Hari-hari gue semakin sibuk gara-gara harus ngurusin festival lusa nanti. Waktu gue juga semakin dikit untuk sekedar main sama Athlas dan omong-omong soal cowok ceking itu, ia semakin deket sama gue melebihi Demia. Walaupun gue lebih suka Demia.
Reena juga sering bareng kami berdua, sementara Demia sering entah kemana bersama Kak Ashton.
Gue gak ngambil pusing soal itu. Kalau Demia bahagia, gue juga bahagia.
"Laporan kemarin udah selesai belum sih?"tanya gue frustasi melihat meja kantin yang sudah dipenuhi dengan kertas-kertas.
"Disini pokoknya" ujar Reena lalu menatap Athlas di sampingnya, "Lo jangan diem dong, bantu!"
Athlas mengernyit tanpa dosa, "Salah lo berdua bawa bawa osis ke kantin" ucapnya tak acuh.
Gue melotot ke kesal sambil melempar pensil ke arah cowok itu, "Lo mau bantu atau gue cocolin pake jeruk nipis!?"
"UDAH KETEMU UDAH, ASTOGE" teriak Reena reflek berdiri dan heboh membuat orang-orang dikantin menatap kami aneh.
Gue menurunkan bahu sambil bernafas lega, "Itu dikasih aja ke Kak Ashton biar gak ilang" ujar gue kembali mengetik di laptop.
Reena mengangguk mengerti. Cewek tirus itu berjalan cepat keluar kantin menyisakan gue dengan Athlas yang lagi menggigit sedotan.
Kami diam beberapa saat sampai tiba-tiba Athlas nyeletuk.
"Kayaknya lebih suka sama laptop dari pada gue"
Gue terlonjak kaget buru-buru menoleh ke arah Athlas biar gak kelihatan salah tingkah, "Emang, sama lo mah gak ada faedahnya" ujar gue menyindir.
Gue dapat mendengar Athlas mencibir lalu tanpa sadar gue ngomong pelan, "Cari lah sono ciwi-ciwi imut, biar lo gak keliatan ngenes banget. Bila perlu, lo berguru pada Michael" gue diem sebentar lalu ngelanjut, "Cari pacar sekalian deh"
Gue natap cowok di depan gue. Berharap dia mendecak kesal lalu pergi tapi adanya dia malah ngebales gang bikin jantung gue mencelos keluar.
"Boro-boro cari pacar, gue udah kodein temen sendiri tapi gak peka-peka terus".
Tatapan Athlas tiba-tiba menjadi dalam ke diri gue membuat gue menggaruk-garuk leher salah tingkah.
"Apa dia udah kelanjur suka sama cowok lain ya,Zi?" Athlas menghela nafas, "Motor gue buruk sih,gak bisa ngegas mana bensin semakin mahal"
Ha?
Ini kode bukan sih?
Athlas sekarang menopang dagu, menatap lurus. Mungkin sedang memikirkan sesuatu.
Sumpah ya.
Ni anak kalo ngelamun malah jadi ganteng.
Kalo lagi ngomong malah mukanya kayak panci kadang-kadang air liurnya bisa muncrat tiba-tiba.
Gue menggigit bibir bawah, menahan diri untuk enggak blushing. Surat undangan yang gue ketik bisa enggak selesai-selesai.
Athlas kembali menegakkan punggungnya sementara gue juga ikutan menegakkan punggung. Athlas kelihatan masih mikir tapi akhirnya dia natap gue dengan dahi yang berkerut.
"Kan lusa festival tuh, gimana gue tembak aja?"
Mampus.
Mulut gue mengatup rapat, malah bingung mau jawab apa.
Athlas melihat wajah gue sebentar lalu ngelanjut, "Apa gak jadi aja?" Tanya Athlas dengan alis yang terangkat.
Gue reflek melotot tanpa berbicara. Maksudnya, Athlas tuh nembaknya jangan ditunda-tunda.
Tapi cowok itu malah mendengus, "Lo mah melotot-melotot kerjaannya. Kayak gak bisa ngomong aja"
Cowok itu diam memandang wajah gue kemudian memajukan wajahnya di depan gue membuat gue menipiskan bibir gugup lalu dia ngomong pelan
"Lo...lagi sakit?"
"HA ENGGAK IH MANA ADA. GUE MAH KUAT TERUS AHAHAHAHAHAHAHAHA LUCU BANGET"
Gue tertawa keras salah tingkah dan agak menjauhkan wajah dari Athlas.
Menurut gue jaraknya terlalu deket, sampai beleknya Athlas keliatan.Gue mengerjap,merasakan pipi gue yang pasti bakal keliatan merah.
Selamat tinggal wajah polos gue.
Aha polos.
Athlas langsung mengubah guratan wajah menjadi serius," Jangan sampe sakit loh,Zi. Kayak mana lo nanti mau dateng di festival? Istirahat dulu,tugas lo dikerjain aja sama yang lain"
Cowok itu memundurkan wajahnya lalu menatap gue sayu, "Jangan bikin orang khawatir"
Gila.
Athlas bisa buat anak orang kejang-kejang kalo semanis ini mah.
Gue mengerjap lagi lalu mmebuang muka, "Gak usah gini deh,Thlas. Lo manis adanya gue mau mual"
Padahal aslinya mah bikin jantung berdebar tak karuan.
"Mata lo buler kali ya, gini-gini bisa bikin cewek mimisan" bela Athlas. "Apalagi gue ganteng" Sekarang cowok itu berpose sok keren.
Kalo Athlas udah gini beneran bikin gue mau muntah."Serah Thlas serah"
Athlas terkekeh membuat matanya sipit seketika. Disela tawanya ia berucap, "Ngeliat wajah lo yang masem gitu bikin gue mau nembak di festival"
Tenang,Zi. Tenang.
Makhluk ceking ini gak bilang siapa yang mau dia tembak.
Gue memutar bola mata sok kesal, "Kalo lo tembak, dia malah di bawa ke rumah sakit" ucap gue sok datar.
"HAHAHAHAHA LUTCU BANGET JER"
Gue tidak menggubris perkataan Athlas karena tiba-tiba ada temen seangkatan gue dateng.
"Zi, ada yang nyari lo di ruang OSIS" ujar cewek itu sambil membenarkan kacamatanya.
"Siapa?"
"Kak Calum"
Hah?
A/n.
ZIA SAMA ATHLAS PENGEN NGEBAPERIN KALIYAN TAPI DENGAN KURANG AJARNYA SI ZIA SEMPAT NGERECEH HUEE :"(((
Ah, maafin gue kalo gak berasa ya. Silahkan hujat Zia jangan gue.
Sejujurnya gue masih polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jambu Aer ● Calum Hood
Fanfiction[SUDAH TAMAT] Hidung lo besar banget,kayak jambu aer depan rumah gue. Copyright,Jambu Aer,2017