Home

6K 983 96
                                    

"Gue harus pergi."

Semua mata terpusat pada Orion, yang ditatap balik menatap mereka semua.

"Pergi ?" Satu setengah tahun yang lalu, Narend mendengar kata pergi dari bibir Mada, dan sekarang Orion ?

"Gue mau tinggal sama ibu gue, setelah kejadian kemarin gue rasa, udah terlalu lama gue ninggalin ibu gue sendirian. Gue mau jaga ibu gue."

Mereka seperti tertohok, sudah berapa lama mereka meninggalkan keluarga mereka ?

"Gue mau kalian jangan salah sangka dengan niat gue pergi dari rumah ini, gue pergi bukan karena gue nggak nyaman lagi sama kalian, atau karena masalah lain. Sama sekali enggak. Gue sangat bersyukur bisa kenal kalian, bisa tinggal bareng kalian selama ini, tapi, gue juga punya tanggung jawab untuk ngejaga ibu gue. Gue nggak mau ibu gue kesepian."

Orion bisa mendengar teman - temannya menghela nafas berat, mungkin keputusannya ini terkesan mendadak untuk bisa mereka terima.

"Sebenarnya." Dante bersuara, "Gue udah lama mikir, kalau hal ini cepat atau lambat akan terjadi. Satu persatu dari kita akan pergi dari rumah ini, dan kembali pada kehidupan kita masing - masing, pada keluarga kita, rumah kita yang sebenarnya."

"Udah banyak hal yang kita lalui di rumah ini." Mada melipat kedua tangannya ke dada, "Susah, senang, hal - hal yang membuat kita makin kuat dan menjadikan kita makin dewasa dalam menghadapi kehidupan."

"Dan kalian udah bantu gue jadi orang yang lebih baik, lebih bisa menyikapi segala sesuatu dengan lebih dewasa." Narend menambahkan.

Julian tersenyum, bisa menjadi salah satu bagian dari mereka adalah sesuatu yang selalu Julian syukuri, "Gue senang, kita semua bisa tumbuh dewasa bersama. Seenggaknya gue tahu, gue masih punya pegangan disaat gue benar - benar nggak punya siapa - siapa."

Fazka mengangguk - angguk, kedua tangannya saling mengait, menopang dagunya. "Kalian semua benar, kita semua udah mengalami banyak hal di rumah ini, kita juga udah tumbuh dewasa bersama, kita bertengkar, kita bercanda, dan gue bersyukur melewati semua itu dengan kalian. Tapi seperti kata Orion, kita juga punya tanggung jawab lain dengan keluarga kita masing - masing, dan gue rasa, udah saatnya kita meninggalkan rumah ini dan kembali sama keluarga kita. Kita masuk ke rumah ini sama - sama, dan gue mau, kita keluar dari rumah ini juga sama - sama, gue nggak mau ada yang ngerasa ditinggalkan atau meninggalkan. "

Mereka mengangguk setuju, sudah saatnya mereka kembali pada keluarga mereka, memulai sesuatu yang baru, hal yang baru, petualangan baru. Meskipun berat untuk mereka berpisah dari rumah yang sudah mereka tempati bertahun - tahun itu.

"Kapan kita - akan keluar dari rumah ini ?" Sendy yang sedari tadi diam bertanya.

"Minggu depan ?" Fazka meminta persetujuan. "Orion, lo bisa nunggu sampai minggu depan kan ?"

Orion mengangguk, diikuti teman - temannya yang lain.

Minggu depan, mereka akan resmi meninggalkan rumah yang dipenuhi dengan kenangan ini.

***

Sendy memeluk lututnya, seperti mencoba menghangatkan dirinya sendiri dari malam yang dingin dan berangin. Pikirannya menerawang jauh, sejak pembicaraan di meja makan tadi, Sendy memikirkan sesuatu, sesuatu yang dia pikir dia sudah mendapatkannya, tapi ternyata tidak.

"Sen, belum tidur ?" Fazka yang habis dari kamar mandi melihat Sendy duduk sendirian di balkon.

Sendy menggeleng.

"Lo mikirin apa ?" Tanya Fazka.

"Mikirin kemana gue akan pulang." Jawaban Sendy disambut kernyitan bingung di kening Fazka.

Our Path : Sibling  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang