Bab 14 : Cicak Kawin

72 10 0
                                    

Gue menoleh ke kanan dan ke kiri,memastikan tidak ada Bu Ani yang lewat. Athlas sudah pergi ke kelas dari satu jam yang lalu ninggalin gue yang lagi bersihin muka. Makhluk gak tau diri memang.

Kelas tampak sepi kalau dilihat dari ambang pintu UKS dan itu yang buat gue curiga. Karena gue tau,kelas gue gak pernah diem kecuali ulangan bahkan kalau guru ngajar juga mereka ribut kayak ngada-in konser Exo dan sekarang jam pelajaran yang berarti mereka seharusnya gak sepi kayak gini. Setau gue,ulangan hari ini tinggal dua dan semuanya pas 2 jam sebelum pulang.

Eh.

Apa ada ulangan mendadak?

Astoge.

Dengan hati yang dag-dig-dug-der,gue berjalan ke arah kelas. Semakin gue deket dengan kelas gue,semakin juga hawa-hawa aneh dateng di deket gue. Seolah-olah gue lagi jalan dikuburan.

Gue pun membuka sepatu gue dan menaruhnya di atas rak sepatu. Gue sempat mengintip lewat jendela tapi ditutup oleh korden,ngebuat hawa-hawa aneh dideket gue itu semakin menjadi-jadi.

Gue megang pintu sampai bergetar dan keringet dingin mulai bermunculan di leher dan dijidat gue. Setelah setengah dari tubuh gue didalam kelas,yang pertama kali gue lihat adalah Athlas yang lagi marah-marah dihadapan temen-temen sekelas gue.



"ASTAGA JAEBI,LO BISA MAIN BIOLA GAK SIH!??YANG BECUS DO--EH MAE!!ITU SERULINGNYA JANGAN LO JILAT-JILAT,JENIUS. SIAPA TUH NAMANYA...HABII.. ITU PIANONYA JANGAN DIPUKULIN,EMANG LO LAGI BERANTEM SAMA PIANO HAHH!!?? EH YATUHAN,YUDAAA ITU GITAR,BUKAN PACAR LO! JANGAN DI ELUS-ELUS. JIJIK!"




Athlas ngomong ini semua sekali nafas dan itu bikin gue cengo. Hal lain yang bikin cengo juga temen-temen kelas gue yang pada diem,sama sekali gak nyela omongan Athlas.

Kebanyakan micin temen-temen gue ini.

Gue gak bisa berkata apa-apa. Tak lama kemudian,setelah Athlas selesai teriak-teriak (lagi) ia menoleh ke arah gue. Lalu tersenyum nakal,ia menghampiri gue kayak anak kecil.

"Gue keren ya,Zi"ucapnya tanpa dosa.






Keren jidatmu,Thlas.





Gue melihat sekeliling,ada satu yang baru gue sadari. Demia gak ada.

"Demia mana?"tanya gue,tapi Athlas gak ngegubris pertanyaan gue. Dia sibuk melototin temen-temen gue.

Gue menghela nafas kasar,lama kelamaan mata Athlas mungkin copot gara-gara dia kayak gitu terus.

"Thlas,Demia mana?"

"Lo nanya gue?lo pikir gue budaknya?"cibir Athlas.

"Iya,lo budaknya"ucap gue,kesal. Athlas merutuk lalu menjauh dari gue dan kembali memarah-marahi. Gue gak tau jabatan Athlas di kelas ini,malahan dia gak penting.

HAHAHA. CANDA.

Mungkin ini belum gue kasih tau,tapi Athlas itu ketua ekskul majalah sekolah. Jelas dimata anggota ekskulnya pasti dia penting banget.

Dimata gue sih enggak,ia cuman butiran atom.

"YATUHANNNNNN INI APAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA"

Gue yang tadinya mau ke tempat duduk langsung noleh ke sumber suara. Gue ngeliat Athlas yang loncat-loncat sehabis itu lari-lari sambil memberantakan rambutnya. Persis sama kayak di UKS tapi ini lebih gila.

Sambil ketawa kencang,gue mendekati Athlas lalu dua ekor cicak jatuh dari kepalanya.

Kedua ekor cicak itu masih berguling-guling dengan romantis.

Gue baru menyadari.

"BAHAHHHAHAHAHAHAHAHHAHAGHHAHHHAHAHHAHAH IT....ITUUU KEPALA LO DI JADI IN TEMPAT KAWIN CICAK BEHEHEHHAHAHAH." Gue menoleh ke Athlas yang sekarang lagi jongkok di atas meja guru. Berkeringat dingin ketakutan. Bahkan gak mau turun.

"Kayaknya bagus deh kalo gue bilang semua ini sama Kak Tari. Dia kan anak 12 IPS 4 yang lo ajak ke Dufan,kan?gue kesana deh"bilang gue sambil keluar kelas.

Athlas berteriak dari dalam kelas,sedetik kemudian ia turun dari gendongan Beni dan langsung mengejar gue. Gue yang gak mau kalah juga ikutan lari. Jadi kami kayak dua orang makhluk somplak yang lari dikejar anjing serasa lari ala-ala india dibawah hujan.

Ada dua tujuan yang menjadi temoat sembunyi favorit gue : 1. Perpustakaan 2. Belakang kantin. Karena gue mau sembunyi hidup-hidup,gue gak akan pilih nomor satu.

"SINI LO SUSU ZEE" ancam Athlas dibelakang gue.

Kaki gue langsung gue arahkan ke kantin karena memang gue Lapar dan kalo gue sembunyi di belakang kantin pasti gak ketahuan.

Semuanya berjalan dengan lancar,tetapi setelah gue berada tak jauh dari meja kantin Bu Minten. Gue lihat Demia dan Kak Asthon saling suap-suapan.

Sementara di samping mereka ada....Heli yang lagi meluk Calum.

Wah seharusnya gue makan hati gue aja kalo jadinya begini.

Haha.

Tbc-

Jambu Aer ● Calum HoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang