1.Untuk aku, kamu dan mereka yang setengah hidup istiqamah tapi masih gundah gulana.. Jangankan lelaki biasa, sekaliber nabi pun terasa sunyi tanpa wanita yg akan terus membantunya tegar dalam dakwah.
2. Kepada wanitalah lelaki memanggil ibu, istri atau puteri. Dijadikan mereka dari tulang rusuk yang bengkok untuk diluruskan tetapi kalau lelaki sendiri yang tidak lurus, tak mungkin mampu hendak meluruskan mereka.
3. Sehingga tak logis bila tulang yang bengkok menghasilkan bayang-bayang yang lurus, maksudnya bila wanita tidak lurus "Tidak Shalihah", mereka takkan bisa mendidik anak-anaknya menjadi shalih-shalihah.
4. Maka wajar bila wanita sejati juga punya selera dalam menerima sesosok lelaki yang akan menjadi imamnya. .
5. Dalam hal ini, teringat episode indah dalam sejarah manusia, seorang wanita yang rela menukar cinta dan hatinya dengan Islam sebagai maharnya.
6. Tatkala Rumaisha Binti Milhan dengan suara lantang menjawab pinangan Abu Thalhah, seorang terpandang, kaya raya, dermawan dan ksatria: "Kusaksikan kepada engkau, hai Abu Thalhah, kusaksikan kepada Allah dan Rasul-Nya, sesungguhnya jika engkau Islam, aku rela engkau menjadi suamiku tanpa emas dan perak. Cukuplah Islam itu menjadi mahar bagiku !"
7. Akhirnya tinta emas sejarah mencatatnya sebagai seorang ummu Sulaim yang mendidik anaknya, Anas bin Malik dan dirinya sebagai perawi hadits Rasulullah.
.Akhukum, @rikinasrullah