{17}🌺Sesak di dalam dada

4.1K 244 37
                                    

"Nind, ke Mesjid sekarang yuk? Aku udah siap."

Gadis bernama Nindy tersebut melirik jam yang berada di lengannya."Tumben? Ini baru jam lima sore. Biasa aja males-malesan ke mesjid."

Nindy menjamah dahi Hasna seraya mengerutkan kedua keningnya. "Gak panas kok. Serius ini kamu?"

Hasna mendengus sebal. "Kenapa sih! Alay banget deh," Ucap Hasna kesal.

"Hehe sorry soalnya bukan kamu banget."

"Yaudah, kalo kamu gak mau aku duluan."

Hasna mengambil perkakas sholatnya ia ingin beranjak pergi namun langkah Hasna terhenti karena Nindy menarik pergelangan tangannya."Gitu kok marah. Ia tungguin, ambil jilbab dulu."

"Ukhty Hasna."

Hasna menoleh ke arah suara yang berada di dekat daun pintu. "Limadza Amel?"

"Walidaki  fil gurfatil intizor. Bi sur'ah"

"Kedua orang tuamu sedang menunggumu di ruang tunggu. Bergegaslah untuk menemuinya."

Hasna melirik Nindy yang berada di sampingnya. Ia tiba-tiba merasa deg-degan. Pasalnya semenjak kejadian satu minggu yang lalu ia selalu memikirkan bagaimana nanti jika dirinya bertemu Ummi. Hasna berfikir ia harus mempersiapkan yang terbaik.

Gadis itu menghela nafas, Nindy memberi kekuatan di sana. Ia menepuk pundak Hasna dengan lembut. "Bismillah Hasna."

Hasna berjalan dengan langkah yang lambat. Ada perasaan takut, dan rasa bersalah yang tengah menyelimuti dirinya saat ini. Berapa kali Hasna mengatur ritme jantungnya yang sedang berdetak abnormal.

Ia menghembuskan nafasnya panjang. Kedua netra matanya menangkap dua orang yang kini begitu ia cintai. Rasa bersalah itu kian menjadi. Kedua bola matanya yang indah hampir mengeluarkan tetesan air. Tubuhnya hampir limbung.

Perempuan paruh Baya itu menyadari kehadiran sosok yang begitu ia rindukan. Ia pun bergegas dan berlari menyongsong ke arah gadis yang berjalan tak jauh darinya. Ia tak percaya jika gadis itu akan menemuinya. Rasa haru itu kembali muncul. Ia bahagia lebih dari apapun. Matanya berbinar dan hampir mengeluarkan air mata kebahagiaan.

"Hasna. Ini Ummi nak," ucapnya pelan

Air mata itu berhasil mencelos di kedua pelopak mata mereka. Keduanya terisak. Ummi pun memeluk Hasna dan Hasna pun membalas dengan mengeratkan pelukan Ummi. Keduanya dalam perasaan haru dan bahagia.

"Hiks Ummi, Hasna minta maaf." Gadis itu terisak nyaring.

Ummi melepaskan pelukan dan memandang wajah Hasna dengan lekat. Ia mencium ubun-ubun putri kandungnya. Sudah lama ia menantikan moment ini yang sebelumnya ia pun berfikir hal seperti ini tak mungkin terjadi. Ia tak kalah terisak seperti Hasna. "Ummi sudah memaafkan putri Ummi. Kamu jangan sedih lagi ya, Abi, Ummi dan Hasna kita mulai semuanya dari awal." Ummi menghapus air mata yang mengalir di wajah Hasna dengan lembut. Bukannya berhenti, gadis itu makin terisak hebat.

"Hiks, maafin Hasna yang udah durhaka sama Ummi. Hasna gak pantes dapat maaf dari Ummi. Hasna pantes dapat hukuman."

"Tidak ada yang perlu disesali anakku. Semua orang bisa berbuat salah. Namun, bagaimana caranya kita menhadapi masalah tersebut. Tetap berada di sebuah kesalahan atau kah menyesal. Dan Ummi yakin, kalo anak Ummi sedang berada di dalam penyesalan. Tapi, bertahan dalam penyesalan tanpa berfikir untuk menjadi lebih baik lagi, itu adalah sebuah kesalahan yang besar. Ummi sudah jauh lebih dahulu memaafkanmu. Sekarang Ummi hanya minta satu permintaan."

Segenggam Harapan Cinta (Pesantren) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang