(24) GARA-GARA LEWAT STM

1.1K 49 0
                                    

"Ra, pulangnya bareng gue aja yuk."

"Gapapa nih?"

"Udah ayok."

Akhirnya Tiara memutuskan pulang bersama Franda.

Tumben dia ngajakin gue pulang bareng. Pasti ada maunya nih.

Area SMEA telah mereka tinggalkan. Kini mereka bercengkrama diperjalanan. Membuat pengemudi lain menoleh ke arahnya.

"Kok lurus sih Fra, rumah gue kan belok kiri."

"Lurus kan juga bisa."

"Iya, tapi kan lebih jauh."

"Gapapa."

"Ini bukannya jalan ke STM ya?" Tiara mengingat jalan yang pernah ia lalui bersama Candra beberapa waktu yang lalu.

"Emang. Sengaja. Haha"

"Ahh dasar lo, jadi cewek genit."

"Nyesek kali Ra, jomblo lama-lama."

"Siapa suruh jomblo." sindir Tiara bercanda

"Percaya yang habis jadian."

"Jelas dong." nada sombong

Mereka hening sejenak.

"Rame-rame apaan itu Fra?" Tiara tampak heran. Tepat di depan STM ada banyak orang. Mereka semua saling beradu kata. Sangat ribut. Apa yang terjadi?

"Kayaknya itu pada tawuran deh Ra."

"Masa sih Fra?" tanya Tiara tidak bercanda.

Semakin lama keributan itu semakin menjadi-jadi. Perkelahian dimana-mana. Mereka beradu tinju tangan dan kaki. Tidak terlihat ada pihak kepolisian di situ. Sangat mengerikan. Apa yang mereka permasalahkan?

Raut muka Tiara berubah menjadi pucat. Perkelahian adalah hal yang paling ia takutkan.

Tiara dan Franda berhenti tak jauh dari tempat kejadian. Mereka menyaksikan betapa kerasnya sikap laki-laki yang ada ditawuran itu.

"Ra, kayaknya gue kenal cowok itu deh." matanya menyipit. Penglihatannya fokus kepada cowok yang ia maksud. Memastikan apakah benar atau salah apa yang dilihatnya.

"Yang mana Fra?" Tiara berkata lemas

"Itu." tunjuk Franda

"Fra, itukan Candra." Tiara sungguh tak percaya apa yang kini ia lihat. Seseorang yang selama ini ia banggakan berada diantara perkelahian itu. Air mata Tiara menetes. Tubuhnya semakin lemas. Ia berpegang dilengan Franda.

Ia benci perkelahian. Apakah ia juga akan membenci Candra?

Tiara dan Franda terus memandangi kerumunan tersebut. Akhirnya bola mata mereka jatuh kepada seorang cowok yang terkena pukulan keras, tubuhnya terjatuh,  ditambah pula tendangan yang keras. Kemudian Candra datang melawan seseorang yang membuat cowok itu tersungkur.

Tiara dan Franda merasakan betapa sakitnya si cowok itu. Mereka tak tega. Ingin menolong tapi tak sanggup.

"Franda!" Tiara teriak kemudian menutup mulutnya. Matanya semakin berair. Ia tak percaya apa yang ia lihat sekarang. Cowok yang tadi ia lihat ternyata adalah kakaknya sendiri.

"Kak Gielllll..." Tiara tak bisa lagi berdiri menyaksikan dari kejauhan. Ia tidak dapat menahan dirinya lagi. Ia berlari menuju perkelahian tersebut.

"Tiaraa jangan." Franda mencoba menahan tangan Tiara namun ia tak berhasil

Tiara memberanikan dirinya masuk ke dalam pertempuran antar pelajar itu. Ia berusaha menemukan kakaknya. Air matanya tak bisa berhenti mengalir.

"Kak giel." ia menemukan kakaknya jatuh kesakitan. Wajahnya berlumuran darah. Tiara sangat ketakutan. Amarahnya sudah mencapai puncak. Kesabarannya sudah tidak bisa di bendung lagi. Saat ini ia sedang berada tepat di tengah-tengah perkelahian itu.

"STOP!!!" Tiara mengeluarkan semua suaranya tanpa tersisa. Membuat semua keributan itu terhenti. Dan disaat itu pula guru-guru yang ada di STM keluar dan membubarkan mereka.

Candra berdiri dibelakang Tiara. Ia melihat Tiara menangis begitu ketakutan melihat keadaan kakaknya. Tiara menoleh kebelakang, memandang benci Candra.

Franda yang sejak tadi hanya melihat, kini ia datang menghampiri Tiara. Mengelus punggung Tiara lembut mencoba menenangkan.

Akhirnya Giel dibawa ke rumah sakit oleh pihak sekolah. Tiara tak bisa ikut, ia hanya bisa menunggu di rumah.

Candra merasa bersalah atas dirinya. Ia telah memperlihatkan keburukan dirinya didepan orang yang ia sayangi. Ia tak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Hanya minta maaf yang bisa ia lakukan. Tapi itu tak mungkin. Tiara pasti masih shock atas kejadian tadi.

Candra dihantui dengan segala ketakutan. Ia takut hubungannya lenyap. Ia takut kehilangan Tiara. Ia benar-benar sudah terlanjur cinta padanya.

"Arghh!!" Candra memukul meja dihadapannya, meremas rambutnya lalu menenggelamkan kepalanya. Ia masih berada di sekolahnya. Hanya sendirian.

"Tuhan jangan hilangkan dia dulu. Aku baru jadian dengannya kemarin."

Ia terbayang dengan tatapan benci Tiara. Semakin membuat hatinya teriris. Ia belum siap menerima resiko-resiko setelah ini.

"Kenapa dia bisa berada disini dan melihat semua ini Tuhan?"

~~~~~

CINTA SMEA vs STMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang