Sebelas

1K 26 0
                                    

Aku bangun dipagi hari ketika sang mentari belum menampakkan sinarnya menggantikan bulan. Masih teringat betul di otakku kejadian semalam, aku menghela nafas sambil mengusap wajahku. Emosi rasanya telah tercampur aduk, kuniatkan kakiku untuk melangkah menuju sebuah ruangan yang membuatku tenang karena air wudhu nya. Kuputuskan untuk shalat terlebih dahulu setelah itu mandi.
.
Kesejukkan pagi membuatku kembali ceria, ku aktifkan kembali handphone ku yang semalam sempat aku matikan karena kebodohan diriku sendiri membalas pesan singkat dari, ah sudahlah.
.
Dering yang berasal dari handphone ku menandakan pesan masuk. Kulihat ada 5 pesan masuk dari 2 orang.

Fadhilmessage~

"pagi ra"
"ko gak dibales ra?"
"lagi apa ra? "

Ahmadmessage~
" ra besok bisa bicara? Kutunggu kamu didanau sepulang sekolah bisa? "
" ra kamu baik baik saja?"
.
.
Aku hanya mampu menghela nafas melihat sederet nama yang tertulis di handphone ku, ya! Dia adalah fadhil. Sudah berapa kali aku mencoba melupakan ya tapi kenapa ia kembali lagi dalam hidupku? Rasanya tak adil jika ia ingin kembali setelah sekian lama menyakiti. Sebaiknya ku blokir nomernya agar ia tak bisa menghubungi lagi. Kukuatkan tanganku untuk memblokir nomer fadhil. Ntah ada rasa tenang dan rasa rindu yang masih ingin terbalas oleh pemilik rindu ini. Aku kembali mempersiapkan diri dan merapihkan segala kebutuhan sekolah hari ini, kemudian bergegas pergi kesekolah. Yeay rasanya hidupku tenang dan sejuk. Tapi? Kenapa ahmad meminta bertemu ya didanau? Padahalkan kita sekelas? Mungkin ia ingin menceritakan sesuatu. Aku berusaha positif thinking kepada sahabatku itu. Sahabat yang mampu membuatku menjadi diriku sendiri sekarang. Terimakasih ahmad:)
.
.
Aku berjalan menuju kelas dengan senyum yang selalu mengembang di bibirku. Setelah sampai kelas kulihat baru ada ahmad yang datang, aku melihat jam yang melanggar di tangan kananku,

"pantes aja baru ahmad yang dateng, orang baru jam 6" kataku agak keras sehingga ahmad sepertinya mendengar suaraku

"wa'alaikumussalaam " aku kaget mendengar jawaban salam dari arah dalam kelas, ahmad menjawab salam? Padahal aku belum mengucapkan salam, aku malah melamun didepan kelas.

" buat apa melamun didepan kelas? Kamu masuk kelas bukannya mengucap salam" ucapan ahmad menyadarkanku dalam lamunanku, lantas sontak aku langsung masuk kedalaman dan langsung mengucap salam.

"assalaamu'alaikum akhii" salam ku pada ahmad kemudian langsung duduk ditempat dudukku.

"wa'alaikumussalaam ukhtii " jawab ahmad.

" anak rajin ya" aku tertawa sambil melirik sebentar kearah ahmad

"yaiya lah, anak rajin " ia mengibraskan kerah bajunya sambil tertawa meledekku.

"so kau ya mad" aku tertawa melihat tingkah ya, ahmadpun yang duduknya agak jauh dari ku terlihat tertawa.

"kemarin kenapa gak bales sms ra? " pertanyaan ahmad seketika membuatku beku, mengingat kembali memori malam tadi dimana aku malah memikirkan fadhil. Sehingga aku mengabaikan pesan dari ahmad.

" ra" ahmad mengagetkanku dengan duduk didepan meja ku

"a.. Itu.. Apa.. Ya tadi? " kenapa aku malah gugup? Ahmad kelihatan bingung melihat aku yang mungkin terlihat seperti orang yang menyembunyikan sesuatu.

" kamu lagi ada masalah ra? " tanya ahmad

" sebelumnya maaf karena semalam aku gak bisa bales pesanmu mad, saat itu juga saat kamu mengirimku pesan fadhil juga mengirimku pesan, sehingga buat aku jadi bingung, aku malah kembali inget sama fadhil maka dari itu aku gak bales pesan kamu" aku menceritakan semuanya sambil menunduk, entah aku rasanya ingin mengeluarkan semua bebanku melalui air mata ini tapi aku tak mau menangisinya lagi.

"ra, sudah ku ilang kalau kamu punya masalah cerita sama aku, kali aja aku bisa bantu, tadinya aku sms kamu karena aku memang mau ngajak kamu beli buku, tapi kamu gak bales makanya aku nyuruh kamu ke danau, siapa tau kamu lagi sedih dan banyak masalah" kata kata ahmad kembali menenangkanku, aku kembali tersenyum.

"makasih mad" aku tersenyum pada ahmad, ahmad hanya membalas senyum sambil berkata "sama sama" kemudian kembali duduk di tempat duduknya dan kembali membaca buku.

Aku tersenyum sambil melirik kearah ahmad yang sedang fokus membaca buku. Laki laki itu yang sekarang mampu membuatku merasa tenang.

"mad, nanti jadi beli buku? " tanyakan pada ahmad

" kalau keadaanmu belum membaik jangan dipaksakan ra, aku bisa membelinya sendiri" ucapan ahmad begitu lembut,  akhirnya aku memohon untuk tetap menemaninya membeli buku.

"aku telah membaik, aku juga ingin membeli buku, boleh ya? " ahmad melirik ku sekilas kemudian tersenyum dan mengangguk. Setelah itu ia kembali fokus pada bukunya dan aku fokus pada pelajaran kimia.
.
.
.
.
.

Ada rasa tenang yang kau hantarkan pada seluruh bagian dari hidup ku, sehingga membuatku selalu ingin bersamamu agar aku selalu merasa tenang.
.
.
Zahra~

.
.
.
Segini dulu ya.. Semoga suka

Perasaan Yang TerpendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang