°°°
"Ya! Kenapa beberapa hari ini kau terus memakai kaca mata hitam?" protes Seunghyun ketika mereka tengah melakaukan rekaman. Hari itu sebenarnya hanya Seunghyun yang akan rekamanan, namun Big Bang full team ada distudio hanya untuk sekedar berkumpul dan memberi semangat.
"Heish... jangan peduli- ya!" Jiyong akan kembali merebut kaca matanya namun Seunghyun dengan cepat menepis tangan Jiyong yang akan meraih tangannya.
"Ya! Kau baru saja menangis???" tanya Seunghyun membuat tiga pria lain disana menoleh dan mengamati wajah Jiyong
"Mwo? Kenapa aku menangis? Kenapa aku harus menangis?" tanya Jiyong dengan suara canggung yang kembali tersengar sedikit serak
"Matamu merah seperti baru saja menangis,"
"Kulit dibawah matamu sensitif jadi akan memerah setiap kali kau menangis," tambah Taeyang yang juga sedang memandangi wajah Jiyong
"Apa? Apa yang memerah? Dan apa yang kau tau tentang kulitku? Apa yang kau tau tentangku?"
"Benar, walaupun kita sudah belasan tahun berteman aku tidak bisa benar benar mengenalmu," komentar Taeyang
"Nah. Walaupun kita sudah lama berteman kalian tidak bisa tau segalanya, lihat, ini hanya alergi, kulitku sensitif jadi ini memerah karena alergi biasa," ucap Jiyong sembari menunjukan kulit bawah matanya yang memerah, pria itu bangun dari duduknya dan hendak melangkah keluar dari studionya
"Seseorang bahkan tidak bisa mengenali dirinya sendiri secara keseluruhan, oleh karena itu dia juga tidak bisa mengetahui semua hal tentang orang lain," ucap Seungri dan Jiyong hanya mengangguk sembari memegang knop pintu studionya
"Lalu kenapa kau menangis hyung?" tanya Daesung yang akhirnya membuka mulutnya.
Jiyong berjalan keluar dari studionya, memakai hoodie jacketnya, menutupi air mata yang mengalir di pipinya. Sudah beberapa minggu ini Jiyong tidak dapat mengatur air matanya, tidak dapat mengatur emosinya. Sudah beberapa minggu ini kebahagiaannya hilang— Lisa. Sudah beberapa minggu setelah Lisa memutuskan hubungan mereka dan Jiyong sama sekali belum dapat mengontrol dirinya sendiri.
"Oppa menangis?" seorang gadis yang berdiri didepannya dan bertanya padanya menghentikan langkahnya— Lisa. Gadis itu tadi baru saja keluar dari studio Teddy dan melihat seorang pria yang sangat dikenalinya berjalan sembari menunduk dan hampir menabrak pot bunga didekat pintu lift.
"Wae? Kenapa? Kenapa oppa menangis? Kau sakit? Mana yang sakit?" Jiyong sama sekali tidak merespon pertanyaan Lisa dan hanya menatap gadis itu dengan tatapan kosong. Gadis yang membuatnya uring uringan dan menangis seperti ini, kini berdiri didepannya seakan tidak ada yang terjadi sebelumnya. "Ikut aku,"
Lisa menarik Jiyong, menggandengnya membawa pria itu ke tempat parkir dan masuk kedalam mobilnya. Sejak putus dari Jiyong beberapa minggu yang lalu, Lisa mulai datang ke agensi dengan mobilnya sendiri— karena enggan melihat managernya.
"Ada apa sebenarnya? Kenapa kau menangis? Apa bertengkar dengan seseorang? Dengan Seungri? Atau oppa benar benar sakit? Mau ku antar ke rumah sakit?" tanya Lisa sembari memberikan dua lembar tissue pada pria yang duduk di sebelahnya
"Aku sudah memikirkannya... tapi kurasa aku tidak bisa berhenti dari pekerjaanku. Aku sudah banyak merenungkannya, tapi aku tidak bisa melepaskan Big Bang. Tapi jika aku tidak melakukannya, aku tidak bisa melihatmu lagi... karena itu- hatiku- sangat sakit-" ucap Jiyong dengan susah payah, menekan pita suaranya agar bisa mengatakan semua itu tanpa terisak, walaupun air matanya belum berhenti.
"Jadi, karena aku menyuruhmu berhenti bekerja- oppa jadi seperti ini?"
"Cinta penting untukku, aku mencintaimu dan kau pun menjadi penting untukku, tapi... pekerjaan ini juga penting untuk ku- haish! Memalukan! Walaupun begitu, memikirkan tidak bisa melihatmu lagi saja membuatku jadi seperti ini,"
Lisa tersentuh, siapa yang tidak senang menjadi alasan seorang pria menangis dan membuang harga dirinya untuk mengakui semua itu?
"Oppa... boleh aku menciummu?" tanya Lisa sembari memiringkan duduknya, menghadap Jiyong yang duduk di kursi sebelahnya.
"Mwo? Apa katamu?"
"Aku ingin menciummu, boleh atau tidak?"
"Jangan..." rengek Jiyong "aku tidak bisa melepaskan pekerjaanku, aku tidak bisa merelakan Big Bang,"
"Jadi? Tidak boleh?"
"Bukan itu maksudku-"
"Jadi? Boleh?"
Sebuah anggukan kecil membuat Lisa tersenyum dan memegang kedua sisi wajah Jiyong dengan tangannya, menarik pelan pria itu agar lebih dekat dengannya dan menciumnya. Jiyong memang menangis, ia menangis dan terlihat seperti anak kecil yang lemah, tapi Jiyong dan segala bentuk sentuhannya, segala macam tingkahnya tidak pernah membuat Lisa bosan. Lisa benci semua orang yang mencibirnya. Lisa benci semua gosip yang dibicarakan orang orang tentangnya. Tapi melepaskan pria yang ternyata rela membuang harga diri dihadapannya dan menjadi sangat lemah tanpanya, bukankah itu hal bodoh?
"Menggemaskan..." ucap Lisa setelah mengakhiri ciuman mereka, mengelus dan menghapus air mata Jiyong dari wajahnya dan mengecupnya sekali lagi "manis sekali,"
°°°
TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationshit
FanficTamat Dalam hubungan ini, bukankah aku yang paling di rugikan?