ada apa sebenarnya?

22 4 0
                                    

*hyung*= panggilan kakak laki-laki untuk adik laki-laki
*jeongmal*= benar- benar

Akhirnya kami berakhir di ruangan itu lagi,.....

namun ada Yang aneh dengan sikap para penculik itu, mereka hanya membiarkan kami di ruangan itu dan tidak mengikat kami seperti sebelumnya.

"A aa aah. .." aku meringis kesakitan sambil memegang tanganku yang berlumuran darah,

"Soo Ya ghuenchana? " Tanya Ji Dwi sambil memegang tanganku,

saat itu seseorang membuka pintu dengan tiba-tiba.

Dan tak disangka orang itu adalah......

Aku hanya melongok kebingungan dan tak percaya dengan penglihatanku,

Sambil membawa sapu tangan, dia kemudian mendekati kami dan mengambil tanganku lalu membungkusnya dengan sapu tangannya itu dengan kuat sehingga aku merintih kesakitan.

"Aa.. Aaa. A. A" teriakku,

tiba-tiba ji Dwi langsung mendorongnya,

"hyung!!! " ucapnya,

aku hanya dapat kebingungan dengan situasi seperti ini,

"keumanhae chaeball.. Jika kau mau menculikku kenapa kau juga membawa hae soo dalam masalah ini? Hanya aku, hanya aku hyung yang kau inginkan tapi mengapa kau juga melibatkan hae soo hah? Wae? Wae!!!! ".

Aku hanya dapat mematung dengan ucapan ji Dwi,

kemudian dia mendekati Ji Dwi dan langsung menampar Ji Dwi di depan mataku,

"hyung.... " kata Ji Dwi pelan sambil memegang pipinya,

"ya... Kau tahukan hyung melakukan ini untuk apa? " jawabnya tegas,

lalu Ji Dwi melirik ke arahku, dengan mata yang begitu tajam dia melirik ke arahnya,

kemudian dia menggampiriku dan menarik tubuhku keluar dari tempat itu tanpa mendengarkan ucapan kakaknya tadi yang tak lain adalah B shi.

OooO


Dengan terpincang-pincang kami menyusuri jalanan yang gelap,

kami hanya saling terdiam tanpa sepatah katapun tang terucap dari mulut kami sepanjang perjalanan, saat itu adalah pertama kalinya aku melihat ji Dwi yang begitu serius dan tak seceria seperti biasanya.

Dia terus memegang tanganku dengan erat, aku tak dapat melakukan apapun, bahkan aku tak mengelak jika aku kesakitan karena ji Dwi terus memegangi tanganku. Tangan kami seakan-akan tersatukan oleh darahku yang mengalir di satu tangan kami.

Setelah kami sampai di halte bis, kami tak dapat menemukan satu kendaraanpun yang melintas, sekian lama akhirnya kami memutuskan berjalan kaki meskipun sebenarnya kakiku ini tak kuat lagi berjalan.

Beberapa kali aku tersungkur, namun ji Dwi tak bereaksi apapun, aku hanya dapat menahan sakit dan melanjutkan perjalananku ini, mengikuti langkah ji Dwi yang memegangi tanganku.

Ku lihat wajah Ji Dwi yang begitu kelelahan dan pucat,

lama kaki kami berjalan dan akhirnya kami sampai di halaman rumah nenekku, ji Dwi melepaskan tangannya dan tertunduk tanpa reaksi, aku menatap wajahnya sesaat dan menatap tanganku dan tangannya yang berlumuran darah kering. Aku berjalan meninggalkannya dengan langkah ragu sekaligus sedih.

Setelah aku sampai di depan pintu tiba-tiba Ji Dwi berteriak "Soo ya... Mianhae.. Jeongmal mianhae ...!!!!"

aku menoleh dan ku lihat dia sedang berlutut dengan wajahnya yang begitu kacau.

Hoping For More Good DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang