{8}🌺Masalalu yang sulit dilupakan

3.8K 338 64
                                    


Syafiq duduk di teras halaman sembari sibuk berkutik dengan buku tebal berwarna kuning di tangannya. Kacamata hitam yang bertengger rapi di wajah Syafiq, membuat pria itu jauh lebih tampan dari biasanya. Pakaian sederhana ala Syafiq dengan kaos berwarna putih dan sarung berwarna merah.

Sesekali ia menyeruput kopi susu kesukaanya buatan Ummi.

Lembaran demi lembaran ia baca.

Cerita singkat yang membuat Syafiq tertegun dan menangis, tentang sebuah kisah perjalanan cinta seorang Putri Nabi bernama Zainab.

Zainab adalah anak sulung dari pasturi paling mulia, ayahnya adalah al-Amin (orang yang terpercaya), Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan ibunya adalah ath-Thahirah (wanita yang suci) Khadijah radhiallahu'anhu. Di tengah keluarga yang mulia itulah Zainab kecil dibesarkan dan dididik.

Sebagai buah dari ketelatenan didikan seorang ibu, maka tak heran bila Zainab menjadi wanita pilihan dan kembang bagi pemuda Quraisy pada masa itu. Ketika usia Zainab menginjak sembilan tahun Abul Ash bin Rabi, putra saudara perempuan Khadijah yang bernama Halah binti Khuwalid, menaruh hati pada Zainab dan bersegera meminta Zainab pada bibinya Khadijah untuk dilamar menjadi istrinya. Maka dengan gembira Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menerima pinangan Abul 'Ash.

Maka selang beberapa lama kemudian terlaksanalah pernikahan mereka, dan pindahlah Zainab ke rumah suaminya. Indahnya kehidupan mereka sehingga pertemuan terasa begitu singkat dan perpisahan terasa sangat lama dan melelahkan.

Tak terasa waktu berlalu dan terlahirlah putra pertama yang mereka beri nama Ali dan kemudian menyusul Umamah putri mungil mereka.

Pada suatu ketika, di saat Zainab ditinggal pergi oleh Abul Ash bin Rabi untuk berdagang, tersebarlah di Mekah sebuah kabar bahwa telah muncul seorang nabi yang bernama Muhammad bin Abdullah, yaitu ayah Zainab. Tatkala mendengar kabar itu Zainab segera pergi ke rumah orang tuanya untuk mencari tahu kebenaran berita tersebut. Sesampainya di sana ia pun mendapatkan kabar yang benar dari ibunya yang sangat ia cintai, juga dari pamannya Waroqoh bin Naufal bahwa ayahnya akan menjadi nabi dan terusir dan diperangi oleh kaumnya.

Alangkah senang dan gembiranya Zainab beserta saudaranya mendengar bahwa ayah mereka adalah nabi utusan Allah. Maka segeralah mereka menyatakan keimanan mereka atas kenabian ayah mereka.

Manakala ia menceritakan kepada suaminya Abul Ash, maka pada saat itu Abul Ash enggan menerima tentang sebuah kebenaran. Ia enggan untuk berislam.

Ketika makin keras dan kuat tantangan kaum Quraisy kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam beserta pengikutnya, sebagian orang Quraisy menghasut Abul Ash dan berkata, "Ceraikanlah istrimu wahai Abul Ash! Pulangkan ia rumah ayahnya dan kami akan menikahkanmu dengan wanita lain."

Maka pada saat itu pernikahan Zainab dan Abul Ash difasakh—memutuskan pernikahan.

Di saat ayah dan keluarganya diembargo, Zainab hanya mampu berdoa untuk keselamatan ayah, ibu, dan keluarga serta saudara-saudara seakidah. Waktu pun berlalu, dan embargo pun selesai, namun ternyata datang musibah baru yang tak kalah beratnya, yaitu wafatnya paman ayahnya, Abu Thalib, yang disusul dengan wafatnya ibu yang sangat ia cintai. Zainab pun dirundung kedukaan.

Saat itu negeri Mekah terasa sepi bagi Zainab. Ibundanya yang biasa ia jenguk sekarang telah tiada, sementara ayahnya hijrah ke Yatsrib—Madinah, bersama sahabat karib beliau, Abu Bakar, kemudian saudari-saudarinya pun menyusul.

Perang besar antara kaum muslimin dan musyrikin pun berkecamuk di Badar, dan Abul Ash berada di barisan kaum musyrikin. Zainab menanti kabar dengan gundah gulana. Tak beberapa lama berita pun datang, kaum muslimin memenangi peperangan. Zainab merasa sangat bergembira akan kemenangan ayahnya, tetapi bagaimana dengan Abul Ash?seperti berita yang ia dengar telah menjadi tawanan kaum muslimin di Yatsrib.

Segenggam Harapan Cinta (Pesantren) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang