#Tuts9

638 26 0
                                    

Hujan, tolong sampaikan rindu yang sudah tak terbelenggu ini...,

Sudah tak sanggup bibir ini mengatakan 'rindu padanya'
-nn
----------------------------------------------

Fajar sudah menampakan sinarnya, titik-titik embun pagi pun menempel pada jendela kamar.

Mataharipun ikut memunculkan diri dengan tanpa malu-malu, yang artinya hari sudah akan beranjak siang.

Gadis bermata sipit itu masih terlena akan kenyamanan yang diberikan kasur, bantal, selimut dsb.

Ayam berlalu sudah berkokok, namun gadis yang baru tidur jam 3 pagi tersebut tentu saja masih asik terlelap. Semalam dirinya memutuskan menerima ajakan Foja keluar yang berakhirnya bertemu dengan Hima.

Sampai suara gaduh dari luar, membuat ia menggeliat, ditambah dering nyaring berasal dari ponselnya pun sangat memekakkan telinga.

Sinai, tanpa repot membuka mata gadis itu menggapai nakas yang berada tepat di samping kasurnya. ia tempelkan ponselnya "Halo?" namun bukan suara manusia yang menjawab melainkan masih nada dering.

Belum diangkat ternyata.

"Siang Sinai? Sudah dimana?" Suara disebrang ramai seperti di dalam kelas.

Sinai masih memejamkan mata, "nggh..., dikamerlah gila masih pagi ini ngapain telfon sih?" Racau nya dengan suara serak khas baru bangun tidur.

"What the?! Lo buka mata deh sekarang." Pekik Foja disebrang sana karna tebakannya benar tentang Sinai yang masih dikasur. Ia tadi melihat Rigi saat rapat datang pagi sekali dan setelah kembalinya rapat ia tidak menemukan Sinai yang ia kira sudah datang karena biasanya mereka bareng.

Sinai sekali lagi menguap, "asal lo tau gue baru tidur jam 3 tadi, ngapa ...," tidak terdengar lagi suara Sinai yang ada justru suara 'gedebug' orang jatuh dari kasur.

"Allahuakbar. Mampus telat pasti," Sinai kelabakan dengan begitu ia ngibrit ke kamar mandi hanya untuk mencuci muka dan menggosok giginya.

Persetan mandinya pulangnya aja nanti dah.

Begitu pikirnya, dengan ia semprotkan parfum ke seluruh tubuhnya. Dari atas sampai bawah tidak ada yang terlewat karnanya sekarang hanya tinggal setengah botol.

Sinai memakai sepatu dengan cepat, meraih tasnya dan memakainya dipunggung. Ia sedaritadi menghitung detik demi detik. Seperti nyawanya akan bergantung ada pada detik per detik berganti.

Keluar dari kamar, Sinai tanpa mau repot mempedulikan keadaan sekitarnya ia segera mengambil langkah seribu.

Kini, Sinai menunggu abang gojek. Biarlah panas-panasan yang terpenting sekarang ia tidak terlambat sampai sekolah. Bandung sekarang sudah seperti ibukota Jakarta, hanya bedanya di Bandung masih banyak stock udara segar.

Kalau gadis itu boleh memilih ia pasti akan meninggalkan kota ini, Dan pergi mengungsi ke negara apa saja yang terpenting Eropa hehe.

•••

Nyaris sama halnya dengan gadis itu, sekarang seorang pemuda dengan sangat kesal menendang motornya.

AzaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang