waah....

38 4 3
                                    

*moanenggoya* = apa yang kau lakukan
*chankaman* = tunggu sebentar
*kendae*= ngomong-ngomong

Pada saat aku membuka mataku, aku melihat wajah Ji Dwi tepat di depan wajahku,

terlihat bibirnya yang maju-maju memonyong,

aku terkejut dan berteriak sembari mendorong tubuh Ji Dwi, "YAAA!!!!! ".

aku bangkit dan melihat Ji Dwi terjatuh kesakitan.

"Ya!! Moanenggoya? Apa kau gila? Dasar pria mesum!!! "Sambil aku melemparkan semua barang yang ada di sekitarku.

"Ya, ya, ya! Aku hanya ingin menolongmu....! " kata Ji Dwi tegas,

"kau sebut itu menolong? " Tanyaku marah,

"yah... Aku mencoba menolongmu, yah... Meskipun dengan nafas buatan," katanya sambil memelankan suaranya.

"Kau itu hanya memanfaatkan kesempatan ini kan? ".

"Ya! Apa aku selalu salah di matamu? Semua yang aku lakukan tak pernah menyenangkanmu... Apa kau benci padaku? ...... Kalau begitu jangan pernah kau mencariku lagi! " Ucapnya sambil dia bangkit dan pergi meninggalkanku yang sedang terduduk di tempat yang aku tak tahu dimana itu.

"Ya! JI DWI YA !!!!" teriakku sambil aku bangkit dan berlari mengejarnya,

tiba-tiba aku melihat sekelompok orang yang sedang membekap mulut dan membawa pergi Ji Dwi , aku terkejut dan menghentikan langkahku

"JI DWI YAAAA!!! " teriakku

.....

aku melihat wajah Ji Dwi dengan tatapan yang khawatir dan menggelengkan kepalanya melihat ke arah belakangku, aku menoleh dan ternyata seseorang sudah bersiap untuk membekapku dengan sapu tangan, saat itu aku tak sadar menghirup sapu tangan itu, aku pun tak sadarkan diri.

@@@@


Saat aku tersadar karena seseorang terus menerus menggoyahkan tubuhku,

aku terkejut ketika aku melihat sekitarku yang begitu gelap dan menyeramkan serta di penuhi barang-barang yang sudah usang,

setelah aku sadar aku telah di ikat bersama seseorang yang terus berteriak tak jelas,

mulutku juga di tutupi dengan lakban.

....."¥-#6#&#/"+¥(#*#*#;¥+" teriak seseorang yang tak asing lagi

Aku menghela nafas dengan kesal karena teriakan yang tak asing lagi itu, aku menggoyahkan tubuhku agar dapat menghentikan teriakan alay itu.

Aku mengomel tak jelas "%@*¥*¥&¥*!!" karena mulutku yang tertutup lakban

Ji Dwi menjawab "*#&¥-%*-+++-)-%(@*&@+"

kami terus meneruskan pembicaraan yang tak jelas apa maksudnya,

"-@*#&&¥*¥*&*¥*&&"

"+¥*%*%738¥*;";%+¥-¥*?"

"&#&@-¥*¥-%--*&¥-+"

#*¥*%*%*%*%*%-%-%-&-&--&-&-%+¥(¥-%*%-¥-¥-+))/-

......

Hoping For More Good DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang