Cinta memelukku saat melihat dua orang suster datang dengan mendorong brankar.
Wajahnya tampak ketakutan. Kasihan, Cinta seperti trauma melihat benda itu. Aku menarik napas berat. Sebenarnya aku enggan membiarkan Cinta menjalani pengambilan cairan sum-sum tulang belakang saat ini. Apalagi melihat dia menangis seperti ini. Randu dan Farid juga seperti kehabisan akal.
"Boleh aku menggendongnya saja?" tanyaku pada salah satu suster. Keduanya saling berpandangan sejenak tapi akhirnya mengiyakan.
Aku kemudian melangkah mengikuti kedua suster itu. Di belakangku Randu dan Farid juga ikut.
"Cinta mau dibawa ke mana lagi, ma, Cinta mau diapain...." rengek Cinta saat aku menggendongnya memasuki ruang operasi.
Suasana ruangan yang penuh dengan berbagai peralatan kedokteran beserta beberapa petugas rumah sakitmembuat pelukannya makin kuat mencengkeram leherku. Tapi Cinta akhirnya pasrah setelah obat bius mulai bekerja menghilangkan kesadarannya. Aku hanya bisa menangis melihat tubuh Cinta tak bergerak.
"Ibu boleh keluar sekarang," kata salah seorang suster.
Aku berjalan gontai keluar ruang operasi. Randu memegang tanganku dan membimbingku ke tempat duduk. Aku menutup wajahku mencoba menghilangkan kegelisahanku. Sementara Farid menatap nanar ke arahku. Tiba-tiba Farid berdiri berjalan meninggalkan kami. Lima belas menit kemudian lelaki itu kembali muncul.
"Minumlah! Kamu harus menjaga kondisimu," kata Farid pelan sambil menyodorkan segelas susu hangat kepadaku.
Aku mendongak, agak ragu. Karena ingin menjaga fisikku aku pun menerimanya,
"Terima kasih," ucapku.
Akhirnya dengan sedikit dipaksakan aku berusaha menandaskan susu pemberian Farid.
Tak sengaja mataku bersirobot dengan Randu yang menatapku tajam. Aku menghela napas. Kemudian lagi-lagi aku mengalihkan tatapanku tanpa sengaja, kali ini ke Farid.
Dan...., Deg!
Jantungku serasa mau berhenti berdetak.
Aku berusaha meredakan kegugupan yang tiba-tiba menghantamku. Aku sedang diperhatikan oleh dua lelaki dalam jarak yang begitu dekat.
Aku merasa wajahku memanas. Reflek aku berdiri sebelum kedua lelaki itu menyadari suasana hatiku.
Aku melangkah ke pintu ruang operasi. Terdengar tarikan napas berat. Aku tahu itu Randu. Aku membalikkan badanku.
"Di mana aku harus mengembalikan gelas ini?" tanyaku pada Farid,
"Biar aku saja." Farid mengambil gelas kosong dari tanganku kemudian meninggalkan kami kembali.
Kini tinggal aku dan Randu. Aku melirik. Randu melipat tangannya di depan dada.
"Ternyata kamu berhasil....," desisnya.
'A...apa?"
"Kamu berhasil membuatku cemburu."
Aku terperangah.
"Aku tahu ini waktu yang tidak tepat," kata Randu lagi, pelan.
" Tapi aku tidak ingin kehilangan kamu lagi," bisiknya kemudian saat melihat Farid sedang menuju ke sini.
Kedua lelaki itu bertatapan beberapa saat.
Farid kemudian duduk sambil kedua tangannya mengusap kepalanya, lalu kedua sikunya kini bertumpu di atas pahanya dengan kedua punggung tangannya menopang dagunya dengan jemarinya yang saling mencengkeram.
Farid menatap lurus ke pintu ruang operasi.
"Aku tidak akan melepaskanmu lagi!" Tiba-tiba Randu kembali berbisik di telingaku lagi, nada suaranya begitu tegas membuatku terkejut dan terdiam. Namun harus kuakui ada senandung indah bermain di sudut hatiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku,Kamu Dan Cinta
RomanceLima tahun lalu Daniar bekerja sebagai pembantu demi membiayai skripsi dan biaya hidup bunda dan adiknya Airin di rumah Widya Purnomo, wanita pengusaha yang cantik dan masih single. Di sana Daniar bertemu dengan Randu, adik Widya yang kasar dan ding...