Pamit

188 6 1
                                    

Aku benci. Benci dengan diriku sendiri. Aku kalah. Sungguh kalah dengan keputusanku sendiri. Kadang ingin menjauh namun aku merasa bimbang. Kadang aku sudah berhasil tak mengingatmu namun seketika rasa rindu merasuk jiwaku. Salahkah aku? Dengan langkahku pergi dengan cara ku yang seperti ini? Namun kau tak tahu. Ini adalah hal yang paling menyiksa. Munafik rasanya jika aku harus betul-betul melupakanmu. Ini tak mudah. Tak semudah aku bisa mengagumi mu. Mengagumi tulisanmu. Mengagumi tutur katamu. Namun tidak dengan kisah yang ada di masa lalumu. Aku seperti hancur. Namun aku tetap menganggap itu hal biasa. Aku tetap memujimu. Betapa bodohnya hati wanita yang satu ini. Sekarang Aku ingin sendiri. Jauh dari duniamu. Jauh dari orang-orang yang suka menyebut namamu. Jauh dari hal-hal yang bisa membuatku ingat tentangmu. Jika kau akan mengenali diri ini sebagai seseorang yang telah berbuat hal yang aneh di hadapanmu? Tak mengapa. Ingatlah sampai itu mampu membuatmu tuk mencariku. Karena aku sadar. Mengharapkanmu itu bukanlah hal yang mudah. Bertahan. Berjuang. Hanya untuk menjaga hati ini untukmu. Sekali lagi, bukan hal yang sangat mudah karena ini juga sangat menyakitkan. Apakah aku harus berhenti tuk berdiri disini? Atau melanjutkannya? Semoga pilihan pertama menjadi jawaban pada akhir langkahku. Berhenti dan ikhlaskan. Sulit tapi harus ku jalani. Selamat tinggal. Salam

Indahnya berbagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang