Gue duduk di dekat stand sambil mengelap keringat. Cuacana hari ini memang panas apalagi banyak orang yang berdesakan kesana-kemari.
Hari ini, sekolah gue bener-bener udah full oleh orang-orang. Festival sedang berlangsung dengan meriah. Saking meriahnya pengurus osis sampai mondar mandir dari ruang osis.
Gue kembali berdiri namun hape gue bergetar membuat gue merogoh kantong celana dengan cepat dan segera melihat pesan.
Athlas : Lo dimana?
Athlas : gue ada di green house
Gue mengerjap pelan,tiba tiba teringat rencana Athlas. Dan...tiba tiba teringat kejadian di ruang osis.
"Ish. Yang Athlas tembak belum tentu lo, Zia Seffani"ucap gue kepada diri sendiri tapi dengan senyuman tak tertahan. Hape gue berbunyi lagi.
Athlas : CEPETAN KE SINI WOY
Athlas : READ DOANG
Gue tersenyum kecil kemudian memasukkan hape ke kantong celana. Berikutnya, gue berjalan menjauh dari festival ke green house.
Setiap langkah mendekati green house semakin hati gue berdeba r dengan cepat. Bahkan kaki gue mulai bergetaran.
Apa ini yang selalu gue tunggu?
Pernyataan perasaan dari seorang cowok,kan?
Tapi masalahnya, cowok itu bukan Calum. Bukan kakak kelas ngeselin itu. Bukan cowok yang tiba-tiba ngajak ke warteg. Bukan cowok yang ke rumah gue habis les dan belum mandi. Gue memelankan langkah kaki gue bersamaan dengan itu, senyum gue luntur.
Apa ini yang gue mau?
Apa memang sebenarnya gue suka Athlas? Bukan Calum?
Gue mendengus dan berhenti. Tiba-tiba jadi pusing sendiri. Apa sih yang sebenarnya seorang Zia mau?
Gue menggelengkan kepala mencoba tenang. Gue meghembuskan nafas kemudian tersenyum, gue malangkah dengan yakin ke arah green house yang tidak terlalu jauh lagi. Namun setelah dua langkah, gue mengenyit dan berhenti lagi. Tiba-tiba bayang bayang Reina samar-sama keliatan di depan green house.
Gue tertegun.
Untuk apa Reina kesini?
Diajak Athlas juga?
Gue memutuskan semakin mendekat lalu gue melihat Athlas sedang menatap Reina serius.
Hah?
Ini ada apa sih?
Gue gak jadi langsung lompat di tengah mereka. Gue memutuskan untuk ke samping green house dan menguping pembicaraan mereka.
"ADUH!"
Gue meringis sakit ketika merasa ada sesuatu tertancap di telapak kaki. Gue menggigit bibir bawah setelah mengetahui ada beling di bawah kaki.
"Ck. Gara gara lo nih,Thlas" Gue mendengus kesal. Berjalan terpincang ke sebelah green house.
"Rei, gue mau bilang sesuatu serius sama lo"
Gue reflek terdiam.
"Lo tuh gak peka, makanya gue bilang sekarang aja ya?"
Reina terkekeh, "Bilang apasih,Thlas?"
Gue membasahi bibir dengan cepat, menunggu jawaban Athlas. Jangan-jangan...
"Gue suka sama lo"
Tepat saat itu juga, badan gue merosot ke bawah. Gue menggigit bibir bawah dengan geram. Pengen sebenernya muncul di tengah tengah mereka dan tiba-tiba ngamuk tapi kaki gue aja udah gak kuat berdiri.
"Gue juga suka sama lo,Thlas"
Gue menghembuskan nafas pelan. Air mata gue menggenang di pelupuk mata tapi dengan cepat gue usap.
"Lo kelilipan,Zi"ucap gue menghibur diri sendiri tetapi sehabis itu air mata gye malah saling susul menyusul jatuh ke kaos panitia gue.
Rasanya, kayak naruh perasan lemon ke mata. Gue pernah kayak gitu pas waktu kecil. Setelah itu gue nangis, sakit soalnya terus pedihnya gak nahan.
Dan kayaknya, gue habis meras lemon ke mata gue dengan sengaja. Bedanya, perasan lemon itu berbentuk pernyataan cinta Athlas ke Reina dan dengan bodohnya gue tetep disini.
Ngedengerin sampai selesai.
Hape gue tiba-tiba bunyi tapi ada satu kontak berada di depan layar hape gue.
Tulisannya 'Calum'
Gue dengan lemas mengangkat telepon itu.
"Lo ada dimana,Zi?"
Entah kenapa, ngedengerin suara seraknya Calum ngebuat gue nangis tambah kuat.
"Lo kenapa suaranya kayak habis di siksa gitu sih? Nangis?"
Gue gak ngejawab tapi tetep nangis.
"Bisa ke ruang osis gak?ck. Lo kenapa sih? Bikin khawatir aja"
Gue mengusap muka kemudian menjawab dengan gagap.
"Gu-gue gak bisa ke-keruang osis...hati gue potek,Cal. Sini bantuin nyatuin lagi"
A/n.
Setelah gue membaca lagi cerita ini. Gue jadi kepikiran dan pengen banget kakak kelas kayak Calum. Gak usah jadi pacar, cuman jadi kakak kelas gue aja udah cukup.
EH TAPI KAN CALUM UDAH JADI TUNANGAN GUE EHEHEHEHEH.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jambu Aer ● Calum Hood
Fanfiction[SUDAH TAMAT] Hidung lo besar banget,kayak jambu aer depan rumah gue. Copyright,Jambu Aer,2017