°°°
"Jadi, kalau oppa masih ingin berkencan denganku, berhentilah dari pekerjaanmu dan temui aku. Jika oppa melakukannya, aku akan kembali berkencan denganmu,"
Jiyong terdiam mendengar Lisa, ia tidak tau kapan mereka putus tapi ia merasa Lisa sudah meninggalkannya. Sementara Lisa memanfaatkan kesempatan itu untuk meninggalkan Jiyong dimobilnya. Lisa tidak tau apa yang sebenarnya di inginkannya, Lisa tidak tau apa yang sebenarnya di katakannya, semuanya hanya keluar begitu saja. Lisa hanya mengatakan semua yang ada di kepalanya.
Lisa tau, Big Bang dan pekerjannya sangat penting bagi Jiyong. Lisa tau Jiyong tidak akan melepaskan kedua hal penting itu hanya untuk berkencan dengannya. Lisa terus berjalan menjauhi mobil Jiyong tanpa berbalik sedikit pun. Tanpa ia sadari, ia sudah keluar dari gedung agensinya dan menghentikan sebuah taxi. Bahkan sampai taxinya membawanya pergi menjauhi gedung agensinya, Lisa belum bisa menangis. Semua sesak didadanya seakan hilang begitu saja.
Lisa turun dari taxi itu disebuah memorial park- disebuah bukit pemakaman. Lisa ingin mengunjungi makam seseorang? Tentu saja tidak. Lisa berjalan ketas bukit itu dan duduk disana, entah didepan makam siapa namun bukit pemakaman merupakan satu satunya tempat yang bisa menjadi tempatmya menyendiri. Tidak akan ada reporter iseng yang akan berkeliaran memburu foto di bukit pemakaman, tidak banyak orang yang akan berkunjung kesana dan sekalipun ada yang berkunjung, siapa yang akan mempedulikan Lisa? Orang yang datang kebukit pemakaman hanya orang yang sedang merindukan salah satu orang penting dalam hidupnya, mereka tidak akan repot repot memperhatikan dan menyadari keberadaan Lisa disana. Lisa duduk disana, dengan sekantong soju dan beer disebelahnya. Ia hanya diam sampai perlahan lahan penyesalan menggerogoti dirinya. Saat itu matahari masih cukup terik tapi Lisa sudah ingin mengabiskan semua soju disebelahnya. Lisa menahan keinginannya sebisa mungkin hingga pada akhirnya, ia tidak bisa lagi menahannya. Lisa menghabiskan minuman-minuman itu namun tidak sampai mabuk berat, walaupun ia bisa dibilang cukup mabuk sampai bersedia mengangkat panggilan Jiyong.
Jiyong menjemputnya, memjemput gadis yang tengah minum minum sendirian di bukit pemakaman. Pria itu membawanya ke apartementnya dan menidurkan gadis yang sudah terlelap itu diatas ranjangnya.
"Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Kau harusnya mengatakan padaku apa yang membuatmu terlihat sesakit sekarang," gumam Jiyong sembari mengelus rambut gadis itu. "Bodoh. Kenapa kau justru mabuk mabukan sendirian disana? Bagaimana kalau ada hantu? Kau bilang kau takut hantu," omel Jiyong pada gadis yang sama sekali tidak mendengarnya itu.
Jam sudah menunjukan pukul 10 malam ketika Lisa bangun dari tidurnya, dengan kepala yang masih sangat pusing gadis itu mencoba duduk dan mengamati lingkungannya. Lisa mengenali kamar itu, kamar Jiyong dengan Jiyong yang baru saja bangun karena gerakan Lisa. Untuk beberapa menit mereka sama sama diam, sama sama duduk di atas ranjang king size dengan bed cover merah maroon dan mencoba mengumpulkan nyawa masing masing.
"Oppa, ayo kita berhenti-" ucap Lisa begitu ia selesai dengan pikirannya sendiri
"Mwo?! Kenapa?! Apa maksudmu sebenarnya?! Apa yang daritadi membuatmu-"
"Aku lelah..."
"Lice, ayolah jangan seperti ini lagi hm? Aku mencintaimu, kau pun begitu kan?"
"Tapi oppa tidak benar benar milikku- anniyo... aku hanya lelah jika harus terus menerus seperti sekarang, kita hentikan saja hm?"
"Ayolah Lice, jangan begini hm? Kita cari jalan keluarnya bersama, sekarang, tapi jangan begini? Ya? Ayolah... jangan menangis, aku sangat mencintaimu, kau tau itu-"
"Aku lelah oppa... aku takut semuanya terbongkar, aku takut masa lalu kita- ayo kita hentikan semuanya sebelum terlambat, hm?"
"Apa yang akan terbongkar? Masa lalu? Kenapa masa lalu kita? Kenapa kau terus mengatakan hal hal yang tidak bisa ku mengerti? Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Katakan padaku dan kita selesaikan-"
"Aku tidak bahagia, ku pikir setelah masalah kontrak pacaranmu itu selesai aku bisa bahagia- anniyo, aku pikir setelah itu selesai, kita bisa bahagia tapi aku sama sekali tidak bahagia,"
"Kenapa? Kenapa kau tidak bahagia? Apa aku melakukan sebuah kesalahan? Ayolah Lice... jangan seperti ini, hm?" Jiyong tidak butuh usaha keras untuk menangis, matanya sudah mulai berkaca-kaca sekarang, ia terus menatap Lisa dengan tatapan sendunya, membuat dada Lisa semakin tertekan dan semakin sesak.
"Aku tidak tau, aku hanya tidak lagi merasa senang, aku muak melihatmu, aku muak bertemu denganmu, aku bahkan muak setiap kali harus datang ke agensi, tidak perlu memaafkanku, limpahkan semua kesalahan padaku, dan kita akhiri saja oppa, aku pergi," ucap Lisa sembari meraih handphonenya di atas meja, kemudian meninggalkan Jiyong yang masih merasa seperti di permainkan.
"Wanita jahat," gumamnya sebelum ia mulai menangis.
°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationshit
FanfictionTamat Dalam hubungan ini, bukankah aku yang paling di rugikan?