{13}Memperbaiki alur masalalu

3.8K 275 75
                                    

Cinta. Lima huruf yang membuat pembudaknya membutakan pandangan dan menulikan pendengaran tentang kesalahan orang yang dicintainya.

Wanita itu, menatap dirinya di depan kaca. Bentuk tubuhnya semakin mengurus. Matanya  terlihat sayu, lingkaran bawah netranya pun berwarna coklat. Dulu, banyak pria yang menyukai keindahan kedua bola matanya. Lambat laun, mungkin orang akan menganggapnya biasa saja. Wajahnya terlihat sangat kusam sekali. Kulitnya pun mulai terlihat keriput. padahal umurnya baru saja menginjak kepala empat. Pikiran yang terus mengusik dirinya membuat keadaanya kian hari makin memburuk.

Ia mencoba tersenyum. Berusaha meyakinkan jika dirinya saat ini baik-baik saja. Ada Allah di mana pun ia berada. Namun, ia tetaplah seorang wanita yang lemah. Ia tersungkur dan mencengkram jilbabnya dengan kuat. Dadanya begitu sesak. Kenapa takdir buruk ini belum berubah? Apakah Allah murka dengan kehadirannya? Ia menggeleng lemah. Tuhan selalu berada di dekat orang yang pecah hatinya. Ia yakin itu.

"Raysa," tegur wanita tua yang berdiri di daun pintu.

Ia menghampiri wanita yang tersungkur lemah. Memeluknya erat, memberikan kekuatan di dalam sana. "Kamu harus kuat."

Raysa mengangguk. Ia pun berdiri dengan lemah. Wanita tua tersebut pun menuntun Raysa ke ruang tamu.

Pria paruh baya itu sedari tadi duduk dalam keadaan pandangan menunduk. Walau Raysa sudah di depannya. Ia masih enggan menatap wanita di hadapannya. Ada rasa sesak yang menjalar. Rekaman masalalu itu kembali berputar, luka itu seperti kembali hadir. Namun, ia berusaha untuk tetap bersikap tenang. Ia tak boleh tersulut emosi.

"Jadi, apa yang ingin kau jelaskan?" Pria itu memulai pembicaraan terlebih dahulu.

"Selama ini kau salah paham."

Pria itu memberanikan diri untuk menatap Raysa. Ia tertawa lirih. "Salah paham? Semuanya jelas Raysa."

"Kamu salah paham mas," ucap wanita itu dengan suara yang bergetar.

Wanita itu menghela napas panjang. "Azelia telah memfitnahku."

Wanita tua di samping Raysa berusaha membuat perempuan di sampingnya kuat. Ia mengelus pundak Raysa. "Jelaskan saja nak, kamu harus kuat."

Raysa menghela nafas panjang. "10 tahun yang lalu, tanpa sepengatahuanmu, aku mengidap penyakit radang selaput otak. Penyakit itu menular," ucapnya dengan suara yang bergetar. Pria di hadapannya tercengang, air matanya hampir saja ikut mencelos dari kedua pelopak matanya.

"Aku sengaja menyembunyikan ini dari kamu Mas. Aku tak ingin membuat kamu dan anak kita khawatir." Tangis wanita itu pecah.

"Aku juga minta maaf denganmu Mas karena aku sering berbohong, bilangnya sama kamu mau pergi acara pengajian, padahal aku ke rumah sakit."

Sepertinya Azelia masih menyimpan rasa padamu. Pada saat itu, dia mengambil kesempatan untuk menghancurkan rumah tangga kita," ucapnya dengan suara yang lemah.

"Kamu jangan sembarangan memfitnah adikmu sendiri, Raysa! Azelia tidak seperti apa yang kamu bilang. Dia yang merawat Hasna! Dia tulus dengan Hasna. Tidak seperti kamu, yang pergi dengan pria lain. Apa itu masih dikatakan salah paham? Oh, apa jangan-jangan kisah ini kamu cuma mengada-ngada?"

"Ibrahim!! Dengarkan dulu penjelasan Raysa," tukas wanita tua tersebut.

Raysa kembali menangis. "Azelia masih mencintaimu Mas. Andai Azelia bersamamu sejak dulu, mungkin kamu dan Hasna tidak akan semenderita ini. Kalian pasti akan memiliki keluarga yang bahagia. Tidak seperti aku yang tidak becus menjadi istri dan ibu untuk Hasna."

Segenggam Harapan Cinta (Pesantren) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang