#Tuts15

454 21 0
                                    

Melihatnya terbaring lemah, semakin membucah amarah di hati. Jangan coba-coba ganggu kalau tidak mau kena tonjok.

•••

Rigi tidak bisa untuk tidak terlihat kacau, sudah 3 jam namun Sinai belum sadarkan diri. Pamannya Alif sudah beranjak pergi ke rumah sakit kembali dan mengatakan kalau Sinai kambuh akan magh nya yang menyebabkan sampai pingsan.

Sebenernya masih ada sesuatu yang lain, namun Alif sembunyikan karna sudah berjanji kepada Sinai dulu.

Cowok itu menjambak rambutnya, frustrasi ia rasakan. Gagal menjaga adiknya, menyalahkan dirinya sendiri.

"Akkhhhhh! Fu*k" Teriaknya.

Kenapa harus Sinai!

Di atas kasur Sinai mengerjapkan mata lentiknya. Menggerakan tangan mungilnya. Rigi yang melihatnya langsung menghampirinya menggenggam tangan yang terasa dingin di telapaknya.

"Nai? Bangun dong." Lirihnya pelan dengan mata sudah memerah.

Terdengar rintihan kecil keluar dari bibir tipis merah Sinai, Rigi semakin mengeratkan genggamannya. Ia tidak boleh kelihangan Sinai. Jangan, jangan dulu untuk sekarang. Sebelum ia mengakhiri ini semua.

"Mah... Maafin aku." Sinai mengucap dengan masih mata terpejam.

Apa yang sebenernya terjadi, Rigi harus segera mengecek cctv di rumahnya. Rigi menyentakkan kepalanya kenapa baru kepikiran sekarang.

Rigi segera melepaskan tanganya yang masih terpaut, berlari menuruni tangga dengan berlari ke ruang bawah tanah.

Membuka ruangan dengan tergesa, Rigi mendapati ruangan itu kosong. Tidak ada yang menjaga, kemana petugas yang berjaga. Tidak untuk sekarang ia pikirkan itu, dengan modal kecil ia paling suka ngotak-atik komputer Rigi bisa mengecek sendiri.

Namun, yang ada hanya suasana rumah yang sepi. Tidak ada kejadian apapun, Rigi terus mengecek sampai akhirnya ia tau bahwa video pada saat pagi sudah tidak ada. Ia dikelabui dengan tayangan cctv ditanggal, bulan, Dan tahun yang sama namun aslinya rekaman tahun lalu.

Bangs•t!

Rigi telat 5 menit, karna baru saja seseorang menyelinap masuk untuk mengambil rekaman. Di balik tembok ia menelfon seseorang yang sudah membayarnya. Mengatakan pekerjaannya beres, Dan langsung di sambut tawa di sebrang sana. Seseorang itu lanjut lari kabur dari kandang singa.

Cowok itu, sudah di ambang amarah entah level yang ke berapa. Ia kalah, Dan tentu saja Sinai dengan senang hati menolak untuk cerita ke dirinya.

Karna percuma tidak ada yang bisa ia lakukan sekarang, Rigi kembali ke atas kamar Sinai. Di lihatnya sekarang Sinai sudah sadarkan diri dengan semangkuk bubur di tangannya.

Segera saja Rigi menghampirinya dan mengambil alih, untuk menyuapi Sinai. Namun tangan Sinai menariknya lagi, "aku bisa makan sendiri kak." Sinai memohon.

Rigi menggeleng, "biar abang yang nyuapin, kamu ga boleh gerak banyak. Please sekali aja nurut ya sama abang." Paksa Rigi dengan menarik mangkuk buburnya, Sinai mengalah.

Kepalanya masih pusing, badannya lemas untuk di gerakan. Sinai ingat sedari pagi dirinya belum mengosumsi makanan sedikitpun. Di cafe ia hanya minta es tea.

AzaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang