23. Perayu Ulung

19.4K 1.6K 36
                                    

Karena pada dasarnya gravitasi itu gerak jatuh kebawah, tapi kalau aku gerak jatuh untuk mencintaimu.

***



"Vel lo di Bandung berapa lama sih?" tanya Keano, "nggak pulang-pulang perasaan deh." lanjut Keano.

Vellin yang mendengar perkataan Keano itu langsung menolehkan kepalanya dan berdecak sebal. "Lo nyindir apa ngusir gue sih?" ucap Vellin.

"Syukur kalau nyadar." jawab Keano santai.

"Keano ih!" geram Vellin. "Jahad lo sama gue, gue tuh disini mau refreshing sekalian nenangin pikiran." jawab Vellin.

Keano terkekeh, "Lo mau refreshing apa menghindar?" tanya Keano tepat pada sasaran.

Raut wajah Vellin seketika mendadak berubah menjadi tegang. Dia berpikir darimanakah laki-laki itu tahu?.

"Lo pasti berpikir dari mana gue tahukan?" tanya Keano.

Vellin hanya diam. Cenayang nih anak. Pikir Vellin.

Keano menatap gadis itu dalam, "itu nggak penting Vel, jangan jadi anak kecil yang lari dari masalah." ucap Keano.

"Tapi lo nggak tahu Ke, lo nggak pernah ngerasain jadi gue!" bentak Vellin. Emosi gadis itu kembali memuncak.

Ditariknya nafas dalam-dalam, Vellin berusaha menahan mati-matian emosinya karena dia tidak mau terlihat lemah dihadapan seorang laki-laki, "gue selalu ada buat dia, tapi dia sama sekali nggak mau tahu soal gue. Gue butuh dia sekali aja," tapi Vellin hanyalah seorang gadis yang lemah. Dibalik sifat ceria dan blak-blakannya itu dia memendam luka seorang diri.

"Gue tahu Vel, I know this your problem. Tapi nggak gini lo menyikapinya." tutur Keano.

Vellin menggelengkan kepalanya dia menteskan air matanya ketika bayang-bayang seseorang itu tidak sengaja terlintas dalam pikirannya. Keano merengkuh tubuh Vellin dalam pelukannya dielusnya rambut gadis itu. "Lo nggak pernah tahu perasaan perempuan Ke, semakin lo beri perhatian semakin dia jatuh dalam perasaan yang berlandaskan cinta. Gimana perasaan lo setelah itu dia bilang kalau dia cuma nganggap lo teman? Dan hari setelahnya dia menghindari lo dan lebih memilih masa lalunya?!" ucap Vellin dalam isak tangisnya.

"Gue sakit Ke," Keano tetap setia mendengar penuturan dari sahabat yang sudah ia anggap sebagai sepupu sekaligus adiknya sendiri itu. "Gue berhasil buat dia lupain seseoarang dari masa lalunya, tapi satu kesalahan yang gue buat bikin dia benci sama gue. Dia nyuruh gue pergi dari kehidupannya. Gue bisa apa?! Perasaan gue udah terlanjur buat dia." Vellin menangis sesenggukan didekapan Keano. Ingin sekali Keano menghajar laki-laki yang dimaksud Vellin. Berani-beraninya menganggu adiknya.

"Vellon tahu?" tanya Keano. Vellin mengangguk. "Trus kemana dia? Kenapa dia nggak nemenin lo disini?" tanya Keano. Terkadang Vellon---kembaran Vellin itu memang rada geblek jadi ya masa bodo sama sekitar.

"Dia ada turnamen jadi nggak bisa ikut sama gue, paling gue pulang waktu Vellon jemput gue ya sekitar 3-4 hari lagi. Sabar bos q." Vellin sedikit tertawa saat mengucapkan kalimat tersebut.

Vellin menjauh dari Keano, dia memandang wajah laki-laki itu, "ngapain lo liatin gue kayak gitu? Awas lo suka sama gue." celetuk Keano yang berusaha membuat Vellin tertawa.

Vellin menggeplak kepala Keano, "Najis gue suka sam brandal kayak lo," kekeh Vellin.

"Yakan gue ganteng siapa tahu lo suka sama gue?" jawab Keano acuh.

"Sialan lo, lagi pula lo bukan tipe gue."

"Yaya, gue tahu tipe lo kan kayak Bagas kan? Sok dingin, cuek, ketus. Dih asikan juga sama bad boy. Dijamin aman deh lo," goda Keano.

Perfect Struggle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang