SEBELAS

5.2K 698 88
                                    

Nayeong menatap tidak suka wanita yang baru saja membukakan pintu untuknya. Ditatapnya dari atas turun ke bawah, hot pans dan tanktop abu dibalut dengan kemeja kotak-kotak yang Nayeong yakini kemeja itu milik Suga.

"Nyari siapa?" Suara lembut namun menyembunyikan keketusan tersebut berhasil membuat Nayeong memutar matanya jengah.

Tanpa peduli sopan santun wanita itu mendorong Wendy sehingga tersingkir dari ambang pintu, "Suga mana?" Tanyanya berjalan masuk

"Ngapain lo? Main masuk sembarangan kayak gak punya sopan santun aja! HEH!"

Nayeong memutar matanya, ia mencibir tidak jelas. Ugh! Lihat wanita itu! Songong sekali. Dan juga tidak tau diri bertamu ke rumah cowok orang pagi-pagi sekali dengan pakaian ke kurangan bahan. Wendy benar-benar ingin meremukannya, kalo bisa ia buat perkedel daging Nayeong! Son Wendy dengan kesal membanting pintu apartment Suga. Nafasnya memburu ingin cepat-cepat mencingcang daging wanita itu.

Dan tepat saat ia membalikan badan, sosok lelaki bertelanjang dada dan rambut basah acak-acakan keluar dari kamar, oh tentu wanita ular ini terlihat sangat bahagia mendapati pemandangan indah di depannya.

"Sugaaa!!" Pekiknya sedikit berlari mendekat ke arahnya.

Tidak! Wendy dengan cepat menarik tali sling bag yang Nayeong pakai, mencegah wanita itu untuk memeluk Suga.

Wendy berkacak pinggang, "Ngapain lo! Jangan kayak soang yang main nyosor!"

"Ih apaan sih sirik aja," Nayeong kembali beralih ke arah Suga, ia mengangkat tinggi kotak makan yang ia bawa dari rumah, "Look this! Aku bawain kimbab special buat Suga. Dijamin deh enak."

Huek.
Wendy mau muntah rasanya.

Suga merasa serba salah. Ia melirik ke arah Wendy yang membuang muka karena kesal. Nyonya besar marah, itu artinya akhirat bagi Suga. Ia beralih menatap Nayeong, "Sorry Nay, tapi gue-"

"Kenapa gak suka ya?" Wanita itu memasang wajah sedih, "Aku udah cape-cape loh buat ini. Bahkan aku sampe bangun jam 3 pagi demi buatin kimbab buat kamu. Masa gak dimakan si, jahat banget."

Tolong berikan Wendy kantung plastik ukuran jumbo untuk mengeluarkan isi perutnya.

Gini nih resiko jadi cowok yang paling gak tega ngeliat cewek sedih. Paling gak bisa memperlakukan cewek sedikit kasar, maksudnya tegas dikit gitulah. Suga jadi serba salah karena tidak enak kalau harus menolak makanan yang dibuat oleh Nayeong, ia merasa tidak menghargai usaha Nayeong yang sudah membuatnya. No! Suga bukan tipekal orang yang tidak bisa menghargai kayak orang. Tapi kalo diterima, nyonya besar bisa ngamuk.

"Dimakan ya." Sahut Nayeong dengan nada di imut-imutkan. Lebih tepat sok imut.

"Jijik." Dumel Wendy.

Nayeong memutar tubuhnya menghadap Wendy, matanya tajam menatap Wendy dengan geram, "Apaan si lo! Sirik aja! Ga, dia siapa si? Temen main kamu tadi malem ya?"

Memang seharusnya Wendy sudah memperkedel wanita ini. Dengan emosi yang melebihi kadar panas larva di dalam gunung berapi Wendy berkacak pinggang, sorot mata penuh kesal menatap Nayeong dengan tajam, "Eh lo kata gue lacur apa! Lo tuh yang gatau diri, dateng ke rumah cowok pagi-pagi. Baju kurang bahan kayak gini, tau sopan santun gak?"

"Lo tuh yang-"

Perang ini perang. Suga harus segera mencegahnya. Lelaki itu berdiri di antara Nayeong dan Wendy menengahi mereka yang sebentar lagi akan perang mengkuliti, "Udah dong jangan ribut."

Kedua wanita itu saling membuang muka, membuat Suga harus mengacak rambutnya kasar. Apalagi saat Wendy sedikitpun tidak menoleh ke arah Suga.

"Nay, gue ambil kotak makan lo, makasih udah rela bangun pagi buatin gue sarapan. " Nayeong berjingkrak senang, ia menyodorkan kotak makan tersebut kepada Suga.

Strage Boy [Wenga]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang