(14) BEAUTIFUL SUNDAY

1.4K 63 0
                                    

Hari ini wajah Tiara terlihat sangat bersemangat. Sepertinya kali ini dia menyukai hari minggu. Pagi-pagi, dia sudah sibuk dikamarnya. Entah apa yang dia cari.

Tiara mengeluarkan sebuah kotak berukuran 30x50cm dari bawah tempat tidurnya. Sepertinya kotak itu di desain khusus untuk Tiara. Di bagian depan kotak, terukir nama Tiara Bunga Mentarise. Dan dibawahnya terdapat tanggal (1 April 2007), bulan dimana musim hujan tergantikan oleh musim kemarau. Sekaligus tanggal dan bulan kelahiran Tiara.

Kotak tersebut merupakan pemberian Ayahnya ketika Tiara berulang tahun yang ke enam.

Tiara meniup debu yang menyelubungi kotak. Dengan penuh hati-hati Tiara membuka kotak tersebut. Ia tersenyum melihat apa yang ada di dalam kotak itu. Isinya berbagai lukisan sewaktu dia masih duduk di Sekolah Dasar. Lukisan yang mengandung banyak arti. Lukisan yang meninggalkan begitu banyak kenangan.

Ia mulai melihat satu per satu kertas yang berjumlah 34 lembar itu. Sampai di lembar yang ke 28, ia terhenti. Sepertinya ada yang menarik. Ternyata lukisan tersebut menggambarkan dirinya sedang dilatih berenang oleh mamahnya. Sedangkan kakaknya dilatih berenang oleh ayahnya. Tiara mengingat-ingat kejadian yang sudah bertahun-tahun tersebut. Betapa bahagianya mereka, menghabiskan waktu bersama keluarga.

Saat malam tiba, Tiara melukiskan kebahagiaan itu diatas kertas. Karena umurnya yang masih kecil, lukisannya belum begitu sempurna.

Bahkan ia pun ingat, waktu itu dirinya merasa sangat mengantuk. Akhirnya ia tertidur diatas lukisannya.

--

Tampaknya Tiara ingin melakukan sesuatu. Ia memasukkan kembali kertas-kertas tersebut kedalam kotak,  kemudian mengambil box lukisnya dan berlari ke arah kolam renang.

Tiara mendirikan stan lukis yang membelakangi kolam renang. Sepertinya ia ingin melukiskan kembali kenangan itu.

Di waktu yang sama temen-temen Giel datang. Masih sama..ada Roni, Pandu, Daniel, dan juga Candra. Mereka sudah lama tak main di rumah Giel. Yang membuat mereka suka main disini adalah kebebasan. Ya...karena rumah Giel selalu sepi ditambah fasilitas yang serba ada dan sangat membuat happy.

Sepertinya Giel paham apa yang akan mereka lakukan di rumahnya. Mereka semua datang dengan membawa pakaian. Pasti mereka mau berenang.

"Masuk yok." pinta Giel

Akhirnya mereka ber-empat masuk dan menguntit dibelakang Giel.

"Gi, kita kesini ma--"

"Renang kan?" sahut giel dengan tebakannya.

"Ihh, lo bisa baca pikiran orang lain ya?serem amat." cetus Pandu dengan menunjuk Giel.

"Emang pakaian lo mau buat apa kecuali renang? Ngelap motor gue?" Giel mulai bercanda

"Oiya." ketawa merekapun pecah.

Tanpa basa-basi yang lama, mereka berlima langsung cuss ke kolam renang.

Tiara tidak menyadari kedatangan mereka. Padahal jarak antaranya melukis dengan kolam renang hanya terpaut empat meter. Mungkin dia terlalu serius dengan lukisannya. Ia tak mau lukisannya ada yang kurang sedikit pun. Ditambah pandangannya yang tertutup stan lukis, sehingga dia tak mampu melihat ke arah kolam renang. Dan ternyata ditambah pula headset ditelinganya.

"Kita balapan dari sini sampai ujung sana. Yang kalah mandinya terakhir." tantang Daniel.

Mereka berlima bersiap dan mengambil ancang-ancang hingga akhirnya mereka meluncur.

"Yess!gue pertama" teriak Roni.

Setelah roni, disusul oleh Giel. Kemudian Pandu. Kemudian lagi Daniel.

"Haha, lo yang mandi terakhir ndra." cetus Pandu dengan ketawa jahatnya.

Akhirnya mereka mandi secara bergantian di kamar mandi yang disiapkan khusus di sebelah barat kolam renang. Karna Daniel dan Candra mandi terakhir, mereka memutuskan untuk masih berenang.

Kini Candra ditantang daniel berenang batu. Seluruh badannya harus berada didalam air. Siapa yang bertahan paling lama, misal Candra, dia boleh mendahului Daniel mandi.

Namun lagi-lagi, Candra harus menerima kekalahannya.

Ketika Candra memunculkan dirinya keluar dari air, tak sengaja ia melihat sepasang kaki dari balik suatu benda. Candra penasaran, lalu menghampirinya.

Dia sengaja datang secara diam-diam. Kini ia sampai tepat dibelakang orang tersebut. Seorang perempuan dengan rambut terurai. Tangannya penuh dengan pewarna.

"Bagus banget." Candra tidak menyadari dirinya mengeluarkan kata itu.

Perempuan itu pun kaget dan menoleh ke belakang.

"Ternyata elo ra."

Mereka berdua sama-sama kaget. Tiara menurunkan headsetnya yang bergantung di telinga.

"Sejak kapan kak Candra disini?"

"Sejak tadi. Elo nggak tau kita pada berenang?"

"Enggak." sambil menggelengkan kepalanya

"Keren juga bakat lo. Kenapa nggak masuk di sekolah seni aja?"

"Udah terlanjur di SMEA."

"Boleh duduk?" sambil melihat tempat duduk yang tersisa di samping Tiara

"Boleh."

Tiarapun melanjutkan lukisannya. Candra memperhatikan setiap coretan yang Tiara bentuk. Sampai ia tak ingat bahwa gilirannya mandi sudah tiba.

"Ini elo?" jarinya menunjuk pada lukisan yang membentuk seorang gadis kecil.

"Iya kak. Itu waktu aku umur lima tahun. Waktu itu ayah dan mamah sedang melatih aku dan kakak berenang. Aku seneng banget waktu itu keluargaku bisa kumpul semua." tanpa dimintai penjelasan, Tiara menceritakan semuanya.

Candra mengangguk-anggukkan kepalanya paham. Ia tahu jika selama ini orang tuanya sibuk di luar kota.

"Kok lo beda banget sih sama waktu lo kecil?"

Tiara terheran, "Apanya yang beda kak?'

"Dulu lo kecil sekarang besar."

Tiara tertawa mendengar guyonan Candra. Candra pun terbawa tertawanya.

"Gue kira kak Candra bakal bilang, sekarang lo cantik." Tiara balas mempercandainya

"GR amat lo."
"Emang bener sih."

"Tuhkan...mana bisa Tiara di bohongin."

Mereka berdua saling beradu tawa sampai tak ingat bahwa mereka telah menghabiskan banyak waktu.

Saking banyaknya ketawa, air mata Tiara keluar dari matanya. Sontak tangan kanannya menghapus.

"Etss, tuhkan kotor." Giel menghapus pewarna lukis yang mengotori pelipis Tiara.

Tiara terduduk kaku dan matanya menatap kearah mata Candra yang sedang fokus membersihkan pelipisnya.

Akhirnya mata mereka pun bertemu. Memandang dalam satu garis. For the first time.

"Tenyata lo beneran cantik. Padahal yang tadi gue cuma bercanda." kesadaran Candra berubah. Mulutnya tak bisa berbohong. Pikirannya tak bisa di hentikan. Ia mengatakan itu dengan segala kejujurannya.

"Apaan sih kak." sambil memutar arah pandangannya ke lukisan. Candra pun menurunkan tangannya.

"Oiya, gue belum mandi."

Candra langsung pergi begitu saja tanpa pamit. Tiara hanya bisa melihatnya semakin jauh.

Ternyata lo beneran cantik. Padahal yang tadi gue cuma bercanda.

"Pagi-pagi udah dapet gombal dari cowok nggak jelas." ucapnya lirih dengan senyumnya yang melebar.

Tiara pun memberi judul pada lukisannya.

Beautiful Sunday:)

~~~~~

CINTA SMEA vs STMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang