#Tuts26

402 19 0
                                    

February 2015

Sinai memainkan tuts-tuts hitam-putih di piano, ia mencoba aransemen yang baru saja ia dapat di tempat les musik nya. Ia begitu tenggelam ke dunia musik, dan fokus nya harus terhenti karna ketukan brutal dari luar kamarnya. Sinai menghentikan permainannya sebelum mempersilakan orang di luar kamarnya, "Masuk."

Detik berikutnya Mauna muncul dengan senyum lebar nya, ia tau betul telah mengganggu acara ritual belajar adiknya. Masih dengan senyum lebarnya ia merebahkan dirinya dikasur empuk Sinai.

Sinai menatap Mauna malas, "Mau apa sekarang?" Tanyanya langsung.

Mauna langsung terduduk, senang karna Sinai yang memang peka, "El ngapain aja hari ini selain antar-jemput kamu les musik?" Bahkan Mauna tak perlu basa-basi menanyakan hal yang sangat Sinai hindari saat ini.

Sinai menghela napas, "Dia abis tanding futsal dan nonton bareng temen cowoknya, dan lagi final nya minggu ini." Ucap Sinai mencoba untuk terlihat biasa-biasa saja.

Kemaren Mauna berterus terang tentang perasaanya pada Sinai, bahwa Mauna  menyukai Elgon yang mengejutkan Sinai, pasalnya ia juga merasakan perasaan yang sama terhadap El teman sepermainannya. Dan Mauna meminta nya menjadi sumber informasi terhadap apa saja yang dilakukan El sepanjang waktu mulai sekarang. itu hal yang sungguh berat baginya, bukan rindu saja yang berat, baca itu Dilan!

"Minggu ini? Kebetulan banget! Besok temani aku, ok."

Sinai menggeleng, "Aku udah janji mau temani El kak, Jadi dia nanti jemput ke rumah."

Mauna menjetikan jarinya, "Itu lebih bagus lagi kan? Nanti kamu bilang, Aku nebeng bareng dan aku bisa pdkt langsung sama El." Mauna tersenyum-senyum membayangkan hari minggunya nanti berangkat bareng El dan melihat El menggiring bola ke gawang lawan, pasti sangat menyenangkan. dengan rambut setengah basahnya, kaos nya yang ah, pasti sangat menyenangkan.

Sinai harus menjawab apalagi selain menyanggupi permintaan kakaknya. Selama ini Mauna selalu membantu nya dan saat ini, saatnya Sinai membalas dengan mendekatkan Mauna dan Elgon walaupun begitu berat rasanya.

"Iya, beres. Sekarang kak Una bisa keluar, Aku mau lanjutin belajarnya." Usir Sinai.

Mauna mendelik tajam tapi tetap menuruti Sinai dan keluar kamar.

Seperginya Mauna, Sinai tak lagi tertarik memainkan tuts piano nya, tak lagi terlihat menarik untuk saat ini. Melawan perasaan sendiri sungguh sangat menyakitkan, ia terduduk di lantai semoga langkahnya mendekati Mauna dan El berjalan lancar.

Sinai bergerak gelisah dalam tidur nya, dan mengerjapkan kepolak matanya perlahan. Bayangan Mauna kakaknya kini menghantuinya kembali dalam tidur nya. Selama ini Sinai selalu bisa mengalihkan nya dengan berbagai macam hal, tapi kembalinya El menjadi faktor ingatan itu terus berputar.

Sinai mengusap wajahnya kasar, melihat jam dinding yang menunjukan pukul 5 shubuh. Ternyata ia ketiduran selama perjalanan pulang bersama El, tapi kemana cowok itu sekarang. Seingat Sinai kata yang terakhir El ucapkan walau hanya samar-samar, "Aku akan selalu mencintai mu walau dengan cara yang berbeda sekarang." Lalu setelahnya lenyap terbawa mimpi.

AzaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang