Mada tahu, merebut hati Narend kembali tidaklah mudah, seperti perkataan Narend tempo hari di ayunan, dia tidak bisa berjanji akan kembali seperti dulu, tapi setidaknya Mada akan berusaha lebih keras untuk mendapatkan kembali adik kecilnya.
Hari ini di meja makan hanya ada Fazka, Mada, Narend dan Dante. Orion tidak pulang sejak dua hari yang lalu, sementara Sendy menemani Julian ke Bandung.
"Rend, hari ini abang antar ke kampus ya ?" Tanya Mada sambil menuang air putih ke gelas Narend.
"Mmmm.. nggak usah bang, Narend berangkat bareng bang Fazka aja kayak biasa." Jawaban Narend membuat Mada kecewa. "Tapi kalau abang mau, abang bisa jemput Narend. Hari ini Narend pulang jam 5."
Mada yang tadinya kecewa berubah tersenyum senang , tidak apa - apa jika dia tidak bisa mengantar Narend ke kampus, toh adiknya itu masih memberinya kesempatan untuk menjemputnya di sore hari.
"Iya, nanti abang jemput kamu." dan tangan itu bergerak mengusap rambut sang adik.
***
"Enak ya ?" Tanya Mada pada Narend yang sedang melahap es krim sundaenya.
Narend mengangguk semangat, menyuap es krim itu dalam sekali suapan.
Mada terkekeh, tangannya bergerak menghapus es krim yang meleleh di sudut bibir sang adik.
Tadi, saat Mada menjemput Narend dari kampusnya, mereka melewati toko es krim yang dulu sering mereka kunjungi bersama Fazka dan Sendy saat SMP. Mereka memutuskan untuk berhenti di sana, menikmati es krim di sore hari sepertinya bukan ide yang buruk.
"Tempat ini banyak berubah ya." Mada mengedaran pandangannya kesekeliling toko, jelas saja, ini sudah 10 tahun lebih mungkin mereka tidak ke sana.
"Semua yang ada di dunia ini nggak ada yang pasti bang, mereka pasti berubah." Sahut Narend sambil menjilat sendok es krimnya.
"Kamu juga berubah."
"As you wish."
Mada tersenyum kecil, Narend benar, adik kecilnya itu memang berubah seperti yang dia inginkan, walaupun itu menimbulkan jarak diantara keduanya.
"Es krim abang meleleh tuh." Narend menunjuk es krim Mada yang mulai mencair.
"Buat kamu aja." Mada menyodorkan es krim itu pada Narend.
"Kenapa ?"
"Lihat kamu makan bikin abang jadi kenyang." Mada bertopang dagu.
Narend mengangkat bahu, "Yaudah."
Melihat Narend asyik dengan es krimnya membuat Mada bahagia, setidaknya ini kemajuan dari hubungan dingin mereka.
Kegiatan Mada memandangi Narend terintrupsi oleh suara dering ponselnya, nama Orion tertera di layar.
"Halo ion, ada apa ?" Tanya Mada, tidak biasanya Orion menelepon.
"Da- tolong gue." Dan setelah itu sambungan telepon terputus.
"Halo? Halo Orion?!"
"Ada apa bang? Kenapa sama Orion?" Narend bingung melihat Mada yang terlihat panik setelah mendapat telepon dari Orion.
"Orion bilang dia kemana?" Mada balik bertanya.
"Pulang ke rumahnya."
Mada menyambar kunci mobil dan tasnya. "Kita ke rumah Orion sekarang, perasaan abang nggak enak."
***
Mobil Mada terparkir di depan rumah minimalis berwarna putih gading dengan tanaman merambat menghiasi pagar rumah itu, sudah lama mereka tidak ke sana, sebetulnya yang pernah ke sana adalah Narend, ini kali pertama Mada menginjakan kaki di rumah Orion
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Path : Sibling ✔
Fanfiction[ Lokal Fiction Series ] OUR PATH SERIES #1 Mada itu Timur Narend itu Barat Keduanya sangat berbeda, tapi mereka diikat dengan satu tali persaudaraan. ©2017 by LadyInMoonlight