Sick pt.2

8.2K 1.1K 83
                                    

Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Narendra Pratama sangat manja pada sang kakak, sekalipun mereka bukan anak kecil lagi, atau bahkan bukan remaja yang sedang mengalami masa puber lagi, sifat manja Narend pada sang kakak tidak pernah berubah.

Kalau sedang sehat, tingkat manja Narend pada Mada hanya 70 % , maka saat sakit tingkat manjanya naik drastis menjadi 90%  , seperti saat ini, saat beberapa waktu lalu Narend terkena tifus karena kelelahan yang menyebabkannya harus di rawat di rumah sakit selama beberapa lama, sifat manja Narend berubah sangat drastis, apa - apa selalu ingin dilayani, setiap berapa menit sekali selalu memanggil nama sang kakak, beruntung, Mada sudah terlatih menghadapi adiknya yang sangat ajaib itu.

"Bang Mada." Mada, yang tengah berkutat dengan laptopnya di sofa panjang rumah sakit menoleh pada adiknya.

"Kenapa ?"

"Minum." Narend berusaha menggapai - gapai botol minum di meja samping ranjangnya tapi tidak bisa.

Dengan sabar, Mada meletakan laptopnya di sofa dan mengambilkan botol air mineral untuk Narend.

Sejak Narend masuk rumah sakit, Mada selalu menginap tiap malam di rumah sakit, padahal Fazka sudah menyarankannya untuk tidur di rumah lagi pula Narend tidak akan hilang kemana - mana meskipun tidak ada yang menjaganya.

Tapi Mada menolak.

"Narend itu tanggung jawab gue." Mada beralasan.

Meskipun Mada sudah memberitahu kedua orang tuanya kalau Narend sedang sakit, Mada tidak ingin orang tuanya khawatir berlebihan, karena itu Mada menjamin Narend baik - baik saja dalam penjagaannya, setidaknya orang tuanya tidak perlu sampai datang untuk menemui Narend. Kasihan, mereka sudah tua.

Narend menghela nafas kesal, membolak - balikan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, dia bosan, Narend jadi mengerti kenapa dulu Mada selalu minta dipulangkan, sekarang dia merasannya.

"Kamu kenapa rend ? ada yang sakit ?" tanya Mada saat melihat adiknya gelisah.

"Bosen bang, mau pulang." Keluh Narend.

Mada tersenyum, mengingat dia juga dulu mengeluhkan hal yang sama.

"Sabar, beberapa hari lagi kamu  udah bisa pulang kok."

"Tapi badan Narend pada pegel semua." Narend bersumpah, dia tidak ingin sakit seperti ini lagi, menyiksa, dia bisa mati bosan.

Mada menutup laptopnya, menyimpannya di laci meja. "Gimana kalau kita jalan - jalan di luar ?"

Mata Narend berbinar . "Boleh bang ?"

Mada mengedikan bahu, "Paling kalau nanti di Fazka tahu kamu yang di omelin." Jawaban Mada membuat Narend merengut.

Mada terkekeh, "Jadi enggak nih tour rumah sakitnya ?" tanya Mada

Narend mengangguk antusias.

***

Mada, mendorong kursi roda Narend dengan pelan, menyusuri koridor rumah sakit yang terlihat sepi, hembusan angin malam menyapu wajah mereka.

Tidak ada pembicaraan diantara mereka, keduanya diam, Mada yang sedang menikmati angin malam hari, sementara Narend dengan pikirannya sendiri.

Tiba - tiba saja, ponsel Mada berbunyi,

Ibu Calling

terlihat di layar ponsel Mada.

"Gimana kalau kita video call sama ibu dan ayah ?"

Narend mengangguk cepat, sudah lama dia tidak video call dengan kedua orang tuanya itu.

Our Path : Sibling  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang