna.
"Ohh iya, Buya lagi ada majelis di luar kota. Jadi yaudah kita makannya bertiga aja ya sama Syafiq. Kebetulan para khodimah lagi puasa."
Hasna mengangguk malu, tak lama kemudian Syafiq menyusul keduanya di meja makan dan membawa beberapa novel.
"Ini novelnya. Series lanjutan yang kamu baca cuma satu kok. Sisanya dua buku ini juga harus kamu baca juga ya," Ucap Syafiq sambil menyodorkan dua jilid buku bertemakan istri sholehah
"mau jadi istri sholehah istri idamannya Syafiq kan?" Pertanyaan itu sukses membuat Hasna kembali bullshing. Ummi Maryam hanya geleng-geleng menyaksikan dua remaja di hadapannya. Manis sekali fikirnya.
"Oh iya, Hasna jangan lupa mutholaah juga ya..satu bulan lagi ujian akhir kan?" Tanya Ummi Maryam.
"Iya Um," jawab Hasna malu.
"Wah, gak kerasa juga dong satu bulan lagi Syafiq sama Hasna nikah. Kok satu bulan berasa setahun ya um?" Tanya Syafiq yang sukses membuat gelak tawa Ummi.
Hasna hanya diam tertunduk malu. Andai di rumah sendiri, mungkin Hasna akan meloncat jungkir balik. Masih syukur saat ini ia punya rasa malu. Jantungnya sudah berdebar tak karuan. Gugup sempoyongan. Tapi Syafiq ia tersenyum menang melihat semburat merah tersebut kembali mewarnai pipi Hasna. Membuat Hasna salah tingkah juga salah satu candu tak ada obat bagi Syafiq, dan itu ia rasakan saat waktu lamaran di rumah Hasna kemarin.
Mungkin semua sesuatu yang berkaitan dengan Hasna adalah rasa bahagia yang timbul dari hati Syafiq yang tak dapat dijelaskan secara inti. Yang jelas, ia menyukai semua yang ada di diri Hasna. Lagi-lagi Syafiq berdoa dalam hatinya tatkala bertemu Hasna. Doa yang tak pernah ia tinggal setiap kali bertemu gadis di hadapannya. Doa yang masih menjadi rahasia, dan ia pun berharap semoga Allah pun mengabulkannya.
Bersambung
Heheheh update lagiiii...semoga suka yaaa
Maaf kalo ceritanya agak sedikit rancu.17-november-2020
Salam manis
Afifahhanafi
KAMU SEDANG MEMBACA
Segenggam Harapan Cinta (Pesantren)
Spiritual(WARNING!!! SIAPKAN PASANGAN, KARENA MEMILIKI TINGKAT KEBAPERAN YANG MEMBUAT ANDA INGIN NIKAH ) FOLLOW SEBELUM BACA PRIVATE ACAK Segenggam harapan? Mampukah kau berjuang sendiri, ketika orang yang kita cintai sudah tidak seperti dahulu? Berjuang se...