#Tuts17

429 22 0
                                    

Suasana sekolah selalu ramai, namun jika itu pada saat jam 7-3 sore. Sekarang jam 4 lebih hanya beberapa manusia yang berkeliaran, karena kegiatan tambahan. Salah satunya adalah Rigi, ia sedikit masih khawatir dengan kondisi Sinai yang di rumah sendirian. Tapi cowok itu memegang amanah yang harus ia laksanakan sebaik mungkin, sebelum masa jabatnya habis.

 Tapi cowok itu memegang amanah yang harus ia laksanakan sebaik mungkin, sebelum masa jabatnya habis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia baru saja turun, tidak langsung ke ruangan osis. Lebih memilih memantau jauh dulu, tatapannya lurus. Bersandar di dinding tembok, untuk melihat apa yang anggotanya lakukan selagi dirinya tidak ada.

Yang terlihat semuanya berleha-leha, main gadget semua. Kecuali --- Foja. Teman adiknya itu memang seorang bendahara di osis. Keira yang menjadi wakilnya hanya diam tak menjaga ke kondisifan. Bising, bahkan salah satu anggota menyalakan music di tip dengan volume yang lumayan keras.

Foja terlihat menegur mereka semua, tapi yang gadis itu dapatkan hanya tatapan sekilas lalu lanjut ke dunianya masing-masing.

Cukup, Rigi gatal melihatnya. Mereka salah memanfaatkan fasilitas, dengan langkah lebar dan coolnya mampu membuat para anggota cheerleader yang sedang melakukan latihan menghentikan kegiatan nya hanya untuk melihat Rigi di saat melintasi mereka. Bahkan beberapa ada yang menahan teriakan, oh bahkan ada yang memegang dadanya berkata, "Jantung gue! Rasanya mau lompat padahal dia ga ngapain juga.  Astaga, pesona Rigi emang ga ada yang ngalahin. Neng mau kok dijadiin yang ke berapa juga di hati abang." Katanya mendrama yang langsung mendapatkan sorakan "Huuuu ....." Dari temannya sendiri.

Telinga Rigi sudah kebal, ia tau dirinya sangat tipe ideal para cewek di SMA Garuda tapi tidak satupun dari mereka yang berhasil merobohkan tembok yang ia pasang.

Cowok berjaket merah itu, berdiri menjulang tinggi di depan ruang osis. Semua yang berada di dalam tergelonjak kaget akan kehadiran Rigi, sang ketua osis.

Hanya ada satu cewek yang bukannya ketakutan justru kelihatan gugup, saat tepat manik mata caramel Rigi menatapnya, Mereka saling tatap mendalami lawannya. Sampai Keira yang tau arah tatapan Rigi berpura-pura batuk yang berhasil memutuskan pandangan Rigi dengan Foja.

"Akhirnya kamu dateng juga. Maaf atas kekacauan yang mereka buat ya, padahal aku udah negur berapa kali tapi ga mereka gubris." Keira mendekat ke arah Rigi, namun sayang baru saja Keira mau mengapit lengannya cowok itu menghindar dan memasuki ruangan yang terdapat banyak manusia yang berkedok.

Keira tak sepenuhnya berbohong, karna cewek itu memang sudah capek memberitahu temannya yang memang bebal. Kemudian cewek itu duduk di tempatnya yang disebelah Rigi menopang tangan untuk memperhatikan sekitar, kalo Rigi sudah menghindar artinya ia tak bisa berbuat lebih untuk kali ini.

"Langsung rapat, Dan tugas yang kalian sudah dapat kumpulkan di atas meja."

Sekian, Rigi hanya berucap begitu tanpa basa-basi. Yang membuat anggotanya ketar-ketir. Sekali lagi hanya Foja yang tenang namun sedikit gugup.

Melihatnya seperti itu, Rigi menahan tangan Foja yang baru menaroh hasil tugas nya. "Lo bisa ke rumah abis ini? Sinai lagi kurang sehat, Dan tolong hibur dia." Rigi berkata kecil namun tegas, sampai detak jantung Foja serasa cepat. Setelahnya Rigi melepaskan cekalannya, melihat Foja yang masih bergeming ditambah pipinya merah merona. Sedikit menarik sudut pinggir ke atas membentuk senyum yang jarang orang lihat.

Foja bergeming di tempat, setelah teman yang lainnya menegur barulah iya kembali ke dunia, "Bisa kak." Ucapnya sebelum beranjak duduk seperti yang lainnya.

Semua itu terekam jelas oleh Keira, hatinya sakit. Tapi cewek berambut panjang itu sudah menekatkan dirinya untuk tetep berjuang.

Semangat Kei.

•••

Sinai keluar kamar mandi setelah 2 jam berendam, kulitnya serasa mati. Matanya terdapat lingkaran hitam karna tak hentinya ia menangis.

Ia mengganti bajunya lagi, kemudian membanting tubuhnya ke kasur. Tidak lama kemudian Foja berdiri di ambang pintu masuk kamar.

Melihat temannya tidur terlentang dengan kulit pucatnya, mampu membuat Foja meringis bercampur kesal. Sinai tidak menghubungi dirinya, jika saja tadi Rigi tak memberitahukan mungkin Foja akan marah selama 2 hari saja. Karna kalo lebih 3 hari nanti dosa begitu kata pak Ustadz.

Foja yang melihat Sinai masih akan berbaring dan kelihatan sangat letih, menutup pintu kamar kembali. Dan dikejutkan oleh Rigi yang sudah di sampingnya, dengan kaos hitam polos dan celana selutut.

Foja langsung menutup mulutnya, Rigi terlihat lebih gantengnya. Walaupun sudah sering tapi masih saja Foja terpesona.

Bingung, Rigi menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa di tutup lagi?"

"Eng... itu Sinai lagi istirahat takut ganggu kak. Jadi mending aku jenguknya nanti aja deh." Gugup yang dirasakan Foja terlihat jelas, cewek itu paling tidak kuat berbicara doang hanya berdua dengan Rigi. Pada saat kesini bareng saja hanya hening yang menemani mereka, Rigi yang memaksanya bareng.

"Mau pulang?"

"......"

"Fo?"

"Hah, iya kak?"

Tanpa berkata Rigi berjalan di depan, Foja menebak dirinya hanya akan diantar sampai depan rumah Sinai tapi ternyata dugaannya salah karna Rigi menuju mobil yang masih terparkir di depan rumah.

"Ayo masuk, udah mau magribh. Ntar gue yang bilang kalo abis bawa lo jenguk Sinai."

Seriously? Gentle banget sih. Ga biasanya banget.

"Iy- "

"Den, Non Sinai. Pingsan lagi!"

"Kok bisa?! Maaf Fo, lo pulangnya diantar mang Ujang ya. Sebentar, Bi tolong bilangin ke mang Ujang  kalo udah sampai turun dulu bilang kalo dia habis jenguk Sinai. " lalu tanpa perlu menunggu jawaban, Rigi berlari ke lantai atas kembali. Sementara Foja terlihat panik dan khawatir juga akan Sinai yang baru saja ia kira sedang tidur.

Di sana Sinai tergeletak tak berdaya di lantai, Rigi segera mengangkatnya dan menggendongnya keluar. Langkahnya tergesa Bi Aya sudah kembali mengikuti anak majikannya di belakang.

"Bukain bi, cepet!" Rigi panik, merasakan tubuh Sinai yang dingin. Apa yang adiknya ini lakukan sampai seperti ini.

Rigi tak tenang, secepatnya ia membawa Sinai ke rumah sakit. Tempat Alif bekerja.

---------------------------------------------
#N/A
Masih dramaaaa😆👌🏻
Tungguin kelanjutannyaaaa
&
Tinggalin jejaknyaaaaaaaa😗

AzaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang