12

2.9K 345 16
                                    


Lima tahun lalu Daniar bekerja sebagai pembantu demi membiayai skripsi dan biaya hidup bunda dan adiknya Airin di rumah Widya Purnomo, wanita pengusaha yang cantik dan masih single. Di sana Daniar bertemu dengan Randu, adik Widya yang kasar dan dingin yang selalu membuat Daniar menangis. Daniar berusaha menghindari teman-temannya karena malu karena pekerjaannya. Tapi tak disangka Daniar bertemu dengan Rina, sahabatnya di rumah Widya yang ternyata adalah teman dekat Randu. Rina menawarkan Daniar untuk bekerja di perusahaan omnya, Farid. Tapi Daniar menolak karena lelaki itu terlalu sombong.

Tapi Widya Purnomo kemudian hamil tiba-tiba dan melahirkan tanpa sepengatuan keluarganya. Untuk menutup aib dan menjaga kondisi kesehatan mamanya Widya Purnomo akhirnya menyerahkan bayi itu kepada Daniar. Karena hutang budi Daniar menerimanya. Sejak saat itu kehidupan Daniar berubah drastis.

Kini anak itu telah berumur empat tahun dan sangat menggemaskan. Tak disangka Daniar bertemu kembali dengan Rina dan Farid di tempat tugas Daniar. Hati Daniar kembali bergolak dan tiba-tiba merindukan Randu saat Rina membawa kabar bahwa Widya Purnomo dan Ibu Meike telah meninggal dunia. Sementara itu Rina semakin akrab dengan Cinta, anak Widya Purnomo dan sering membawa Cinta ke messnya. Daniar merasa tak nyaman dan berusaha mencegahnya setelah tahu Farid merasa terusik. Tak disangka Cinta jatuh sakit.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dengan ditemani bunda aku segera membawa Cinta ke dokter.Aku jadi gelisah karena tidak bisa melajukan motorku karena jalanan yang kami lalui sudah rusak parah, sementara suhu tubuh Cinta kurasakan sangat panas saat tangan mungilnya memeluk erat pinggangku. Dalam perjalanan aku sempat melihat Rina dan Farid sedang berdiri memperhatikan para pekerja.

Puskesmas sudah tutup saat kami tiba. Karena rumah dinas dokter berada di belakang puskesmas, akupun segera ke sana. Aku sudah tidak sabar saat mengetuk pintu. Ingin sekali aku langsung membukanya. Seraut wajah ramah menyambut kami, Dokter Riska.

Setelah mempersilahkan kami menunggu, dokter Riska lalu memeriksa Cinta. Dokter Riska mengamati lengan dan paha Cinta. Ada beberapa bercak merah. Aku menunggu dengan gelisah.

"Sakit apa ya, dokter?" tanyaku cemas.

"Saya berikan obat penurunpanas untuk sementara. Dan surat rujukan ke rumah sakit. Sekarang ya bu, langsung ke kendari."

Badanku tiba-tiba terasa lemas.

"Ada apa dokter?"

Dokter Riska tidak menjawab tapi langsung menulis sebuah surat rujukan. Aku menerimanya dengan bingung. Apa yang harus kulakukan? Untuk pergi ke kendari sekarang sudah tidak ada lagi mobil angkutan umum ke sana. Ditambah juga aku tidak punya persiapan apa-apa dari rumah tadi. Untuk kembali dengan kondisi Cinta seperti ini dan memikirkan jalanan rusak yang harus kulalui lagi membuatku tak bisa berpikir.

Aku segera mengirim sms pada Airin. Setengah jam kemudian Airin datang dengan menumpang sebuah mobil angkutan umum yang sudah dicarter. Airin juga membawa sebuah tas yang di dalamnya berisi segala keperluanku dengan Cinta. Untung Airin dapat bertindak sigap. Aku dan Cinta kemudian berangkat ke Kendari. Bunda tidak ikut. Karena bunda tidak kuat untuk jalan jauh. Bunda kutitipkan pada Airin. Saat meninggalkan bunda dan Airin tadi, aku sempat melihat genangan air di sudut mata bunda.

Tak terasa mataku juga ikut memanas. Aku merasa sendiri. Karena selama ini aku harus terus berjuang sendiri demi orang-orang yang aku cintai tanpa memikirkan lagi hidupku. Saat ini aku membutuhkan seseorang yang dapat membantuku. Yang dapat menjadi tempatku bersandar. Aku mendesah, mengusir kesepian yang tiba-tiba merayap hatiku.

Aku,Kamu Dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang