Hari ini adalah hari terakhir Agatha maupun Dirgan berada dirumah dan berkumpul bersama keluarganya. Karena lusa, mereka sudah resmi menjadi pasangan yang sah.
Raissa datang dengan membawa segelas cappucino dan cemilan ringan.
"Dirgan?" Ucap Raissa sambil menghampiri anaknya yang berada di balkon.
"Mama. Tumben udah pulang dari kafe?"
Raissa tersenyum. Lalu duduk di samping kursi yang berada di balkon kamar Dirgan.
"Kamu lupa ya? Lusa kan kamu udah nikah sama Agatha. Jadi mama pulang sama papa juga."
"Papa pulang? Kapan? Dirgan kok gatau ya?"
Raissa menggelengkan kepalanya.
"Tadi waktu subuh, mama jemput papa kamu."
Dirgan mengangguk mengerti.
"Besok sore, kamu udah harus chek-in di hotel. Karena pagi-pagi bener acara nya udah dimulai."
"Harus ya besok sore? Aku masih pengen tidur di kamar aku ma."
Raissa pun mengusap pelan puncak kepala anaknya itu.
"Kamu bisa sering-sering main kesini. Bagaimanapun juga, ini juga rumah kamu. Tempat mama sama papa ngebesarin kamu juga."
"Tapi, Dirgan belum siap buat semuanya ma."
"Dirgan. Mama tau, kamu belum siap buat semuanya. Tapi mama yakin, kamu bisa belajar dengan pelan-pelan."
Dirgan menyandarkan kepalanya di pundak Raissa. Raissa pun bisa merasakan apa yang dirasakan anaknya itu. Tapi, bagaimanapun juga ini semua sudah mereka rencanakan sudah dari lama. Dan inilah detik-detik akan melepaskan anaknya untuk berkeluarga sendiri.
Raissa kadang belum mampu melepaskan anaknya itu. Tapi dia mau tidak mau harus melepaskan anaknya.
Tiba-tiba suara pria paruh baya menghampiri mereka.
"Ternyata kalian disini. Papa cariin kamu dimana-mana gak ada." Samudra tersenyum.
"Eh, Papa? Udah pulang? Kapan?" Tanya Dirgan
"Tadi. Dijemput mama kamu. Kamu gak kangen papa apa?" Tanyanya sambil tersenyum menyeringai
"Gak. Ngapain juga kagen sama papa." Dirgan tersenyum sinis
"Padahal papa kangen banget sama kamu."
"Bisa aja, papa ini."
Samudra lantas memeluk kedua orang yang ia sangat sayangi selama ini. Jika tidak ada mereka berdua hidupnya pun terasa hampa. Samudra memang lebih sayang kepada Dirgan dibanding dengan Fayza maupun Fiano. Walaupun Samudra juga tidak mau kehilangan Fayza dan Fiano. Karena mereka semua adalah kesayangannya.
"Papa gak meluk aku?" Tiba-tiba ada Fayza datang dan disusul dengan Fiano dibelakangnya.
"Sini-sini." Ucapnya merentangkan tangannya. Lalu mereka ber-5 pun berpelukan dengan erat.
Dirgan tidak mau berpisah dengan keluarganya yang telah membesarkan dirinya hingga sampai saat ini. Tapi bagaimanapun juga dia juga harus menyenangkan hati papa dan mamanya itu, walaupun hati kecilnya mengatakan tidak mau berpisah dengan keluarganya.
👾👾👾
Agatha dan keluarganya sedang sarapan pagi di meja makan. Raut muka Dove maupun Erika sangatlah senang sekali. Tapi jauh di hati kecil Erika, dia sangat merindukan momen seperti ini kembali."Papa kok cepet banget pulangnya? Bukannya besok ya?" Tanya Brilliando.
Dove hanya menggelengkan kepalanya.
"Kamu ini gimana sih. Besok lusa kan adekmu udah nikah. Masa, papa pulangnya besok? Gak ada waktu buat kumpul dong?".
Mendengar jawaban itu Ando pun terkekeh.
Ando pun masih tidak menyangka, bahwa dia akan kehilangan permata yang ada di hati kecilnya. Permata yang selalu membuat dirinya tersenyum bahagia, melepas segela beban dan masalah yang ia derita dulu. Dan masih banyak lagi. Jujur, dia tidak mau berpisah dengan adeknya itu.
"Dek?"
Agatha yang sedang menyantap makanannya pun menoleh.
"Kenapa?"
"Lo sering-sering main kesini ya?"
Agatha mengerutkan keningnya. Lalu,sesaatnya dia mengerti maksud apa yang diucapkan oleh Ando.
"Iya lah. Ini kan rumah gue, mama sama papa yang udah ngebesarin gue sampai saat ini. Masa, aku ninggalin kalian gitu aja? Jadi anak durhaka dong aku?"
Erika pun yang mendengar pun terkekeh.
"Iya juga sih. Tapi ya pokoknya sering-sering main kesini."
"Itu pasti."
Malam harinya dia bernostalgia bersama bantal dan guling yang berada di kamar nya itu. Tiba-tiba Erika masuk ke dalam kamarnya dengan membawakan segelas Milshake Strawberry kesukaannya.
Agatha bangun dari tidurnya lalu memeluk wanita yang sangat ia sayangi. Perempuan itu pun juga membalas pelukan dari anak perempuannya itu.
"Mama tau nak. Rasanya emang berat. Tapi mama tau, kamu pasti bisa ngejalanin semuanya."
"Mama dulu pertamanya juga antara ragu dan takut. Tapi, setelah mama jalanin semuanya mama ngerasa hidup mama bahagia banget. Apalagi, Mama punya anak yang berarti banget buat mama."
Agatha mengangguk lalu memeluk Erika dengan sangat hangat dan erat, seakan-akan ini adalah pelukan terakhir untuk dirinya.
Agatha merasa hidupnya sangat berarti karena berkat Erika, karena Erika lah yang telah membimbingnya mulai dari kecil hingga masa saat ini. Dia sangat bersyukur sekali, karena memiliki ibu seperti Erika.
Erika memang sangat sibuk dengan pekerjaannya. Tapi dia tidak lupa memantau anak-anaknya. Walaupun dia suka kerja diluar negeri, luar kota maupun luar pulau dia selalu menyempatkan untuk video call maupun telfon dengan Ando maupun Agatha hanya untuk sekedar menanya kabar saja.
Agatha rasanya sangat berat meninggalkan Erika. Karena Erika memang sangatlah berarti untuk hidupnya selama ini. Erika yang mengajarkan dirinya menjadi wanita yang kuat dan tangguh, sehingga membuatnya dia tidak takut dengan siapapun.
Sifat badgirl dia karena dia merasa Dove tidak pernah memperhatikan dirinya. Padahal diam-diam Dove menyuruh orang untuk mengikuti Agatha kemanapun dia pergi. Tapi jika itu menyangkut privacy Agatha, Dove tidak akan ikut campur masalah itu.
Karena kebaikan orang tua itulah yang sangat berarti untuk anaknya.
👾👾👾
Vommenttt!!! Tqq
KAMU SEDANG MEMBACA
Matchmaking
Teen FictionDefiano Dirgan Bimantara seorang badboy yang sangat ganteng dan banyak cewek yang suka dengan dia. Agatha Scarlet Anefta seorang cewek badgirl yang sangat pintar cantik dan banyak dikejar oleh cowok di Elektron School. Suatu saat Agatha dan Dirgan d...