Ch.12

3.3K 319 55
                                    

Hunkai as alwayas
.
.
.
Present,
.
.
.Ch 12
Hunkaihunkaihunkai etc.
.
.
Setelah memastikan kai tertidur dengan nyaman, akupun memutuskan untuk membersihkan diri sebentar di kamar mandi sebelum menanyakan apa yang terjadi pada kai kepada orang rumah. Kai kai, kenapa bisa langsung manjadi seperti itu, aku jadi merasa bersalah padanya, huhh lubang perawan memang terbaik, tapi beresiko, ini dia resikonya.... Sabar Oh Sehun, karena kau yang pertama kau harus menjadi yang bertanggung jawab sepenuhnya.
Selesai membersihkan tubuh, akupun jeluar dari kamar mandi menemukan kai yang masih tertidur dengan lelap di ranjang kami. Lelehan airmata masih setia menghiasi wajah sendunya yang terlelap dengan damai. Akupun mendekati sisi ranjang, duduk disisi dekat kepalanya dengan gerakan pelan agar tidak mengusik tidurnya...
“ ada apa denganmu kai?? Kenapa tidak maau bilang padaku...??” kataku sambil mengelus pucuk kepalanya. Akupun mendekatkan wajahku ke wajahnya dan berbisik pelan di depan bibirnya “ jangan seperti ini lagi kai, aku tidak suka kau menutup nutupi apapun itu dariku” kataku di depan wajahnya sebelum mengecup gemas ujung hidungnya.
Akupun berdiri dan memutuskan untuk keluar kamar, menuruni tangga dan memilih bergabung bersama ibu dan nenekku di ruang keluarga.
“ hei boy, ada apa dengan wajahmu?? Seperti bujang tak beristri saja” ledek eommaku ketika melihatku melangkah kesampingnya dengan wajah masam untuk kemudian menumpukkan berat tubuhku sepenuhnya ke sofa nyaman yang ada disebelahnya.
“ eomma, apa yang kau dan halmoni lakukan sampai kaiku menangis begitu?” katau sambil menjatuhkan tubuhku untuk bersandar penuh pada sandaran sofa.
“ eomma tidak melakukan apa apa, tadi sehabis makan kai membantu halmonimu mengurus bunga di halaman belakang” kata eomma yang merasa dituduh...
“ kalau begitu, apa yang halmoni lakukan sampai kaiku menangis begitu??” kataku menatap sebal kearah nenekku, bukan ,bukan sebal sungguhan sebenarnya, hanya sedikit sebal karena ia kesusahan mengontrol kata katanya, dan bodohnya aku lupa memberitahu kai perihal ini.
“ aku hanya mengajaknya memotong mawar dan membantu memindahkan pot anggrek yang ada di depan pintu, kurasa potnya tidak terlalu besar kenapa dia begitu saja menangis,,” aku hanya menghela nafas mendengarnya. Ini dia nenekku, dan karena inilah eomma dan appaku bersyukur dengan ketidak hadiran beliau di pernikahanku. Haaaahhhh
“ nenek pasti menyinggung sesuatu yang sensitif” hardikku lagi dengan wajah frustasi menatap mata tuanya.
“ aku hanya mengatakan jika luhan begitu pandai merawat bunga, makannya aku menyuruhnya untuk belajar merawat bunga dengan baik supaya bisa merawat cucuku dengan benar” kata nenek sambil menyesap teh hijaunya, sedangkan ibu hanya diam sambil mengelus lenganku yang sedang menahan kesal. Akupun mengusap kasar wajahku dengan kedua tanganku sebelum kembali menatap mata tuanya.
“ nek, dengarkan aku kali ini saja, aku Oh Sehun, sekarang sudah menikah dengan Kim Kai, dan semenjak aku belum menikahpun, hubunganku dengan Luhan itu sudah berakhir, dan tidak akan pernah terulangi lagi. Nenek memintaku segera menikah karena usiaku, dan sekarang saat aku sudah menikah nenek mencoba mengusiknya dengan cerita lama yang benar benar tidak mungkin terulangi, aku harus apa nek?? Kai itu istriku, wajib bagiku menjaga dia dengan segenap jiwaku, termasuk perasaannya. Kali ini saja nek, aku mohon, jaga perasaan istriku...
Maaf nek, aku tidak bermaksud mengatakan ini” kataku sambil beranjak dari dudukku dan berjalan  kearah pintu keluar, meninggalkan eommah yang sedang menenangkan nenekku. Bukan nenekku sebenarnya, ia hanya wanita tua yang dinikahi kakekku setelah nenekku meninggal, dan aku tidak begitu menyukai sikapnya, untunglah ibuku seorang yang begitu menerima dan menghormati nenekku karena ayahku memintanya dengan sangat untuk itu. Ayahku tidak melarangku untuk membencinya karena ia menghormati nenek hanya sebagai orang yang berjasa menghibur kakekku disaat tersuramnya kehilangan istri yng paling dicintainya. Dan aku tidak suka kai diperlakukan seperti itu. Ia  wanita yang baik sebenarnya, tapi ia terlalu memaksakan sekelilingnya harus sama dengan apa yang ia inginkan, itu yang membuatku tidak terlalu menyukainya.
Tak terasa lamunan membawaku untuk sampai di sebuah ruko yang lumayan besar, ruko itu terlihat mencolok dari bangunan yang lainnya karena hampir keseluruhan bangunan lantai satunya terbuat dari kaca sehingga menunjukkan aktifitas yang ada di dalamnya. Disana kulihat sebuah manekin yang memakai pakaian hamil dengan perut yang sedikit membuncit, membuatku membayangkan jika itu adalah kai, pasti cantik sekali, wajah manisnya yang sering merona dengan senyum malunya itu pasti sangat manis dan menawan, belum lagi nanti jika baby sudah ada diperutnya, perutnya akan membuncit menggemaskan,,
haaahh kenapa aku jadi ikut tertular eomma dan appa yang menginginkan cucu, dan sekarang tidak dipungkiri aku menginginkan seorang bayi untuk hadir diantara aku dan kai. Tubuhku sendiri seakan bergerak dengan sendirinya membuka pintu dan melangkah masuk ke dalam ruko itu.
“ ada yang bisa ku bantu tuan?” kata seorang pelayan mendekatiku dan menawarkan bantuannya dengan sopan.
“ aku ingin baju yang ada di etalase itu “ tunjukku pada baju hamil yang dipakai manekin itu.
“ maaf tuan, itu baju untuk ibu hamil??” kata pelayan itu sedikit terkejut
“ ya aku tahu dan aku menginginkannya, “
“ apa istri anda sedang hamil tuan?”
“ haruskah aku menjawabnya” kataku retoris menghentikan percakapan yang kurang nyaman kurasakan.
“ maaf tuan, aku akan mengambilkannya, anda bisa menunggu sebentar” kata pelayan itu, akupun melangkah kearah barisan piama dan aku melihat satu lagi yang menarik disana, piama couple warna biru dan pink itu.
“ maaf tuan, ini pesanan anda” kata pelayan yang tadi membantuku.
“ dan bungkus dengan piama ini juga” kataku menyerahkan piama pilihanku beserta kartu kreditku. Aku heran sendiri kenapa malah jadi shopping begini...tapi ya sudahlah, daripada tidak melakukan apa apa.
.
.
Namja dengan kulit tan itu nampak menggeliat pelan dibawah selimutnya yang nyaman, selanjutnya mengernyit pelan dan memutuskan untuk bangun sepenuhnya, merasa lega ketika merasa bagian bawahnya sudah tak sesakit tadi pagi, mengambil ponsel dinakas untuk melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 3.30 am itu.
Hhhhhhhhhh, menghembuskan nafas pelan, ia mencoba berdiri dan berjalan pelan kearah kamar mandi dan memilih untuk berendam sebentar. Merasa rileks dengan apa yang dirasakan tubuhnya sekarang sampai suara pintu kamar mandi yang dibuka dari luar membuatnya kembali membuka matanya. Menampakkan sosok berbadan tegap dengan wajah rupawannya.
“ kau disini, ku kira kemana, mau kubantu menggosok tubuhmu?” tanya si lelaki yang baru saja memasuki kamar mandi sambil berjalan menuju si lelaki tan yang sedang berendam dalam busa sabunnya.
“ tidak hyung, kau mau berendam denganku” tawarnya dengan senyum manis yang membuat sang suami merasa lega melihatnya, istrinya sudah baik baik saja sekarang, fikirnya. Memilih tersenyum dan menggeleng pelan silelaki pucat berjalan ke luar kamar mandi.
“ jangan berendam terlalu lama kai, aku menunggumu di kamar” katanya dengan senyum kecil sebelum menutup pintu kamar mandi.
.
.
.
Kai's pov
Selesai mandi dan berpakaian aku memilih menyusul sehun hyung yang sekarang sedang bersandar di headbed dangan perhatian terfokus pada gatget di tangannya. Memilih menyalakan tv, aku mulai berjalan ke ranjang dan mengambil posisi di sebelahnya.
“ ingin ku buatkan sesuatu hyung?” tanyaku menyentuh lengannya pelan. Iapun mengalihkan tatapannya kearahku dan balas menggenggam tanganku.
“ tidak, aku sedang ingin memelukmu saja” katanya menatapku menggoda
“ kalau begitu peluk aku” kataku dan segera dihadiahi pelukan hangat darinya.
“ kau wangi sekali kaiii” katanya mengecup gemas leherku
“ aku pakai sabunmu hyung, baunya sama saja” kataku membalas pelukan hangatnya.
“ tapi aku suka menciumnya dari tubuhmu kekeke”
“ dasar kau ini” kataku memukul kecil dadanya dan dibalas kekehan merdunya.
“ kau mau menceritakan perihal tadi” katanya dengan nada yang aku yakin jika itu bukan pertanyaan, dan aku hanya bisa mengusakkan wajahku didadanya sebelum menceritakan kejadian yang tadi, yang hanya dibalas tepukan ringan di punggungku.
“ nenek itu memang kadang susah mengontrol ucapannya, aku minta maaf karena lupa memperingatkanmu sebelumnya, dan jangan masukkan hati omongannya, apapun yang dia ucapkan tentang luhan sepenuhnya tidak akan pernah terjadi lagi nanti, dan aku memintamu untuk tidak menutupi apapun yang kaurasa tidak nyaman dariku, mengerti”
Aku hanya mengangguk pelan menanggapi ucapan retorisnya itu.
“ terimakasih sudah mau menerimaku dengan segala yang ada padaku, termasuk masalaluku, tapi jangan membenci masalaluku karena aku memang datang dari sana, bisakah”
“ aku akan mencobanya, ku harap kau memberlakukan hal sama atas diriku” kataku menatapnya dengan raut serius yang malah menghasilkan kekehan merdunya, akupun melepas pelukannya karena merasa sebal,
“ hei, ayolah maafkan aku, wajahmu menggemaskan sekali jika berkata serius begitu” katanya mencubit pipiku membuatku kesusahan berbicara
“ berhenti hyung, nanti pipiku melaaarrr” rengekku membuatnya menghentikan cubitannya dan beralih mengelus kedua pipiku lembut, menangkup wajahku dan menatapnya dalam.
“ aku menyayangimu” kata sehun yang entah mengapa terasa sedikit menggelitik sekaligus menyakitkan untukku, ada apa denganku, kenapa aku sakit saat ia bilang menyayangiku, bukankah seharusnya aku senang????
Tuhaann, apa aku-
Mulai mencintainya??




Kenapa ucapan sayang terasa kurang bagiku????
.
.
.
.
Tbc again,,

Setelah sekian lama gak nulis semoga masih ada yang mau baca cerita gaje ini
...🙌🙌🙌
Makasih buat yang udah nyempetin waktu buat baca, ngevote plus kommen cerita ini😘😘😘 sampai jumpa chapter depan
#Curahanditengahkejamnyauas
😭😭😭

DilemmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang