11: Syarat, Syari'at

2.6K 537 53
                                    

"Pada hari minggu kuturut ayah ke kantor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pada hari minggu kuturut ayah ke kantor. Naik sedan istimewa kududuk di muka. Kududuk samping Pak Bagus yang sedang menyetir. Sesekali berdoa supaya ayah mengerti."

"YA selama rata-rata kamu 95," kata Pak Arnalda santai sembari mengecap teh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"YA selama rata-rata kamu 95," kata Pak Arnalda santai sembari mengecap teh.

Zena mengusap wajahnya kasar. Astaga.

Sekalipun dirinya berotak, berkat ulah selengeannya selama ini, materi yang tak ia kuasai sudah kelewat menumpuk. Bagaimana pula caranya mendapatkan rata-rata 95 dalam jenjang waktu kurang dari sebulan?

Sialan memang si ayah. Kalau saja mengumpat orang tua terang-terangan itu tidak dosa, mungkin Zena sudah bisa menulis essay dengan segala umpatan yang hendak ia keluarkan.

"Ayah, 95 itu ngga make sense. 'Kan yang penting Na lulus," kata Zena memelas.

"Ya pokoknya 95 atau kamu nikah."

Nikah lagi nikah lagi. Ada apa sebetulnya dengan ayahnya dan pernikahan? Jangan-jangan ayahnya yang kebelet nikah lagi? Eh, amit-amit.

Zena menghembuskan napasnya kasar. Kepala ayahnya ini memang batu, keras sekali. Tapi bahkan batu saja luluh di hadapan tetesan air yang bertubi-tubi.

Okay. Fine. Pokoknya bagaimanapun juga ia harus bisa mendapat rata-rata 95.

"Tapi persiapan pernikahan harus tetap jalan," lanjut Pak Arnalda.

Dan itu sukses membuat Zena tersedak air putihnya. "A-ayah! 'Kan belum tau kalo Na lulus atau engga."

"Diam. Menurut saja kok susah sekali sih kamu ini. Sudah syukur ayah mau dengar syarat-syarat kamu. Anak zaman sekarang ini bisanya ngelawan orang tua saja."

Zena memiringkan kepalanya. Apa-apaan ini? Kok lama-lama ayahnya jadi semakin absurd.

Bukannya Zena melawan, ia hanya menyuarakan pendapatnya. Karena, dari bau-baunya nih, ayahnya seperti benar-benar ingin menikahkan dirinya dengan om-om buntel itu. Segitu inginnya kah ayahnya untuk segera tinggal beda atap dengan dirinya?

Selengean ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang