#Tuts28

392 17 10
                                    

Dengan gerakan tak hati-hati Sinai keluar dari mobil El, mengakibatkan kepalanya terbentur namun tidak begitu ia pedulikan walau darah sedikit keluar dari dahinya. Ia berlari ke sebrang jalan, berniat menghampiri Hima dan menjelaskan kejadian tadi di mobil tanpa menghiraukan El yang bingung mengikutinya di belakang.

"Him! Himaaa?!" Teriaknya yang tak mendapat jawaban karena Hima langsung pergi begitu saja.

El menarik paksa lengan cewek itu, "Kamu kenapa sih Nai? Hima? Siapa dia? Cowok kamu?" rentetatan pertanyaan itu keluar dari mulut El, rasa bahagianya tadi kini menguap menjadi rasa cemburu kini menguasainya.

Sinai mengempaskan tangan El dengan keras, dengan sorot mata yang kini memerah, "Iya! Hima pacar gue." Serunya lantang dan tegas.

El mundur selangkah, "Nggak! Telinga aku jelas bermasalah sekarang, iyakan Nai?" Tanya El dengan panik.

Sinai tersenyum remeh, "Jelas-jelas lo denger yang gue bilang tadi, mulai sekarang gue minta lo gausah deket-deket lagi. Udah bagus dua tahun kemaren kita ga ketemu, dan sekarang mending lo balik lagi sana."

Hancur. Hati Elgon retak, ia kemaren memang sudah melepaskan Sinai, namun kenyataannya perasaan itu masih ada sampai kapan pun.

El terkekeh sinis, "Kamu yakin?"

Sinai mengusap air matanya, "Ya! Gue yakin-seyakinnya." El mencari kebohongan di mata gadis itu namun yang terpancar bukan yang diinginkannya, Sinainya berkata jujur.

Sinai berjalan melewati El, namun sebelum itu ia balikan tubuhnya menghadap kembali pada El, "Sekarang, gue perjelas disini kalo kita sudah selesai. Soal yang di mobil tadi anggap aja itu hadiah buat lo selama ini sudah mau berteman sama gue."

El masih bergeming di tempatnya, ia syok mendengar seluruh perkataan Sinai. Ia tidak menyangka akan berakhir begini, yang ia inginkan hari ini berakhir dengan bahagia.

Bukan seperti ini, dengan Sinai meninggalkannya.

"WTF!!"

---

Hima meliuk-liukan motornya dengan gesit dan penuh emosi. Motor kuningnya yang mencolok berbeda dengan kebanyakan kendaraan yang belalu-lintang mengundang perhatian masyarakat setempat.

"Goblok, gampangan banget sih. Emang setan ya tuh cowok!" Rungutnya terus menerus pada angin.

Hima merasakan hatinya serasa terhimpit, emosinya melonjak dan sangat ingin mencekik leher cowok itu.

Ponsel disaku jaketnya bergetar lama.

Hima mengangkatnya, tanpa harus meminggirkan motornya, "Halo? Oh.. Oke. Kirim alamatnya." Sambungan telepon terputus, Ia meremas ponselnya.

Oke, lo jual gue beli, Jojon!

Sebuah pesan masih dari nomor yang sama tadi muncul.

Jalan braha no.47, now!

Hima tersenyum miring, Lo belum tau aja, gue ini sabuk hitam.

Ia belokan motornya, melesat ke tempat tujuan pertarungan terbuka.

Sesampainya Hima di lokasi gudang lama toko buku, El sudah menyambutkan dengan bogeman mentah dipipi kirinya.

"BAJINGAN." Maki El dan langsung mencengkram kerah baju Hima, "gue kasih tau ya, Sinai itu cuma cinta sama gue. Lo sebagai pacarnya ga bakal bisa ngerubah fakta itu" bentak El, tertawa sinis.

AzaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang