Sabtu di Atas

78 16 6
                                    

"Selamat Malam Bandung!! Kami anak band tapi visual berasa boyband korea, SABTU!"

Suara Jae yang menggelegar di lapangan disambut dengan kikikan dari cewek-cewek sepertinya setuju dengan statement Jae barusan. Para cowok pun membalas dengan menyinyir dan menggulingkan mata ke arah panggung. Dari arah penonton bisa kudengar sorak-sorai orang memanggil nama personil Sabtu. Mayoritas penggemarnya Jae. Jika ditanya, menurutku ada beberapa alasan kenapa penggemar Jae paling berisik. Satu, dia memang termasuk hits di kalangan mahasiswa Bandung-Nangor dengan kepribadiannya yang supel dan koneksinya di mana-mana. Kedua, Jae adalah lead guitarist dari Sabtu sehingga otomatis dia mendapat banyak part solo gitar yang membuatnya satu derajat lebih keren di atas panggung. Terakhir, fashion sense Jae memang dinilai paling baik dibanding dengan personil yang lain. Walaupun Alam bisa menyaingi tetapi Jae memang di kalangan Sabtu memang dia yang lemarinya yang paling up to date.

Jae pun menengok ke sebelah dan ke belakang melihat Wira dan Alam menggeleng-geleng tidak habis pikir dan Swara yang memelototinya tajam bak mengumpat dan menyesali memberi Jae tanggung jawab untuk melakukan intro.

"Haha, oke-oke," Jae tertawa kecil dan suara tawanya yang renyah menggema di lapangan luas dipayungi langit malam Bandung yang cerah.

Aku -yang kebetulan sedang bertugas menjadi media partner untuk event ini- berdiri di depan pagar pembatas dengan kamera DSLR-ku. Aku mengarahkan lensaku ke arah panggung, tidak ingin meninggalkan satu momen pun. Setelah mengambil beberapa foto, aku hanya bisa senyam-senyum sendiri melihat hasil jepretanku yang tanpa kusadari didominasi oleh profil Alam.

Wira yang sedang terbebas dari tugas rutinnya -menemani aku liputan sebagai seniorku di redaksi- ternyata sedang memperhatikan tingkahku dari atas panggung. Ia menjauhkan mulutnya dari standing mic yang ada di depan keyboardnya dan setengah berteriak kepadaku, "Alam mulu difoto, mana ada news value-nya."

Aku terkekeh sembari menunjukan simbol peace yang kuarahkan ke Wira. Anak dari media lain tampak melirik-lirikku dengan pandangan tidak suka. Namun aku mempedulikan mereka dan mulai mengarahkan kamera ke arah panggung lagi. 

"Oke semuanya malam ini kami akan membawa lagu baru dari kami menemani Desember ceria kalian semua! Judulnya Lebih baik, Lebih baik! Enjoy"

Hari itu Sabtu tampil sangat enerjik ditemani oleh drummer sewaan hasil menyogok lagi dan lagi adik tingkat Jae di kampus bernama Feri. Feri adalah adik kelas Jae semenjak SMA dan mereka sangat sering berbagi panggung. Bahkan Feri terkadang suka datang ke kafe tempat Sabtu biasa tampil dan membantu bermain cajon apabila dia ada waktu. Lalu kenapa Swara tidak merekrut Feri ke Sabtu? Ya, karena dia adalah drummer choir universitas dan rencananya untuk lulus tepat waktu tidak seperti kakak tingkatnya haha. oke. maaf Jae. Jadi ya, benang merahnya Sabtu masih mencari drummer.

Malam itu Sabtu membawakan set mereka yang berdurasi 40 menit dengan tujuh lagu dan satu break diantaranya. Momen-momen paling menarik ini biasanya terjadi pada saat break time ini. Definisi break bagi Sabtu bukanlah terdiam mengambil nafas dan berbasa-basi dengan audience hoho bukan. 

Break bagi mereka adalah waktu mereka gaje dengan penonton. Biasanya Alam atau kadang Jae -kalau dia lagi waras- akan mengiringi mereka yang maju satu-satu untuk joget di tengah panggung . Jika aku harus menjelaskan dari semua 'gerakan' mereka dari taraf kewarasan ya yang paling waras hanya Swara. Ini dikarenakan dia memiliki sejarah jadi anggota sebuah shuffle squad terkenal sewaktu SMP. Memang gak salah lagi Swara memang cocok dipanggil Jack of All Trades. Lanjut ke yang kedua taraf warasnya bukan salah lagi Bang Wira. Gaya menarinya sebenarnya terdiri dari mayoritas dia berakting seperti anak kecil yang berakting imut dan sisanya hanya dia melompat-lompat dan berputar-putar seperti kelinci lepas di atas panggung. Abangku yang satu itu memang benar-benar one of a kind. Selanjutnya adalah orang bisa membuatku dongkol setengah mati kalau sedang menari yap, Alam. Jika aku harus membahas tarian Alam aku hanya bisa membalas dengan helaan nafas. Tarian Alam terdiri dari body rolls dan dia yang sok ganjen dengan penonton. Apalagi kalau lagu seksi yang dimainkan sesekali dia akan menggigit atau menjilat bibirnya. Tapi kami (baca: Sabtu dan aku) sebagai orang-orang yang tau kepribadian Alam di belakang panggung hanya bisa menahan suatu cringe yang amat sangat. Dan, yang terakhir taraf kewarasannya adalah the one and only Jae. Well, tariannya sebenarnya hanya terdiri dari ia lompat-lompat seperti jerapah kesurupan. Pernah sekali ia harus berhenti karena ia melompat terlalu keras sehingga sampai pusing. Sebenarnya ia penari yang baik namun gerakannya seringkali berlebihan dan tidak pada tempatnya.

Memang mereka semua tidak ada yang normal.

Sabtu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang